KoreshInfo

SYARAT-SYARAT GURU PROFESIONAL DAN CIRI-CIRI PROFESI KEGURUAN

SYARAT-SYARAT GURU PROFESIONAL DAN CIRI-CIRI PROFESI KEGURUAN (Dr. Rusman, M.Pd) § Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang...

Thursday 3 March 2016

RINGKASAN DASAR-DASAR FILSAFAT



RINGKASAN DASAR-DASAR FILSAFAT

A.     Pengertian Filsafat
Kata ‘Filsafat’  berasal dari bahasa Yunani, yaitu ‘Philosophia’. Kata Philosophia  merupakan gabungan dari  dua kata yaitu philos dan sophia. Kata philos memiliki arti kekasih atau sahabat, sedangkan kata sophia memiliki makna kebijaksanaan atau pengetahuan. Jadi, secara harfiah ‘Philosophia’ dapat diartikan sebagai yang mencintai kebijaksanaan.
Kebijaksanaan itu :    -     Kemampuan Konkret
                                 -     Menyelesaikan masalah konkret
                                       Masalah : Ketidaksesuaian harapan dengan kenyataan.
-         Sesuai berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan yaitu : kebenaran, keadilan dan kebaikan.
Jadi pengertian filsafat adalah : ilmu yang mencari penyelesaian atas masalah yang ditimbulkan oleh ilmu-ilmu positif lain, serta mencari titik temu terhadap semua ilmu-ilmu lain.

Atau pengertian Filsafat adalah Ilmu yang memiliki kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan yang sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, sifat-sifat yang mengakibatkan kebaikan.                                   
  1. Pengertian Filsafat Menurut filsuf Yunani / Romawi
a.       Plato (427 – 348 SM)
Filsafat ialah ilmu pengetahuan yang bersifat untuk mencapai kebenaran yang asli.
b.      Aristoteles (382 – 322 SM)
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, seperti ilmu Metafisika, Logika, Retorika, Etika Ekonomi, Politik & Sastetika.
c.       Cicero (106 – 043 SM)
Filsafat adalah ibu dari semua pengetahuan lainnya. Filsafat adalah ilmu pengetahuan leluhur dan keinginan untuk mendapatkannya.
  1. Para Filsuf Abad Pertengahan
a.       Descartes (1596 – 1650)
Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan dimana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikannya.
b.      Immanuel Kant (1724 – 1804)
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal segala pengetahuan.
B.     Metode-Metode Filsafat
Aliran filsafat menentukan metode dan logikanya sendiri. Setiap aliran filsafat mempunyai kemandirian dalam bidang ilmiahnya. Kemandirian itu menyebabkan bahwa filsafat menjelaskan, mempertanggungjawabkan dan membela metode yang dipakainya.
1.      METODE SOCRATES (469-399 BC)
Metode Socrates disebut juga Metode Maieutik tehne artinya metode melepaskan. Metode ini disebut dengan metode teknik kebidanan, yaitu berusaha untuk melahirkan paham dan insight pada murid-muridnya. Kebenaran adalah hasil dari suatu proses dalam diri murid itu sendiri. Guru berperan bagaikan seorang bidan yang membantu kelahiran bayi. Metode Socrates membantu murid untuk memperoleh paham, namun tidak mengambil alih peran melahirkan paham, murid-murid dirangsang terus-menerus dengan pertanyaan. Pada akhirnya keadilan, keberanian dengan sifatnya yang tetap dan umum ditemukan oleh murid itu sendiri. Murid hanya membutuhkan bantuan dalam proses kelahiran paham. Sokrates yakin bahwa pengetahuan yang benar bersifat mutlak dan umum untuk semua manusia.

2.      METODE EKSISTENSIALIS
Tokoh Filsafat Eksistensialias adalah : Soren Kierkegaard (1813-1855), Martin Heidegger (1889-1970), J.P. Sartre (1905-1980).   
Eksistensialisme : Ex = keluar; sistentia = berdiri) manusia menjadi diri dengan keluar dari dirinya sendiri.
Metode eksistensial berupaya untuk memahami manusia yang berada dalam dunia, yaitu manusia yang berada pada situasi yang khusus dan unik, manusia harus senantiasa merealisasikan dirinya.
Dalam filsafat, menurut pemikir eksistensialisme, yang paling penting adalah kebenaran subjektif. Tapi tentu saja tidak berarti setiap keyakinan subjektif adalah kebenaran.
Menurut pemikiran eksistensial, kebenaran dicapai dengan partisipasi manusia dalam setiap realitas yang mau diselidiki. Kebenaran hanya dapat ditemukan dalam realitas yang konkret. Secara umum, metode eksistensial adalah kebalikan pemikiran filsafat tradisional. Pemikiran eksistensial selalu menempatkan subjektivitas di atas objektivitas dan nilai lebih perlu daripada fakta.
Contoh :
Seorang anak laki-laki mempunyai IQ diatas rata-rata (pintar), setiap hari dia selalu terlambat, karena sebelum berangkat sekolah dia harus mengantarkan koran dulu. Suatu hari dalam rapat guru si anak di tolak untuk memperoleh beasiswa, dengan alasan keterlambatan si anak tadi. Tapi guru X mempertahankan bahwa anak itu harus mendapat beasiswa karena Guru X terlibat mengenal si anak dengan metode eksistensialis.

