Ringkasan
100 PERISTIWA PENTING DALAM SEJARAH KRISTEN
Pertama
Tahun 64 Roma Terbakar
Nero
playing while Rome
burns
lukisan
dari seniman Giulio Romano (c.1499-1546)
lukisan
ini dibuat antara tahun 1536-1539.
Kekaisaran Romawi dapat
dikatakan sebagai bom waktu yang menanti pemicuan iman Kristen. Para pekabar Injil mulai menelusuri seantero kekaisaran.
Di sinagoge (rumah ibadah) orang Yahudi, terdapat-tempat penampungan para
pengrajin, di pondok-pondok kumuh, mereka menyebarkan berita Injil dan
memenangkan jiwa-jiwa baru. Tidak lama kemudian berdirilah gereja di kota-kota
besar, termasuk ibu kota
kekaisaran.
Kota Roma, pusat kekaisaran,
menarik orang-orang seperti magnet. Paulus sendiri pernah menginginkan
kunjungan ke kota tersebut (Rm.1:10-12); dan
pada akhir suratnya kepada jemaat di Roma, ia sudah mengenal banyak orang Kristen di sana (Rm. 16:13-15).
Mungkin ia pernah bertemu mereka dalam perjalanannya.
Ketika Paulus tiba di Roma, ia
dalam keadaan dirantai. Kisah Para Rasul pada bagian penutupannya menyatakan
bahwa akhirnya Paulus mendapat kelonggaran untuk menjadi tahanan rumah di
sebuah rumah sewaan. Di sana
ia dapat menerima tamu dan mengajar mereka.
Menurut tradisi, Petrus pun
pernah bergabung dengan Gereja Roma. Meskipun kita tidak mempunyai kurun waktu
yang pasti, namun kita dapat menduga bahwa dengan pimpinan kedua tokoh ini,
jemaat tersebut bertumbuh kuat, termasuk para bangsawan dan prajurit serta para
pengrajin dan pelayan.
Selama tiga dekade, para
pejabat Romawi beranggapan bahwa kekristenan adalah cabang agama Yahudi agama
yang sah dan tidak bermaksud membuat "sekte" baru agama Yahudi. Namun
banyak orang Yahudi yang tersinggung karena kepercayaan baru ini mulai
menyerangnya. Ini juga merupakan ancaman bagi Roma. Kelalaian Roma atas keadaan
tersebut ditunjukkan oleh laporan sejarawan Tacitus. Dari salah satu rumah
petak di Roma, ia melaporkan adanya gangguan di kalangan
orang-orang Yahudi karena "chrestus". Tacitus mungkin salah dengar;
orang-orang mungkin memperdebatkan tentang Christos, yang adalah Kristus.
Menjelang tahun 64 Masehi,
beberapa pejabat Romawi mulai sadar bahwa kekristenan sama sekali berbeda
dengan Agama Yahudi. Orang-orang Yahudi menolak orang-orang Kristen dan lebih
banyak melihat kekristenan sebagai agama yang tidak sah. Jauh sebelum kebakaran
kota Roma,
masyarakat telah mulai memusuhi Kristen. Meskipun sifat orang Romawi ingin
menerima dewa-dewa baru, namun kekristenan tidak mau mengakui
kepercayaan-kepercayaan lain. Karena kekristenan menentang politeisme
kekaisaran Romawi yang telah berakar, maka kekaisaran itu pun mulai membalas.
Pada tanggal 19 Juli, kebakaran
berkobar di sebuah sektor kumuh di Roma. Selama tujuh hari api yang tak kunjung
padam itu memusnahkan perumahan yang padat. Sepuluh dari empat belas blok
perumahan musnah, dan banyak penduduk yang tewas.
Menurut legenda, Kaisar Nero
sedang bermain biola ketika Roma terbakar. Banyak orang sezamannya menduga
bahwa dialah yang bertanggung jawab atas kebakaran tersebut. Ketika kota itu dibangun kembali
dengan dana dari masyarakat, Nero mengambil sebidang tanah yang cukup luas
untuk membangun Istana Emasnya. Kebakaran itu merupakan jalan pintas bagi
pembaruan perkotaan.
Untuk mengelakkan tuduhan atas
dirinya, Kaisar itu mengkambinghitamkan orang-orang Kristen. Ia menuduh bahwa
merekalah yang memicu kebakaran tersebut. Akibatnya Nero bersumpah untuk
memburu dan membunuh mereka.
Gelombang pertama penganiayaan
orang Romawi terhadap orang Kristen dimulai tidak lama setelah kebakaran itu
dan berakhir sampai tahun kematian Nero, tahun 68. Dengan haus darah dan
biadab, orang-orang Kristen disalibkan dan dibakar. Jasad-jasad mereka berjejer
di jalan-jalan Roma, disediakan bagi pencahayaan obor. Orang-orang Kristen
lainnya dikenakan pakaian hewan dan dimasukkan ke dalam kandang untuk
dicabik-cabik anjing-anjing. Menurut cerita, Petrus dan Paulus menjadi martir
akibat penyiksaan Nero. Paulus dipenggal kepalanya sedangkan Petrus disalibkan
terbalik.
Penganiayaan berlangsung secara
sporadis, dan tetap terlokalisasi. Seorang kaisar mungkin telah memicunya dan
berlanjut selama lebih kurang sepuluh tahun. Namun, masa damai akan menyusul
sampai ada seorang gubernur yang memulai penganiayaan terhadap orang Kristen di
wilayahnya tentu dengan restu dari Roma. Hal semacam ini berlangsung dua
setengah abad lamanya.
Tertullianus, seorang penulis
Kristen abad kedua pernah berkata, "Darah para martir adalah benih
Gereja." Anehnya, setiap kali penganiayaan merebak, orang Kristen yang
menjadi korban makin bertambah. Dalam suratnya yang pertama Petrus menguatkan
orang-orang Kristen untuk bertahan, percaya diri akan kemenangan dan kuasa
Kristus yang akan diteguhkan (1 Ptr. 5:8-11). Kata-katanya ini telah terbukti
dengan pertumbuhan Gereja di tengah-tengah penekanan.
Sumber :
A.
Kenneth Curtis, J. Stephen Lang & Randy Petersen,
100
Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen,
Immanuel,
1999
No comments:
Post a Comment