BAGIAN KESATU
Injil Sinopsis
1.
PENDAHULUAN
A.
Sejarah
Teologi Perjanjian Baru
Abad-Abad Pertengahan. Selama abad-abad pertengahan
pengkajian Alkitab berada di bawah dogma gereja. Teologi Alkitab hanya dipakai
untuk menguatkan dogma gereja, yang didirikan berdasarkan Alkitab, maupun
tradisi gereja. Bukan hanya Alkitab saja, seperti yang dipahami secara
historis, yang menjadi sumber ajaran teologi, tetapi juga Alkitab sebagaimana
ditafsirkan oleh tradisi gereja.
Reformasi. Para reformator menentang sifat teologi dogmatis yang
tidak Alkitabiah itu dan menuntut agar teologi haruslah berdasarkan Alkitab
saja. Seharusnya dogma merupakan perumusan ajaran-ajaran Alkitab secara
sistematis. Penekanan baru ini menuntun kepada studi bahasa-bahasa Alkitab dan
juga kepada satu kesadaran peranan sejarah dalam teologi Alkitab.
Skolastisismeortodoks. Kemajuan dalam pelajaran
sejarah Alkitab yang dibuat oleh para reformator, segera lenyap dalam periode
pasca reformasi, dan sekali lagi Alkitab dipakai secara tidak tepat dan tidak historis
untuk mendukung doktrin ortodoks. Alkitab dipandang tidak saja sebagai satu
buku tanpa kesalahan dan pertentangan, tetapi juga tanpa perkembangan atau
kemajuan.
Reaksi Rasionalisme. Timbulnya
rasionalisme dengan reaksi terhadap supernaturalisme, perkembangan metode
sejarah, dan munculnya kritik kesusasteraan menuntun kepada pandangan bahwa
catatan Alkitan tidak lagi sebagai Firman Allah yang diilhamkan oleh wahyu Roh,
melainkan sebagai catatan sejarah manusia sebagaimana sastra kuno lainnya.
Pengaruh-pengaruh ini, yang terfokus pada pelajaran teologi, mengarah kepada
kesimpulan bahwa ilmu pengetahuan tidak mencari teologi dalam Alkitab, tetapi
sejarah agama. Alkitab adalah himpunan tulisan agama, yang mengandung sejarah
bangsa Semit purba dan harus dipelajari dengan perkiraan-perkiraan yang dipakai
untuk mempelajari agama Semit lainnya.
Timbulnya Filsafat Agama. Rasionalisme digantikan oleh
pengaruh filsafat idealis Hegel (Tahun 1813) yang melihat adanya Ide Absolut
atau Roh Absolut yang secara abadi menyatakan diri dalam alam semesta dan
pekerjaan manusia. Hegel mengajarkan bahwa gerekan pemikiran manusia mengikuti
pola dialetika dari satu psisis (tesis)
kepada posisi yang berlawanan (antithesis), dan dari interaksi keduanya ini
muncul satu pengertian baru segi kenyataan (sintesis). Dalam sejarah agama
Hegel melihat gerakan Roh dalam dialetika rohani dari agama-agama alami melalui
agama-agama kerohanian pribadi menuju Agama Absolut, yaitu Kekristenan.
Reaksi Konservatif. Pendekatan-pendekatan baru terhadap
pengkajian Alkitab mendapat tantangan dari kelompok ortodoks, bukan hanya dari
mereka yang menyangkal keabsahan pendekatan historis, tetapi juga dari mereka
yang mencoba menggabungkan pendekatan historis dengan keyakinan kepada
penyataan. Yang berpengaruh adalah karya E. W. Hengstenberg Christology of the
OT (1829-35) dan History of the Kingdom of God Under the OT (1869-71).
Hengstenberg melihat sedikit kemajuan dalam wahyu dan membuat sedikit perbedaan
antara kedua perjanjian itu dan menafsirkan para nabi secara rohani dengan
sedikit referensi kepada sejarah.
Pandangan Sejarah Liberal Dalam
Teologi Perjanjian Baru. Bultmann
telah menunjukkan bahwa konsekuensi logis dari metode Baur adalah suatu
relativisme lengkap, karena pemikiran liberal tidak dapat memahami dan menerima
kebenaran mutlak dalam relativisasi sejarah. Ini ditepis oleh pengaruh
romantisisme dimana kepribadian ditafsirkan sebagai satu kuasa pembentuk
sejarah.
Aliran
Bultmenn. Penafsiran Bultmann dari teologia Perjanjian Baru di
kendalikan oleh tiga fakta: Pertama,
kenyataan sejarah harus dipahami sesuai dengan tata cara sejarah yang tidak
berkeputusan. Kedua, Injil Sinoptik
member kepada kita satu gambaran teologis tentang Yesus, dan hal-hal itu bukan
secara sejarah. Ketiga, ini tidak
merugikan teologi, karena iman tidak dapat menggantungkan dirinya pada
penyelidikan sejarah tetapi harus bersandar sepenuhnya pada Firman Allah dalam
kerygma.
Pandangan Amerika. Belum ada pakar Amerika yang
memberi sumbangan kreatif dalam Perjanjian Baru. Selama 25 tahun terakhir ini
telah terlihat satu perdebatan antara pendekatan teologi terhadap penafsiran
Perjanjian Baru dan pendekatan “ilmiah” yang ketat yang mendesak bahwa
pertimbangan-pertimbangan iman termasuk disiplin teologi sistematis. Teologi
Perjanjian Baru harus menafsirkan Alkitab dengan penerapan seksama dari metode
“kritik sejarah”.
B.
Teologi
Alkitab, Sejarah dan Wahyu
Teologi Alkitab, Penyataan, dan
Sejarah. Tali
pengikat yang mempersatukan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah tindakan
ilahi dalam sejarah ini. Tindakan pewahyuan Allah yang paling besar dalam
Perjanjian Lama adalah pembebasan umat Israel dari perbudakan di Mesir.
Penyataan Allah dalam sejarah penebusan Israel terungkap dengan jelas dalam
peristiwa bersejarah tentang kehidupan, kematian dan kebangkitan Kristus (Ibr.
1:1-2).
Teologi Alkitab dan Sifat Dasar
Sejarah. Pandangan
Alkitab mengenai Heilsgeschichte menimbulkan dua kesulitan bagi peikiran
modern. Pertama, apakah mungkin
sejarah dapat menerima penyataan Allah? Plato memandang waktu dan ruang sebagai satu aliran dan perubahan. sejarah
disebut sebagai “Satu lubang dimana kekristenan telah ditelan melawan
kehendak”. Kedua, Alkitab tidak hanya
sadar bahwa Allah telah menebus secara aktif dalam satu aliran sejarah pada
umumnya, tetapi juga sadar bahwa dalam hal-hal tertentu Allah telah bertindak
dalam sejarah dengan cara-cara yang jauh melebihi pengalam sejarah biasa.
Sejarah dan Penyataan. Penyataan telah terjadi dalam
sejarah, sejarah penyataan bukan sejarah semata-mata. Allah tidak bertindak
dalam sejarah dengan membuat kejadian-kejadian sejarah itu menonjol dalam dan
pada mereka sendiri. Kristus mati adalah salah satu fakta sejarah yang
sederhana yang dapat di kembangkan dengan memuaskan kritik sejarah sekuler.
Teologi Alkitab dan Kanon. Buku-buku kanonis sama-sama
berada dalam satu kesatuan sejarah penebusan yang memang menjadi hakekatnya,
dan bukan hanya karena ditambahkan dari luar. Tidak ada koleksi dari 66 buku yang diambil
dari tulisan-tulisan Apokrifa Yahudi dan dari literature Apokrifa Kristen dapat
disatukan sehingga memberikan satu kesatuan seperti yang kita temukan dalam
Kitab Suci.