3.      METODE FENOMENOLOGIS
Bapak Filsafat Fenomenologis adalah Edmund Husserl (1859 – 1938). Salah satu pemikir fenomenologis terkenal adalah Martin Heidegger. Fenomenologi berinspirasi pada pembedaan yang dilakukan oleh Immanuel Kant antara noumenal dan phenomenal serta pengembangan kritis teori idealisme Hegel.
Husserl mau menentukan metode filosofis ilmiah yang lepas dari prasangka metafisis. Metode itu harus menjamin filsafat sebagai suatu sistem pengetahuan yang terjalin oleh alasan-alasan sedemikian rupa sehingga setiap langkah berdasarkan langkah sebelumnya secara niscaya.
Pengembangan metode fenomenologis mengarah pada pemusatan perhatian kepada fenomena tanpa praduga. Ungkapan terkenal proses tersebut adalah zu den sachen selbst (terarah kepada benda itu sendiri).
Hakikat fenomena yang sesungguhnya berada di balik yang menampakkan diri. Pengamatan pertama belum tentu sanggup membuat fenomena itu mengungkapkan hakikat dirinya. Karena itu, diperlukan pengamatan kedua yang disebut sebagai pengamatan intuitif. Pengamatan intuitif ini melalui tiga tahap reduksi, yaitu reduksi fenomenologis, eidetis dan transendental
Contoh :
Laut itu airnya biru. Disimpulkan / dikatakan biru karena memang kita melihat air laut tersebut biru. Padahal bila air laut itu kita ambil / teliti lagi dalam sebuah wadah maka warnanya bukan biru.

4.      METODE TRANSENDENTAL
Tokohnya adalah Immanuel Kant dan Neo skolastik. Metode ini bertitik tolak dari tepatnya pengertian tertentu dengan jalan analisis diselidiki syarat-syarat apriori bagi pengertian demikian.
Merupakan salah satu metode yang hendak mencari  azaz yang fundamental, dan menempatkan setiap hal dalam keseluruhan kenyataan.

5.      METODE HISTORIS KRITIS
Metode ini memperkembangkan pemikiran mengenai manusia dengan membahas pandangan-pandangan yang ada dalam sejarah. Membahas secara kritis dan menyusunnya secara sistematis.
Metode ini memerlukan langkah-langkah :
1.      Mengangkat suatu topic masalah
2.      Mengumpulkan semua data
a.       Tertulis (dokumen)
b.      Tidak tertulis (artefak)
c.       Verifikasi : melakukan kritik terhadap data
3.      Interprestasi

6.      METODE TELAAH DASAR (FOUNDATIONAL RESEARCH)
Metode ini menggunakan penemuan penemuan ilmu ilmu empiris untuk memperkembangkan pengertian tentang manusia. Dalam filsafat manusia ilmu psikologi, sosiologi dan antropologi budaya merupakan ilmu-ilmu yang sangat membantu.

7.      METODE STRUKTURALIS
Metode ini menekankan peranan dan pengaruh struktur terhadap sesuatu. Dalam pendekatan metode ini tidak diakui substansi sebagai sesuatu yang berdiri sendiri. Segala sesuatu yang ditentukan merupakan struktur. Setiap hal ada sangkut pautnya dengan yang lain. Setiap hal harus  dibandingkan dengan yang lain untuk mengetahui sesuatu itu secara sungguh sunguh.