Kesatuan dan Keanekaragaman. Ada
kekayaan besar dalam keanekaragaman Perjanjian Baru yang tidak boleh
dikorbankan. Pengajaran kerajaan Allah
dalam Injil Sinoptik, kehidupan kekal dalam injil Yohanes, pembenaran dan hidup
dalam Kristus Yesus.
2.
YOHANES
PEMBAPTIS
Seorang Nabi Baru. Seluruh perilaku Yohanes adalah
tradisi kenabian. Ia memberitahukan bahwa Allah akan segera bertindak, untuk
menyatakan kuasa rajani-Nya, bahwa untuk mengantisipasi peristiwa mulia ini
manusia harus bertobat, dan sebagai bukti pertobatan, mereka harus member diri
mereka dibaptis.
Krisis Yang Mendekat. Pemberitahuan Yohanes mengenai
tindakan ilahi yang di ambang pintu mencakup dua aspek. Yang akan terjadi
adalah baptisan berganda, yaitu dengan Roh Kudus dan dengan api (Mat. 3:11=Luk.
3:16). Yohanes juga memberitahukan baptisan tunggal yang merangkum dua unsure
yakni penghukuman orang-orang jahat, tetapi membersihkan dan memurnikan
orang-orang benar.
Baptisan Yohanes. Guna mempersiapkan umat Israel
untuk Kerajaan yang akan datang, Yohanes meminta mereka agar bertobat dan
menyerahkan dirinya untuk dibaptis dengan air. Pertobatan (metanoia) merupakan
ide Perjanjian Lama yang berarti berpaling (shub) dari dosa kepada Allah. Allah
memanggil Israel
yang murtad, bertobatlah dan berpalinglah dari pada berhala-berhalamu dan
palingkanlah mukamu dari segala perbuatan-perbuatanmu yang keji. (Yeh. 14:6).
Sumber Baptisan Yohanes. Para pakar
tidak menyetujui sumber baptisan Yohanes. Beberapa diantaranya Robinson Brown
berpendapat bahwa Yohanes menerapkan pembasuhan daru sekte Qumran
untuk baptisan pertobatan.
Yesus Dan Yohanes. Yesus menegaskan bahwa nubuat Mesianis dari Yesaya 35:5-6
sedang digenapi dalam misiNya. Masa penggenapan Mesianis telah tiba. Lalu Yesus
mengucapkan pujian penghargaan untuk Yohanes, tidak pernah ada manusia lebih
besar dari pada Yohanes, namun orang yang berpaling kecil dalam Kerajaan Surga
masih lebih besar dari pada dia.
Yohanes Dalam Injil Keempat. Laporan pelayanan Yohanes dalam
Injil keempat berbeda dengan yang terdapat dalam injil Sinoptik, karena Yohanes
menggambarkan Dia Yang Datang itu sebagai Anak Domba Allah yang akan menghapus
dosa dunia.
3.
PERLU
KERAJAAN ITU: Dunia dan Manusia
Dualisme
Eskatologis. Para nabi
Perjanjian Lama mengharapkan Hari Tuhan dan lawatan ilahi untuk membersihkan
dunia dari kejahatan dan dosa serta menegakkan pemerintahan Allah yang sempurna
di bumi ini.
Dunia Roh
Iblis. Sesudah baptisanNya, Yesus
dibawa oleh Roh ke Padang
gurun untuk dicobai Iblis (Mat. 4:1). Salah satu pencobaan ialah ketika Yesus
di bawa ke suatu gunung yang tinggi sekali-mungkin dalam khayalan dan
diperlihatkan semua kerajaan di dunia dengan kemuliaannya.
Setan-Setan. Di
dalam Alkitab Injil Sinoptik, bukti khas yang paling menonjol dari kuasa Iblis
adalah kemampuan setan-setan merasuk pusat kepribadian manusia.
Dunia. Yesus
membagikan pandangan Ibrani mengenai dunia ini. Jelas Ia
menganggap Allah sebagai pencipta dan baik manusia maupun alam semesta ini
adalah ciptaan-Nya (Mrk. 13:9; Mat. 19:4).
Manusia. Sesungguhnya Yesus
memandang manusia lebih berharga dari pada dunia binatang. Walaupun manusia
adalah ciptaan Allah, tetapi ia lebih berharga dari pada burung-burung di udara
atau bunga bakung di padang
(Mat. 6:26-30; 10:31).
4.
KERAJAAN
ALLAH
Tafsiran-Tafsiran
Tentang Kerajaan Allah.
Pandangan liberal kuno memandang Kerajaan Allah sebagai agama nubuat murni yang
diajarkan oleh Yesus: Allah sebagai Bapa, persaudaraan manusia, nilai yang tak
terhingga dari jiwa seseorang, dan etika kasih.
Kerjaan
Allah Dalam Yudaisme. Allah
sering dikatakan sebagai Raja, baik atas Israel (Kel. 15:18), maupun seluruh
bumi (2 Raj. 19:15). Walaupun Allah sekarang Raja, referensi lain mengatakan
tentang hari ketika Ia akan menjadi Raja dan akan memerintah atas umatNya (Yes
24:23).
Arti
Basileia Tou Theou. Banyak yang mempertahankan pandangan bahwa
basileia adalah “akhir zaman” (eskaton) tahap akhir eskatologis.
Kerajaan
Sorga. “Kerejaan Surga” adalah satu idiom bahasa Semit dimana
surga adalah pengganti untuk nama ilahi (Luk.15:18). Karena tradisi injil
menunjukkan bahwa Yesus tidak selalu menghindari kata “Allah”, sangat mungkin
bahwa ungkapan “Kerajaan Surga” adalah cocok dengan lingkungan orang Kristen
Yahudi, yang memelihara tradisi Injil Matius dari pada memantulkan berita
mencerminkan pemakaian yang nyata oleh Yesus.
Kerajaan Eskatologis. Kedatangan
kerajaan Allah adalah kebinasaan total dari Iblis dan para pengikutnya (Mat.
25:41), pembentukan satu masyarakat tertebus yang tidak bercampur dengan
kejahatan (Mat. 13:36-43), persekutuan yang sempurna dengan Allah dalam pesta
Mesias (Luk. 13:28-29).
Kerajaan
Masa Kini. Yesus memandang pelayananNya sebagai satu
penggenapan perjanjian dari Perjanjian Lama dalam sejarah, semacam penggenapan
apkaliptis. Didalam dan di luar rumah Ibadah Yahudi di Nazaret, Yesus membaca
nubuat tentang Mesias dari Yesaya 61:1-2) mengenai kedatangan dari Dia yang
diurapi, untuk memberitakan tahun Tuhan dan kemulian dengan
sungguh-sungguh Ia menegaskan, “pada
hari ini genaplah nats ini sewaktu kamu mendengarnya” (Luk. 4:21).
Struktur
Eskatologis Baru. Ajaran Yesus tentang Kerajaan Allah secara
radikal memodifikasi garis waktu penebusan. Perjanjian Lama dan Yudaisme
mengharapkan satu hari, yaitu Hari TUHAN, saat Allah bertindak untuk mendirikan
pemerintahanNya atas bumi.
5.
MASA
BARU KESELAMATAN
Kerajaan Itu Sebagai Alam
Berkat Masa Kini. Sejak
Yohanes telah terjadi sesuatu yang baru, dan tercipta situasi baru dengan
akibat bahwa “bagaimanapun besarnya Yohanes, yang paling kecil dalam kerajaan
itu, masih lebih besar, tidak seperti Yohanes, ia berada di dalam kerajaan itu
bukan karena keberhasilan pribadi, tetapi oleh anugrah Allah.
Kerajaan Sebagai Suatu Anugrah
Masa Kini. Dalam
penggenapan eskatologis, kerajaan itu adalah sesuatu yang akan diwarisi secara
cuma-cuma oleh orang-orang benar (Mat. 25:34). Kata yang dipakai disini tidak
menunjukkan pemerintahan Allah atau Masa Yang Akan Datang, tetapi berkat atas
kehidupan, yaitu anugrah pemerintahan Allah dalam masa mendatang (Mat. 24:46).
Anugrah Keselamatan.
Kerajaan sebagai pemberian Allah dapat dijelaskan lebih lanjut dengan studi
tentang kata “keselamatan”. Dalam Injil kata-kata “menyelamatkan” dan “keselamatan”
merujuk pada suatu berkat eskatologis maupun berkat masa kini.
Anugrah Pengampunan.
Menurut para nabi, pengampunan adalah salah satu berkat dari masa mesianis.
Tuhan adalah Hakim, penguasa, dan Raja akan menyelamatkan umatNya sehingga
tidak tidak ada lagi yang sakit, karena Tuhan akan mengampuni segala kesalahan
(Yes. 33:24).
Anugrah Kebenaran. Yang
paling dekat dengan pengampunan adalah kebenaran. Kebenaran bukanlah
semata-mata kualitas etika, tetapi satu hubungan yang benar, pembebasan ilahi
dari kesalahan dosa. Mencari kerajaan Allah berarti mencari kebenaran Allah (Mat.
6:33), dan menerima kerajaan Allah berarti menerima kebenaran yang
menyertainya.
6.
ALLAH
KERAJAAN ITU
Allah Yang Mencari. Inti dari pemberitaan dan misi
Tuhan adalah meyatakan Allah sebagai kasih yang mencari. Allah tidak lagi
menunggu orang tersesat untuk melupakan dosa-dosanya, Allah sedang mencari
orang berdosa.
Allah Yang Mengundang. Allah
yang mencari adalah juga Allah yang mengundang. Yesus menggambarkan keselamatan
eskatologis bagaikan satu perjamuan atau pesta dengan banyak tamu yang diundang
(Mat. 22:1 dst). Yesus memanggil manusia kepada pertobatan, tetapi panggilan
itu juga adalah undangan, yang berbeda dengan ajaran Yahudi.
Allah sebagai Bapa. Allah
sedang mencari orang-orang berdosa dan mengundang mereka untuk menyerahkan diri
mereka kepada pemerintahanNya supaya Ia menjadi Bapa mereka. Di dalam
keselamatan eskatologis orang-orang benar akan masuk ke dalam kerajaan Bapa
mereka (Mat. 13:43).
Allah Yang Menghakimi.
Walaupun Allah mencari orang berdosa dan menawarkan kepadanya anugrah kerajaan
itu, namun Ia tetap sebagai Allah yang menuntut balas kebenaran mereka yang
menolak kebenaran ini.
7.
MISTERI
KERAJAAN ITU
Aturan Penafsiran. Yang pertama dikemukakan oleh Julicher, ytang menjadi prinsip esensial,
yaitu bahwa perumpamaan-perumpamaan itu adalah alegoris. Kedua bahwa
perumpamaan-perumpamaan itu harus dipahami sesuai dengan latar belakang
kehidupan historis pelayanan Yesus dan bukan dalam dalam kehidupan gereja.
Misteri Kerajaan Itu.
Misteri kerajaan itu adalah kedatangan kerajaan dalam sejarah lebih dahulu dari
manifestasi apokaliptisnya. Singkatnya, “perwujudan tanpa penggenapan”. Inilah
kebenaran tunggal yang digambarkan oleh beberapa perumpamaan dalam Markus 4 dan
Matius 13.
Empat Macam Tanah. Kerajaan itu bekerja secara
diam-diam, dan secara rahasia diantara manusia. Kerajaan itu tidak memaksakan
diri atas mereka, dan harus diterima dengan rela. Tetapi dimana saja diterima,
perkataan kerajaan itu, yang secara praktis sama dengan Kerajaan itu sendiri
akan membawa banyak hasil.
Biji Sesawi.
Perumpamaan biji sesawi menjelaskan kebenaran kerajaan itu, yang pada suatu
ketika kelak akan menjadi pohon besar yang kini, telah ada di dalam dunia dalam
bentuk butir kecil yang tidak menonjol.
Ragi.
Perumpamaan ragi mengandung kebenaran dasar yang sama seperti benih sesawi
yaitu bahwa kerajaan Allah yang pada suatu hari kelak akan memerintah seluruh
dunia, telah masuk dalam dunia dalam satu bentuk yang sukar dilihat.
Harta Karun dan Mutiara.
Satu-satu pikiran dalam kedua perumpamaan ini adalah bahwa Kerajaan Allah
adalah begitu berharga sehingga harus dicari lebih dari harta kekayaan yang
lain. Bila harganya itu meliputi seluruh harta kekayaan seseorang, maka harta
itu sangat murah bagi satu kerajaan.
Pukat.
Penafsiran lama memandang dalam perumpamaan ini sebagai satu nubuat tentang
gereja. Kerajaan gereja itu terdiri dari campuran antara orang baik dan jahat
yang akan dipisahkan pada hari penghakiman.
Benih Yang Tumbuh Dengan
Sendirinya. Markus mencatat satu perumpamaan yang
ditiadakan oleh penginjil-penginjil lain yang menrangkan karakter supernatural
dari Kerajaan Allah (Mrk. 4:26-29).
8.
KERAJAAN
DAN GEREJA
Yesus dan Israel. Dalam penelitian ini, ada
beberapa fakta yang menentukan. Pertama,
Yesus tidak menjalankan pelayananNya dengan maksud yang jelas untuk memulai
satu gerakan baru, baik di dalam, maupun di luar Israel. Kedua, Israel secara keseluruhan telah
menolak Yesus maupun pemberitaanNya tentang kerajaan itu. Ketiga, sama-sama penting. Sementara Israel secara keseluruhan, baik
para pemimpin, maupun rakyatnya menolak untuk menerima Kerajaan yang di
tawarkan Yesus, satu kelompok penting menanggapinya dalam iman.
Sisa Umat Yang Percaya. Konsep murid-muri Yesus
sebagai Israel
sejati dapat dipahami berdasarkan latarbelakang konsep Perjanjian Lama tentang
sisa-sisa umat yang masih setia. Para nabi melihat Israel secara keseluruhan sebagai
pemberontak dan tidak taan sehingga ditentukan untuk menderita hukuman ilahi.
Namun dalam bangsa yang tidak setia itu masih ada sisa umat yang tetap percaya
yang merupakan objek pemeliharaan Tuhan. Di sini sisa umat yang tetap percaya
itu adalah umat Allah yang sejati.
Kerajaan dan Gereja. Gereja
adalah masyarakat Kerajaan itu, tetapi bukan kerajaan itu sendiri. Murid-murid
Yesus adalah milik kerajaan itu sebagaimana kerajaan itu adalah milik mereka,
tetapi mereka bukan kerajaan itu. Kerajaan adalah pemerintahan Allah, sedangkan
gereja adalah masyarakat manusia.
Gereja Bukanlah Kerajaan Itu. Gereja
adalah rakyat dari kerajaan itu, bukan kerajaan itu sendiri. Itulah sebabnya
tidaklah menolong untuk mengatakan bahwa gereja adalah “bagian dari kerajaan
itu”, atau bahwa di dalam penggenapan eskatologis gereja dan Kerajaan akan
menajadi sama.
Kerajaan Itu Menciptakan
Gereja. Gereja yang empiris memiliki dua karakter.
Mereka adalah umat Kerajaan itu masih belum menjadi orang-orang yang ideal
karena masih terdapat beberapa yang sebenarnya bukan anak-anak Kerajaan itu.
Jadi memasuki kerajaan itu berarti ikut serta dalam gereja, tetapi masuk gereja
tidak berarti sama dengan masuk ke dalam kerajaan itu.
Gereja Adalah Alat Kerajaan. Gereja
adalah alat Kerajaan itu. Murid-murid Yesus tidak hanya memberitakan kabar baik
mengenai kehadiran Kerajaan itu, mereka juga adalah alat dari Kerajaan itu
dalam hal bahwa pekerjaan-pekerjaan Kerajaan itu dilaksanakan melalui mereka
seperti hal melalui Yesus sendiri.