FILSAFAT MODERN

Zaman modern dimulai sejak adanya krisis zaman pertengahan selama dua abad (abad ke-14 dan ke-15), yang ditandai dengan munculnya gerakan Renaissance. Renaissance akan banyak memberikan segala aspek realitas. Bermula  dari  William  Ockham  (1295 - 1349),  yang  mengetengahkan via Moderna (jalan modern) dan via antiqua (jalan kuno). Akibatnya, manusia didewa-dewakan, manusia tidak lagi memusatkan pikirannya kepada Tuhan dan surga. Dalam  era  filsafat  modern,  muncullah  berbagai  aliran  pemikiran : Rasionalisme,  Empirisme, Idealisme,  Positivisme,  Evolusionis,  Materialisme, Neo-Kantianisme, Pragmatisme, Filsafat Hidup, Fenomologi, Eksistensialisme, dan Neo-Thomisme.

A.     Rasionalisme
Rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596 – 1650) yang disebut sebagai  Bapak  filsafat  modern.  Yang  harus  dipandang  sebagai  hal  yang besar adalah apa yang jelas dan terpilah-pilah (clear and distinctively). Latar belakang  munculnya  rasionalisme  adalah  keinginan  untuk membebaskan diri dari segala pemikiran tradisional (skolastik).
Kelemahan Rasionalisme menurut empirisme adalah rasionalisme itu : statis, dangkal, kaku.
B.     Empirisme
Tokoh Empirisme adalah : John Locke (1632-1704), David Hume (1711-1776), Thomas Hobbes. Kemudian beranggapan bahwa pengetahuan yang bermanfaat, pasti dan benar hanya diperoleh lewat indra (pemimpi), dan empirilah satu-satunya sumber pengetahuan. Pemikiran tersebut lahir dengan nama empirisme.
Kelemahan Empirisme menurut Rasionalism adalah empirisme itu : dusta, kebohongan, fenomenologi.
C.     Kritisisme
Aliran ini muncul abad ke-18. Zaman baru ini disebut zaman Pencerahan (Aufklarung).  Sebagai  latar  belakangnya,  manusia  melihat  adanya kemajuan ilmu pengetahuan (ilmu pasti, biologi, filsafat dan sejarah) telah mencapai hasil yang menggembirakan. Isaac  Newton  (1642 - 1727)  memberikan  dasar-dasar  berfikir  dengan induksi,  yaitu  pemikiran  yang  bertitik  tolak  pada  gejala-gejala  dan mengembalikan kepada dasar-dasar yang sifatnya umum.
Seorang  ahli  pikir  Jerman  Immanuel  Kant  (1724 - 1804) mencoba mengikuti  rasionalisme,  tetapi  kemudian  terpengaruh  oleh  empirisme Humme. Walaupun  semua  pengetahuan  bersumber  pada  akal  (rasionalisme), tetapi  adanya  pengertian  timbul  dari  benda  (empirisme).  Ibarat  burung terbang harus mempunyai sayap (rasio) dan udara (empiri).
Jadi, metode berpikirnya disebut metode kritis. Walaupun ia mendasarkan diri  pada  nilai  yang  tinggi  dari  akal,  tetapi  ia  tidak  mengingkari  adanya persoalan-persoalan yang melampaui akal.
D.    Idealisme
Pelopor Idealisme : J.G. Fichte (1762 – 1814), F.W.J. Scheling (1775-1854), G.W.F. Hegel (1770-1831), Schopenhauer (1788-1860).
Kant  merasa  puas  tentang  ilmu  pengetahuan  yang  dibatasi  secara  kritis. Artinya, gerak yang menimbulkan tesis, kemudian menimbulkan anti tesis (gerak  yang  bertentangan),  kemudian  timbul  sintesis  yang  merupakan tesis  baru,  yang  nantinya  menimbulkan  antitesis  dan  seterusnya.  Inilah yang disebutnya sebagai dialektika.
E.     Positivisme
Filsafat  Positivisme  lahir  pada  abad  ke-19.  Maksud  positif  adalah  segala gejala dan segala yang tampak seperti apa adanya, sebatas pengalaman-pengalaman objektif. Beberapa tokoh: August Comte (1798-1857), John S. Mill (1806-1873), Herbert Spencer (1820-1903).
F.      Evolusionisme
Aliran  ini  dipelopori  oleh  seorang  Zoologi  yang  mempunyai pengaruh  sampai  saat  ini  yaitu,  Charles  Robert  Darwin  (1809-1882).  Ia mendominasi pemikiran filsafat abad ke-19.Pada  tahun  1838  membaca  bukunya  Malthus  An  Essay  on  the  Principle  of  Population.  Buku  tersebut  memberikan  inspirasi  kepada Darwin untuk membentuk kerangka berpikir dari teorinya. Dalam  pemikirannya,  ia  mengajukan  konsepnya  survival  of  the  fittest dan struggle for life.Dalam  pemikirannnya,  Darwin  tidak  melahirkan  sistem  filsafat, tetapi pada ahli pikir berikutnya (Herbert Spencer) berfilsafat berdasarkan pada evolusionisme.
G.    Materialisme
Seorang  tokoh  lagi  (Materialisme  Alam)  adalah  Ludwig  Feueurbach (1804-1872)  sebagai  pengikut  Hegel,  mengemukakan  pendapatnya, bahwa  baik  pengetahuan  maupun  tindakan  berlaku  adagium,  artinya terimalah dunia yang ada, bila menolah agama/metafisika. Dari  Materialisme  Historis/ dialektis,  yaitu  Karl  Marx  (1818-1883), nama  lengkapnya  Karl  Heinrich  Marx.  Menurut  pendapatnya,  tugas seorang  filosof  bukan  untuk  menerangkan  dunia,  tetapi  untuk mengubahnya.  Hidup  manusia  ternyata  ditentukan  oleh  keadaan ekonomi.