Gereja: Penjaga Kerajaan. Gereja
adalah penjaga Kerajaan. Menurut konsep rabi, Kerajaan Allah Yahudi mengandung
pengertian bahwa Israel
adalah penjaga Kerajaan itu. Kerajaan Allah adalah pemerintahan Allah yang
dimulai dibumi sejak Abraham dan dijalankan terhadap Israel melalui Taurat.
9.
ETIKA
KERAJAAN ITU
Survei Persoalan. Survei ini menjelaskan bahwa
ajaran etika Yesus dan pandanganNya mengenai kerajaan itu harus dipelajari
bersama. Etika Yesus ditafsirkan berkenaan dengan konsep pemerintahan Allah
yang dinamis yang telah dimanifestasikan dalam pribadiNya tetapi baru akan
dating pada saat penggenapan waktu
eskatologis.
Yesus dan Hukum Taurat. Yesus memelihara hubungan
dengan Taurat Musa yang kurang lebih dapat disamakan dengan hubunganNya dengan Israel
sebagai umat Allah. Ia memberikan
penggenapan janji Keselamatan mesianis kepada Israel, tetapi ketika mereka
menolaknya, Ia mendapati umat Allah yang sejati di dalam murid-muridNya sendiri
dimana pengharapan Perjanjian Lama terpenuhi.
Etika Pemerintahan Allah. Etika Yesus adalah etika
Kerajaan, yaitu etika pemerintahan Allah. Tidaklah mungkin melepaskan hal itu
dari seluruh konteks pemberitaan dan misi Yesus.
Etika Absolut. Bila
kenyataannya etika Yesus adalah etika pemerintahan Allah, maka etika itu
haruslah satu etika absolut. Dibelius memang benar, Yesus mengajarkan kehendak
Allah yang murni, tidak berkondisi, dan tanpa kompromi, yang diletakkan Allah
ke atas manusia sepanjang masa.
Etika Hidup Batiniah. Etika Kerajaan itu memberi
penekanan baru atas kebenaran hati. Untuk masuk dalam Kerajaan Surga diperlukan
kebenaran yang melebihi kebenaran ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi (Mat.
5:20).
Pencapaian Kebenaran. Pembaruan batin diperkirakan
telah dialami oleh umat perjanjian Allah atau Yesus percaya bahwa ajaranNya
sendiri akan menanamkan perintah-perintah Allah dalam hati para pendengarnya.
Pahala dan Anugrah. Banyak ungkapan dalam ajaran
Yesus menyatakan bahwa berkat-berkat Kerajaan itu adalah pahala. Pemberian
anugrah cuma-cuma ini dilukiskan oleh penyembuhan terhadap yang buta, yang
timpang, yang penyakit kusta, yang tuli, membangkitakn orang mati, dan
pembertiaan kabar baik, kepada orang miskin (Mat. 11:5).
10. MESIAS
Mesias Dalam Perjanjian Lama. Kadang kala Allah berbicara
tentang beberapa orang sebagai “yang diurapi” karena dalam pikiran Allah,
mereka diasingkan untuk menjalankan maksud ilahi meskipun mereka tidak diurapi
dengan minyak pentahbisan. Demikian Koresy orang Persia itu adalah “orang yang
Kuurapi” Maz. 105:15) dan Israel
juga disebut umat yang diurapi Allah (Hab. 3:13).
Gagasan Mesianis Dalam
Yudaisme. Kata
“mesianis” tidak sering dipakai dalam literature antara kitab perjanjian.
Mazmur Salomo yang ditulis oleh penulis tak dikenal yang masuk kedalam.
Pengharapan
Mesianis Dalam Kitab-Kitab Injil. Cukup jelas bahwa orang-orang
mengharapkan kedatangan seorang Mesias (Yoh. 1:20; 41; 4:29). Ia akan menjadi
seorang keturunan Daud (Mat. 21:9), dan Ia akan dilahirkan di Betlehem (Yoh.
7:40), ada satu tradisi bahwa Ia akan muncul tiba-tiba diantara manusia dengan
asal-usul yang tida jelas (Yoh. 7:26-27).
Bila Mesias datang, Ia akan hidup selama-lamanya (Yoh. 12:34).
Yesus dan Mesias. Kata Christos dengan sangat
sedikit pengecualiaan muncul dalam keempat Injil sebagai satu nama sebutan dan
bukan satu nama biasa. Di empat tempat kata itu dipakai sebagai nama biasa
dalam cerita, dan hal itu masih bisa diterima.
Anak Daud. Dalam
Perjanjian Lama menantikan seorang Raja keturunan Daud (Yer. 23:5; 33:15). Dia
yang diurapi Allah dalam Mazmur Salomo adalah Anak Daud (Mzm. Sal.17:23). Dalam
masa pasca Yudaisme Kristen, “Anak Daud” sering muncul sebagai sebutan Mesias.
11. ANAK MANUSIA
Secara teologis, salah satu
tanda mesianis yang paling penting dalam Injil Sinoptik adalah Anak Manusia. Ada tiga fakta yang sangat
penting. Pertama, dalam Injil
Tradisi, sebutan Anak Manusia adalah cara yang paling disukai Yesus untuk
menyebut diriNya sendiri, bahkan itulah sebutan yang digunakanNya secara bebas.
Kedua, sebutan itu tidak pernah
dipakai oleh orang lain untuk menyebut Yesus. Ketiga, tidak ada bukti dalam Kisah Para Rasul atau suraut-surat
kiriman yang mengatakan bahwa gereja
kuno menyebut Yesus dengan Anak Manusia.
Latar Belakang Anak Manusia. Latar belakang Perjanjian Lama
yang munkin adalah penglihatan Daniel tentang empat binatang dahsyat yang
berturut-turut keluar dari laut. Ini melambangkan empat kerajaan dunia
berturut-turut.
Anak Manusia Dalam Sinoptis.
Penggunaan Anak Manusia dalan Injil Sinoptik terbagi atas tiga kategori: Anak
Manusia di dunia melayani, Anak Manusia di dalam penderitaan dan kematian, dan
anak manusia dalam kemuliaan eskatologis.
Anak Manusia Duniawi. Ada
dua pola yang dapat dideteksi dalam Injil Markus. Kaisarea Filipi dan
pengenalan Petrus atas Kemesiasan Yesus menandai titik balik dalam penyataan
diri Yesus kepada murid-muridNya. Sesudah Kaisarea Filipi muncul dua catatan
baru, yaitu Anak Manusia harus menderita dan mati, tetapi setelah itu Ia akan
datang kepada Anak Manusia eskatologis untuk menghakimi dan memerintah dalam
Kerajaan eskatologis Allah.
Anak Manusia Yang Menderita. Sekali
murid-murid yakin bahwa Yesus dalam beberapa pengertian adalah Mesias yang
sedang menggenapi nubuat pengharapan Israel, Yesus mulai mengutarakan
satu nada baru, “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak
oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah
tiga hari” (Mrk. 8:31). Untuk gagasan bahwa Anak Manusia harus mati inilah
Petrus menegur Dia, gagasan bahwa Anak Manusia atau Mesias itu mati, memang
luar biasa dan satu terminologi yang bertentangan.
Anak Manusia Apokaliptis. Pada waktu yang sama ketika
Yesus mengumumkan penderitaanNya, Ia juga mengumumkan kedatanganNya yang penuh
kemuliaan. Setelah Kaisarea Filipi perkiran tentang kedatanganNya yang penuh
kemuliaan sebagai Anak Manusia terjadi dengan frekuensi yang relatif.
Kesimpulan. Dapat
disimpulkan bahwa dengan penggunaan istilah Anak Manusia, ditafsirkan berkenaan
dengan latar belakang historis dan religious, Yesus mengklaim untuk martabat
mesianis maupun peranan mesianis.
12. ANAK ALLAH
Pendahuluan. Ungkapan mesianis yang paling
penting dalam studi penyataan diri Yesus adalah Anak Allah. Dalam sejarah
pemikiran teologis ungkapan ini mengandung konotasi esensi Ketuhanan Yesus
Kristus. Ia adalah Anak Allah, pribadi
kedua dari Allah Trinitas.
Arti “Anak Allah”. Vos
menunjukkan bahwa “Anak Allah” sekurang-kurangnya dapat dipakai dalam empat
cara. Ciptaan Allah boleh disebut anak Allah dalam pengertian asal-usulnya,
karena ciptaan itu ada sebagai akibat langsung dari kegiatan penciptaan Allah.
Adam disebut anak Allah dengan pengertian yang kurang lebih sama dengan Set adalah
anak Adam (Luk. 3:38). Kedua,
ungkapan anak Allah dapat dipakai untuk melukiskan hubungan manusia dengan
Allah sebagai objek pemeliharaan kasihNya yang khusus. Ketiga, adalah mesianik, Raja keturuan Daud itu disebut Anak Allah
(2 Sam. 7:14). Pengunaan ini tidak mencakup implikasi yang perlu seperti sifat
ilahi tokoh mesianis, karena hal itu berkaitan dengan jabatan mesias. Keempat, adalah arti teologis. Dalam
pewahyuan Perjanjian Baru dan teologi Kristen sesudahnya, “Anak Allah”
mempunyai makna yang lebih tinggi, Yesus adalah Anak Allah sebab Ia adalah
Allah dan memiliki sifat ilahi.
Mesias Anak Allah Dalam
Yudaisme. Ide Anak Allah mesianis dapat ditelusuri
kembali pada kepada Daud dengan kaitan keturunannya yang akan menggantikan dia
dalam takhta Israel dan hal itu melampaui keturunan Daud yang dekat kepada
keturunan yang lebih besar, yaitu Anak Allah Mesianis dalam pengertian yang
utuh dari kata itu.
Manusia Ilahi. Kemungkinan latar belakang
lain untuk “Anak Allah” adalah gagasan Yunani tentang manusia ilahi. Dalam
agama-agama Timur, semua Raja dianggap sebagai keturunan dewa-dewa. Dalam
Helenisme, ada orang-orang yang dianggap memiliki kuasa ilahi dan sanggup
membuat mukjizat, mereka itu disebut theioi
Andres, atau manusia ilahi.
Anak Allah Dalam Injil. Markus pada awal injilnya
menyatakan dengan jelas bahwa pengertiannya tentang Kristus adalah Anak Allah
(Mrk. 1:1) dan Matius memahami pengakuan Petrus tentang Yesus sebagai Mesias
dalam pengertian sebagai Anak Allah (Mat. 16:16).
Pembaptisan. Pada
awal pelayananNya, Yesus dinyatakan sebagai Anak Allah dan Mesias yang terpilih
oleh satu suara dari surge, “Engkau Anak Yang Kukasihi, kepada-Mulah aku
berkenan” (Mrk. 1:1).
Cobaan. Yesus harus dipahami latar
belakang ini. Iblis tidak menantang Yesus dengan kata-kata, “Kalu Engkau
Mesias”, tetapi “Kalau Engkau Anak Allah”. Iblis mengetahui bahwa Yesus sebagai
Anak Allah, dapat meminta bantuan malaikat untuk menjamin keselamatan pribadi.
Ketidaktahuan Anak. Yesus
mengacu diriNya sebagai Anak Allah dengan perkataanNya mengenai waktu parousiaNya, “Tetapi tentang hari atau
saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di surge tidak, dan
Anakpun tidak, hanya Bapa saja” (Mrk. 13:32).
Penggarap-Penggarap Yang Jahat. Dalam
perumpamaan penggarap kebun anggur yang jahat (Mrk. 12:1-12), sekali lagi
posisiNya sebagai Anak dibedakan dengan kemesiasan dan menjadi dasar misi
mesianis.
Perdebatan Dengan Orang Farisi. Dalam
perdebatan dengan orang Farisi selama minggu terakhirNya, Yesus mengajukan
pertanyaan, “Bagaimana ahli-ahli Taurat dapat mengatakan bahwa Mesias adalah
Anak Daud”? Mesias sebagai keturuan Daud diterima secara luas dan tidak dapat
disangkal (Rm. 1:3) dan tidak ada bukti bahwa Yesus marah atau merasa
tersinggung karena disebut Anak Daud.
Dihadapan Sanhendrin. Klaim sebagai anak atas
tatanan agung yang serupa ditemukan dalam peristiwa pengadilan Yesus di hadapan
Sanhendrin. Berbagai tuduhan dilontarkan terhadap Yesus, yang tidak dijawabNya.
Akhirnya Imam kepala menyuruh Ia bersumpah (Mat. 26:63) dan bertanya secara
langsung, “Apakah Engkau Mesias, Anak dari yang Terpuji”?
Kesimpulan. Yesus memandang diriNya
sebagai Anak Allah dalam satu cara yang unik sehingga Ia terpisah dari semua
orang dalam hal Ia berbagi keesaan dengan Allah yang mustahil bagi manusia
biasa.
Rahasia Mesianis. Kesadaran
mesianis Yesus harus dibedakan dari wahyu mesianis. Tak dapat disangsikan bahwa
Injil menggambarkan Yesus sebagai memiliki kesadaran mesianis.
Tuhan. Dalam
gereja yang mula-mula salah satu sebutan kehormatanYesus adalah “Tuhan”. Itu
adalah pengakuan iman yang terutama dalam Yesus (Rm. 10:9), dan itu mengandung
konotasi ilahi. Sebagai Tuhan, Yesus, dibangkitkan dan dimuliakan, duduk pada
sebelah kanan Allah (Kis. 2:33, 36), dimana Ia akan memerintah hingga semua
ciptaan mengakui ketuhananNya (Flp. 2:9-11).
13. PERSOALAN MESIAS: Yesus Dari Sejarah dan
Yesus History
Persoalan. Persoalan ialah pengertian
modern mengenai sifat sejarah. Penolakan gambaran Injil ini tidak timbul dari
studi tentang Injil yang objektif, terbuka dan induktif, tetapi dari perkiraan
filosofis tentang sifat sejarah dan sifat Injil.
Kualitas Dari Injil. Pertama-tama harus diakui bahwa
Injil-Injil itu ditulis oleh orang-orang beriman yang berasal dari masyarakat
orang percaya. Injil-injil itu bukan laporan historis yang netral dan objektif
bila yang kita maksudkan dengan netral dan objektif itu adalah satu sikap
menyerahkan yang tidak penting.
Kritik Bentuk dan Injil. Kritik bentuk yang radikal
memandang tradisi Injil sebagai suatu yang tidak terkendali, dan tradisi yang
berkembang bebas yang melalui serentetan tahap dari Yesus historis sampai
kristologi ortodoks.
Kebenaran Sejarah. Kenyataannya ialah Injil
mengandung banyak petunjuk dimana tradisi sama sekali tidak dibentuk kembali
oleh iman Kekristenan purba, namun memiliki makna historis yang kuat.
Yesus Sejarah. Masalah kebenaran sejarah dari
gambaran Yesus dalam Injil telah terangkat secara meluas karena konsep sejarah
modern dan Yesus sejarah. Dari kontrovensi kristologi dalam abad-abad pertama,
itegritas gambaran Injil jarang dipermasalahkandengan serius, tetapi penggunaan
“kritis “alkitabiah modern meragukan kebenaran historisnya.
Sejarah dan Iman. Bultmann adalah pendukung utama
pada posisi bahwa iman itu haruslah iman di dalam Firman Allah saja. Jika iman berdasarkan verifikasi historis,
maka iman itu bukan lagi iman yang autentik, tetapi telah turun menjadi
perbuatan-perbuatan baik-dari sejarawan.
14. MISI MESIAS
Peristiwa
Penyaliban. Dari sudut pandang
sejarah, kematian Yesus adalah satu tragedi dari seorang yang terperangkap
dalam pertentangan-pertentangan kekuatan politik. Yesus telah mendatangkan
permusuhan yang mematikan dari ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi dengan
menolak penafsiran mereka tentang Taurat dan dengan demikian menghancurkan
seluruh landasan Yudaisme ajaran ahli Taurat.
Prediksi Tentang Penderitaan. Dengan jelas Injil menyatakan
Yesus memprediksi penderitaanNya, Injil mencatat bahwa pengakuan Petrus tentang
kemesiasan Yesus di Kaisarea Filipi adalah satu titik balik dalam pelayananNya.
Pengharapan Yesus Dari
Kematian. Pentingnya
kematianNya dalam menggenapi misinya tidak tergantung pada beberapa ramalan
ini. Sesungguhnya kematian Yesus adalah salah satu tema utama Injil.
Arti Salib. Ada dua
tempat dimana Yesus menerangkan arti kematianNya, yaitu ucapan penting dalam
Markus 10:45 dan pada perjamuan terakhir.
Kematian Yesus Adalah Mesianis. Yohanes menegaskan bahwa
kematian Yesus bukan hanya satu peristiwa sejarah, melainkan adalah tindakan
penebusan Yesus yang dilakukan dengan cermat. Ia adalah gembala yang baik yang
menyerahkan nyawanya (psyche) untuk
domba-dombaNya (Yoh. 10:11, 15, 17).
Kematian Yesus Adalah Demi
Penebusan Dosa. Makna
penebusan dari kematian Yesus terlihat dalam ungkapan tentang tebusan dalam
Markus 10:45. Ungkapan bahwa Anak Manusia akan memberikan nyawaNya (psyche)
bagi tebusan orang banyak. Pertama adalah bahwa hidup (psyche) seseorang dapat
lenyap atau hilang. Kedua adalah tentang tebusan.
Kematian Yesus Adalah
Pengganti. Kematian
Yesus itu tidak hanya menebus, penebusan itu digenapi oleh penggantian. Satu
unsur pengganti harus dikenali, baik dalam konsep secara umum yang tercukup,
mapun dalam bahasa khas yang dipakai.
Kematian Yesus Adalah
Pengurbanan. Kematian
Yesus tidak hanya menebus dengan cara penggantian, melainkan juga kematian
pengurbanan. Unsur pengurbanan muncul
dalam kata-kata Tuhan kita berkaitan dengan perjamuan terakhir.
Kematian Kristus Adalah
Eskatologis. Kematian
Yesus Kristus memiliki satu makna eskatologis karena Ia berkata, “Aku berkata
kepadamu: sesungguhnya Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai pada
hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, dalam Kerajaan Allah” (Mrk. 14:15).
Pengalaman Salib. Dua rincian mengenai
penderitaan dan kematian Yesus menyiratkan makna yang jauh lebih mendalam
tentang proses kematianNya dari pada kematian jasmani, bagaimanapun
menakutkannya. Ketiga Injil Sinoptik menghubungkan doa yang mengerikan di
Getsmani dengan Bapa-Nya agar menyingkirkan “cawan ini” dari padaNya (Mrk.
14:36).
Kematian Yesus Merupakan Satu
Kemenangan. Dalam
pribadi dan misi Yesus, Kerajaan Allah mengalahkan kerajaan Iblis. Yohanes
mengatakan bahwa pergumulan ini meluas sampai pada Salib. Saat kematian berarti
bahwa “Penguasa dunia” berusaha untuk menelan Yesus. Pengkhianatan Yudas
dilukiskan sebagai sati tindakan yang didorong oleh Iblis (Yoh. 6:70). Namun
kematian Yesus berarti bahwa penguasa dunia ini”dilemparkan keluar” (Yoh.
12:31).
15. ESKATOLOGI
Eskatologi Pribadi: Status
Perantara. Yesus hanya berbicara sedikit tentang nasib pribadi
terpisah dari kedudukanNya dalam kerajaan Eskatologis Allah. Seluruh Perjanjian
Baru dengan tegas membedakan antara alam maut (hades), status perantara, dan
neraka (Gehenna) yaitu tempat hukuman terakhir.
Kebangkitan. Jelas bahwa nasib pribadi itu dilihat
dalam kaitannya dengan kebangkitan tubuh. Dalam beberapa peristiwa Yesus
menghidupkan orang-orang mati. Ini bukan mukjizat yang terpisah, tetapi tanda
masa mesianis.
Neraka. Kata perjanjian baru untuk
tempat penghukuman terakhir adalah Gehenna, yang berasal dari kata Ibrani ge
hinnom.
Pandangan Yesus Tentang Masa
Depan: Sumber. Hukuman-hukuman
ilahi dalam sejarah adalah latihan untuk hukuman akhir dan inkarnasi
antikristus yang berturut-turut adalah tanda-tanda konsentrasi yang tinggi dari
perlawanan si jahat menjelang akhir jaman.
Pandangan Yesus Mengenai Masa
Depan: Sejarah. Injil
melaporkan Yesus sebagai sedang
mengantisipasi kejadian-kejadian tertentu terjadi dalam sejarah masa depan.
Yesus mengantisipasi hukuman ilahi untuk jatuh atas Israel karena kebodohan rohaninya.
Hukuman ini bersifat sejarah maupun eskatologis.
Kedatangan Kerajaan Itu. Akhir zaman dan kedatangan Kerajaan Allah dilukiskan dalam Markus 13:24.
Pertama Yesus berbicara tentang malapetaka kosmis: gelapnya matahari dan bulan,
jatuhnya bintang-bintang, dan goncangnya kuasa-kuasa langit.
Hukuman. Yesus sebagaimana yang
dilaporkan oleh Matius sering berbicara mengenai hukuman. Dihadapan Sanhendrik Ia
mengklaim sebagai hakim Eskatologis.
Waktu Kerajaan Itu. Persoalan yang paling sulit
dalam pandangan Yesus mengenai masa depan dalah pengharapanNya mengenai saat
kedatangan Kerajaan itu.
Kesegeraan. Tiga ungkapan ditafsirkan
dengan pengertian bahwa Yesus mengharapkan Kerajaan eskatologis akan segera
datang pada masa depan. Ketika
Ia mengutus kedua belas muridNya
itu dalam misi pemberitaan di Galilea. Kedua,
ditemukan sebelum pemuliaan di atas gunung. Setelah pengakuan Petrus tentan
kemesiaan Yesus, Yesus mulai mengajar murid-murid tentang fakta kematian
mesianisNya dan parousiaNya. Ketiga,
ditemukan dalam percakapan di bukit zaitun.
Penundaan. Penundaan itu disuarakan dalam
perumpamaan seorang janda yang tidak jemu-jemu (Luk. 18:1-8). Mereka yang
percaya Allah harus tetap teguh dalam permohonan untuk pembenaran ilahi,
meslipun kelihatannya tertunda.
Ketidakpastian. Nada paling kuat adalah ketidak
pastian saat kedatangan kerajaan Allah itu. Yesus menegaskan bahwa ia tidak
mengetahui bila kerajaan itu akan datang (Mrk. 13:32).
Persoalan. Ungkapan-ungkapan mengenai
penundaan parousia itu dipahami sebagai perumusan gereja dan bukan berdasarkan
kata-kata Yesus.
Pertimbangan-Pertimbangan
Eksegese. Tidak
jelas apakah ungkapan Yesus dalam Mrk. 9:1 dan 13:30 menunjuk kepada parousia
atau kedatangan Kristus. Dalam penafsiran Markus 13:30 pertanyaan eksegese itu
adalah kalimat yang mendahului “semuanya itu” (tauta panta).
Arti Kesegeraan. Kesan secara menyeluruh dari
Injil Sinoptik itu jelas. Injil membiarkan pembaca dalam satu situasi dimana ia
tidak dapat menentukan saat akhir zaman, ia tidak dapat mengatakan bahwa hal
itu pasti akan datang besok, atau minggu depan atau tahun depan, juga ia tidak
dapat mengatakan hal itu tidak akan datang untuk satu waktu yang lama. Catatan
kuncinya ialah: “Karena itu berjaga-jagalah sebab kamu tidak tahu akan hari maupun
akan saatnya”.
Bagian Kedua
Injil Keempat
16. PERSOALAN KRITIS
Perbedaan-perbedaan antara
Injil Sinoptik dengan Injil Yohanes tidak boleh diabaikan. Perbedaan-perbedaan
ini dalam teologi adalah akibat wajar dari perbedaan-perbedaan dalam hal
pendahuluan. Ada
perbedaan dalam lokasi pelayanan Yesus. Dalam Injil Sinoptik, kecuali minggu
terakhir, pelayanan Yesus sebagian besar dikhususkan untuk Galilea, sementara
dalam Injil Yohanes pelayananNya berkisar pada beberapa kali kunjungan ke
Yerusalem. Ada
perbedaan dalam masalah waktu. Injil Sinoptik hanya menyebutkan satu Hari Raya
Paskah dalam kelihatannya hanya melaporkan kejadian-kejadian selama satu atau
dua tahun, sedangkan dalam Injil Yohanes paling sedikit ada tiga hari Raya
Paskah.
17. DUALISME YOHANES
Dua Dunia. Dualisme Injil Sinoptik pada
pokoknya horizontal kontras antara dua masa masa kini dan masa yang akan
datang. Dualism dalam Yohanes pada pokoknya vertical kontras antara duania yakni dunia atas dan dunia bawah.
Gelap dan Terang. Dunia bawah adalah alam gelap,
sedangkan alam atas adalah alam terang. Yesus telah datang ke alam gelap dan
untuk membawa terang.
Daging dan Roh. Daging adalah milik alam bawah.
Roh adalah milik alam atas. Daging itu tidak berdosa, seperti kata Paulus,
tetapi mewakili kelemahan dan ketdak mampuan alam bawah.
Kosmos. Penggunaan
kosmos yang paling menarik untuk umat manusia ditemukan dalam ungkapan-ungkapan
dimana dunia-umat manusia adalah objek kasih dan keselamatan Allah.
Kosmos: Manusia Bermusuhan
Dengan Allah. Pemisahan manusia menjadi umat Allah dan dunia
bukanlah satu pembagian yang mutlak. Manusia dapat berpindah dari dunia kepada
Allah dengan mendengarkan dan merespon misi dan berita Yesus.
Iblis. Dalam Injil keempat dunia
kelihatan berada dalam genggaman kuasa gaib si jahat, yang disebut Iblis. Ia
dilukiskan dalam bahasa yang sangat mirip dengan bahasa Paulus, “Penguasa
dunia”.
Dosa. Dosa adalah kegelapan, dan
karakter dunia yang berdosa adalah kegelapan. Tetapi Allah tidak membiarkan
dunia ini. Terang itu bercahaya dalam kegelapan.
Dosa, Adalah Ketidak Percayaan. Ketidak percayaan dalam Kristus
adalah pertanyaan lanjutan dari kebencian dasar kepada Allah.
Kematian. Kematian adalah karakter dunia
ini, tetapi hidup telah datang ke dunia ini dari atas sehingga semua orang dapat
terhindar dari kematian dan masuk dalam hidup yang kekal.
Dualism Eskatologis. Dalam misi Yesus terang dan
hidup telah menyerbu kegelapan untuk membebaskan manusia dari kegelapan, dosa,
dan kematian, untuk memberi mereka hidup Roh.
Dualisme Yunani. Manusia seperti hanya alam
semesta, bersifat mendua: tubuh dan jiwa. Dunia itu termasuk dunia fenomental,
dan jiwa termasuk noumenal.
Dualism Qumran. Ada dua
Roh yang saling berperang - Roh kebenaran dan Roh pemberontakan dan malaikat
perusak akan melepaskan murka Roh kebenaran dari sumber terang dan Roh
pemberontak dari sumber kegelapan.
Perbandingan Dengan Yohanes. Walaupun
dalam penekanan Yohanes berbeda dengan Sinoptik, tetapi teologi dasarnya sama.
18. KRISTOLOGI
Logos. Yohanes mengambil nada
eskatologis dalam pendahuluannya dengan menyatakan Yesus sebagai “Logos”. Pada
mulanya adalah Logos; Logos itu bersama-sama dengan Allah dan Logos itu adalah
Allah. Arti yang pertama dan yang
paling penting adalah pra-eksistensi Yesus, yakni Logos itu. Kedua adalah menggunakan ide Logos
menegaskan keilahian Yesus. Ketiga
adalah Yohanes menegaskan bahwa Logos itu perantara penciptaan. Keempat adalah ada penegasan yang
mengagumkan bahwa “Firman itu telah menjadi manusia.
Mesias. Injil
ditulis bukan supaya manusia percaya kepada Yesus Kristus, tetapi supaya
manusia percaya bahwa Yesus adalah Kristus. NamaNya adalah Yesus, bukan Yesus
Kristus. Kristus baru satu nama setelah Injil bergerak ke dunia Helenistik
(Kis. 11:26).
Anak Manusia.
Ungkapan “Anak Manusia” adalah satu ucapan yang hanya dipakai oleh Yesus
sendiri, tidak pernah diterapkan kepadaNya oleh murid-muridNya atau oleh orang
lain.
Anak Allah. Salah
satu perbedaan yang khas antara Injil Sinoptik dan Yohanes adalah perbedaan
peran Yesus sebagai anak terhadap Allah. Pater dipakai dalam Yesus sebagai
Allah empat kali dalam Markus, Q delapan atau Sembilan kali, dalam Matisu dua
puluh tiga kali.
Misi Anak.
Sebagai anak Allah, Yesus ditunjuk untuk menggenapi satu misi ilahi. Unsure
yang paling sering diulangi dalam misi ini adalah untuk menjadi perantara
kehidupan kepada manusia.
Anak Ilahi.
Sebagai Anak Allah, Yesus itu bukan sekedar orang yang dipilih yang
berdidekasi, Ia ikut mengambil bagian dalam keilahian.
Kemanusiaan Yesus. Yesus
bukan hanya digambarkan sebagai Anak yang sama sekali bergantung kepada Bapa, Ia
juga dilukiskan dalam terminology manusia seutuhnya.
19. HIDUP YANG KEKAL
Data Linguistik. Kata Zoe terdapat tiga puluh
tiga dalam Injil Yohanes, kata ifinitif zen enam belas kali, kata kerja
gabungan zoopoiein tiga kali. Kata-kata zoe aionios terdapat tujuh belas kali
tanpa perbedaan artiyang nyata dari kata zoe yang sederhana.
Latar Belakang Yahudi. Ucapan yang tepat terdapat
dalam LLX hanyalah dalam Daniel 12:2, yang diterjemahkan hayye olam, “hidup
zaman itu” yang menunjuk kepada hidup pada masa depan setelah bangkit dari
kematian.
Hidup Dalam Gnostisisme. Hidup adalah milik Allah. Di
dalam risalat pertama Poimandres (gembala umat) Allah disebut pikiran (nous).
Hidup Dalam
Sinoptik. Injil Sinoptik juga
berbicara tentang hidup kekal, tetapi disini, seperti dalam Yudaisme itu adalah
hidup pada masa yang akan datang.
Hidup Kekal Dalam Injil
Yohanes: Eskatologis. Dalam
Injil keempat, hidup itu masih berkarakter eskatologis. Pada umumnya, sikap
orang Yahudi tercermin dalam pengharapan Yahudi untuk menemukan hidup yang
kekal dalam Kitab Suci.
Kehidupan Kekal: Kini. Meskipun hidup kekal itu
eskatologis, pusat penekanan Injil keempat tidak untuk menunjukkan kepada
manusia cara hidup pada masa yang akan datang, melainkan menjajikan kepada
mereka satu pengalaman hidup masa depan itu pada masa kini.
Watak Hidup
Yang Kekal: Pengetahuan Akan Allah. Pernyataan ini menuntut
kepada ide Yunani tentang pengetahuan dan membandingkannya dengan ide Ibrani,
serta menganalisis pemikiran Yohanes atas dasar latar belakang ganda ini.
Pengetahuan Dalam Pemikiran
Yunani. Dalam
pemikiran filosofis pengetahuan berarti perenungan objek pengetahuan itu untuk
memastikan sifat-sifat dasarnya.
Pengetahuan Dalam Pemikiran
Perjanjian Lama. Dalam
Perjanjian Lama pengetahuan itu sangat berbeda hal itu sangat berkonotasi
pengalaman ketimbang perenungan atau kegembiraan yang luar biasa.
Pengetahuan Dalam Yohanes. Pengetahuan adalah hubungan
pengalaman. Ada
persekutuan akrab dan timbale balik antara Bapa dan Anak, selanjutnya Yesus
mengenal murid-muridNya dan mereka mengenal Dia, dan dalam pengenalan akan Dia,
mereka juga mengenal Allah.
Visi Tentang Allah. Visi Yohanes tentang Allah itu
bukan kegembiraan yang luar biasa atau mistik, melainkan konfrontasi dan
pengenalan pribadi dengan perantaraan Yesus.
Pengetahuan Kebenaran. Bila kehidupan kekal itu dapat
dirumuskan dalam terminologI pengetahuan akan Allah, maka hal itu parallel
dengan pengetahuan akan kebenaran. “Kamu akan mengetahui kebenaran, dan
kebenaran itu akan memerdekakan kamu”.
Kebenaran Dalam Perjanjian Lama. Kebenaran dan pengetahuan akan
Allah adalah konsep yang ada berkaitan. Ketidak taatan Israel berarti bahwa “tidak ada
Emeth dan Chesed, dan tidak ada pengenalan akan Allah ditanah itu.
Kebenaran Dalam Injil Yohanes. Kebenaran dalam kitab Yohanes
tidak menunjukkan suatu dunia yang murni dan realitas yang kekal tanpa kasih,
melainkan suatu konsep soteriologi, yang menunjukkan apa yang telah dilakukan Allah
di dalam Yesus.
20. KEHIDUPAN KRISTEN
Iman. Satu-satunya yang dituntut
Yesus kepada manusia untuk menerima pemberian hidup yang kekal ialah iman,
keyakinan.
Iman dan Tanda-Tanda Mukjizat. Iman merupakan tanggapan
manusia kepada kesaksian, apakah itu dari kesaksian Yohanes, dari perkataan
Yesus, dari nubuatan Yesus, dari Alkitab, dari parakletes, dan murid-murid.
Kemuliaan. Tanda-tanda yang menyaksikan
Yesus juga menyatakan Doxa ilahi-kemuliaan Allah. Arti dasar dari pemakaian
Doxa adalah “pujian, “kehormatan”.
Iman dan Pengetahuan. Satu hubungan yang erat antara
iman dan pengetahuan dalam Injil keempat karena keduanya diarahkan kepada objek
yang sama.
Takdir. Beberapa ungkapan dalam Injil
Yohanes kelihatannya mencerminkan pandangan yang tinggi tentang takdir-bahwa
hanya mereka yang dipilih Allah yang dapat datang kepada Iman.
Tinggal Tetap. Bila iman adalah jalan untuk
masuk ke dalam hidup kekal, tinggal tetap adalah satu tuntutan untuk terus
dalam iman.
Etika Yohanes. Yohanes memikirkan tentang
perilaku Kristen, tetapi ia menyatakannya
dengan terminology yang berbeda.
Gereja. Jelas bahwa Yesus sebagaimana
yang digambarkan oleh Yohanes menanti-nantikan pembentukan satu umat Allah yang
baru.
Sakramen.
Sakramen
dalam Injil Yohanes adalah salah satu yang mana tidak ada kesamaan pendapat
diantara para penafsir kontenporer. Para pakar
katolik cenderung menafsirkan kitab Yohanes dalam satu cara sacramental.
21. ROH KUDUS
Pneuma Dalam Agama Helenistik. Orang-orang Yunani biasa
menganggap unsur yang paling mendasar dari kebenaran manusia adalah psyche
bukan pneuma.
Pneuma Dalam Perjanjian Lama. Ruach Yahwe dalam Perjanjian
Lama bukanlah kesatuan yang terpisah atau berbeda, itu adalah kuasa Allah –
tindakan pribadi dalam kehendak Allah untuk menjangkau objek moral dan agama.
Pneuma Dalam Injil Sinoptik. Yesus dikaruniai Roh untuk
memenuhi Misi mesianisNya, dan bahwa misiNya meliputi karena Roh secara umum,
dan bahwa murid-muridNya akan disanggupkan oleh Roh untuk mengatasi kesulitan
apa saja yang akan mereka temui.
Roh Kudus Dalam Injil Yohanes. Roh Kudus datang dari atas dari Allah-tetapi
Roh datang untuk mentahbiskan satu masa baru tentang sejarah penebusan sebagai
lawan dari masa lama Hukum Taurat.
Paraclete. Ada lima ungkapan unik
ditemukan dalam pembicaraan ruang atas (14-16), yang dilakukan berkenaan dengan
kedatangan Roh Kudus, yang disebut Paraclete.
Sifat
Paraclete. Yesus berbicara
mengenai kedatangan Roh sebagai “Paraclete yang lain (allon)”. Ini menunjukkan
bahwa Yesus telah menjadi sati paraclete terhadap murid-muridNya dan bahwa Roh
iti akan datang untuk menggantikan tempatNya dan melanjutkan pelayananNya
terhadap murid-murid itu.
Misi Roh Kepada Para Murid.
Roh
Kudus akan datang mendiami murid-murid Yesus. Tidak diragukan lagi bahwa ini
adalah pekerjaan Roh Allah dalam Perjanjian Lama di dalam hati umat Allah.
Misi Roh Kepada Dunia. Kalau tugas utama Roh kepada
orang percaya adalah sebagai guru dan penerjemah, maka kepada dunia Ia adalah
penuduh.
22. ESKATOLOGI
Persoalan Kritis. Dalam Injil Yohanes Kerajaan
Allah hanya disebutkan dua kali, sebaliknya berita utama Tuhan Yesus adalah
hidup kekal, yang dikaruniakanNya kepada manusia dewasa ini.
Struktur Eskatologis. Yang mendasari struktur
pemikiran Yohanes adalah dualism ganda: yaitu dualism vertikan tentang atas dan
bawah, dan dualism horizontal tentang masa kini dan masa depan.
Kedatangan
Kristus. Ide Yohanes tentang “kedatang” Yesus lebih rumit dari pada
Injil Sinoptik. Yesus membicarakan kepergianNya dan kembaliNya setelah
kebangkitanNya.
Kebangkitan.
Pentingnya
kebangkitan dicerminkan dalam penekanan Yohanes atas kebangkitan Yesus sebagai
suatu kebangkitan tubuh yang nyata. Jelas bahwa tubuh kebangkitan memainkan
peranan penting dalam pemikiran Yohanes.
Hukuman.
Seperti
halnya hidup kekal dan kebangkitan mencukup masa kini, maupun masa depan,
demikian juga, penghakiman meliputi pemisahan masa depan pada akhir zaman dan
juga sebagai pemisah rohani saat ini antara manusia sesuai dengan hubungan
mereka dengan Kristus.