H.    Neo-Kantianisme
Tokohnya  antara  lain  Wilhelm Windelband (1848-1915), Herman Cohen (1842-1918), Paul Natrop (1854-1924), Heinrich Reickhart (1963-1939). Banyak  filosof  Jerman  yang  tidak  puas  terhadap  Materialisme, Positivisme,  dan  Idealisme.  Mereka  ingin  kembali  ke  filsafat  kritis. Gerakan  ini  disebut  Neo-Kantianisme. 
I.       Pragmatisme
Tokohnya  William  James  (1842-1910)  lahir  di  New  York, memperkenalkan  ide-idenya  tentang  pragmatisme  kepada  dunia.  Ia ahli dalam bidang seni, psikologi, anatomi, fisiologi dan filsafat.
Pragmatisme  berasal  dari  kata  pragma  yang  artinya  guna.  Maka pragmatisme  adalah  suatu  aliran  yang  benar  adalah  apa  saja  yang membuktikan  dirinya  sebagai  yang  benar  dengan  akibat-akibat  yang bermanfaat secara praktis.
J.      Filsafat Hidup
Tokohnya  adalah  Henry  Bergson  (1859-1941).  Pada  mulanya  ia belajar matematika dan fisika, tapi ia terjun ke dalam bidang filsafat. Pemikirannya,  alam  semesta  ini  merupakan  suatu  organisme  yang kreatif, tetapi perkembangannya tidak sesuai dengan implikasi logis. Pemikiran  filsfat  Henry  Bergson  ini  sebagai reaksi  dari  Positivisme, Materialisme, Subjektivisme, dan Relativisme.
K.    Fenomenologi
Tokohnya  Edmund  Husserl  (1839-1939),  dan pengikutnya Max Scheler (1874-1928). Fenomologi  berasal  dari  kata  fenomen  yang  artinya  gejala,  yaitu suatu hal yang tidak nyata dan semua. Dan  yang  lebih  penting  dalam  filsafat  fenomologi  sebagai  sumber berpikir  yang kritis. Pemikirannya, bahwa objek/ benda  harus  diberi  kesempatan untuk berbicara,  yaitu  dengan  cara  deskriptif fenomologis  yang  didukung  oleh metode  deduktif.  Tujuannya adalah untuk melihat  hakikat  gejala-gejala secara intuitif.
L.     Eksistensialisme
Pelopornya  adalah  Soren  Kierkegaard  (1831-1855),  Martin Heidegger, J.P. Sartre, Karl Jaspers, Gabriel Marcel.
Kata  eksistensialisme  berasal  dari  kata  eks  =  ke luar,  dan  sistensi atau sisto = berdiri, menempatkan. Eksistensialisme  merupakan  aliran  filsafat  yang  memandang berbagai gejala dengan berdasar pada eksistensinya. Artinya, bagaimana manusia berada (bereksistensi) dalam dunia.



M.  Neo-Thomisme
Pada  pertengahan  abad  ke-19,  Gereja  Katolik  banyak  penganut paham  Thomisme,  yaitu  aliran  yang  mengikuti  Paham  Thomas  Aquinas. Kemudian,  akhirnya  menjadi  suatu  paham  Thomisme,  yaitu  :
-         Pertama, paham  yang  menganggap  bahwa  ajaran. 
-         Kedua, paham  yang menganggap  bahwa walaupun  ajaran  Thomas  telah  sempurna,  tetapi masih  terdapat  hal-hal  yang  belum  dibahas. 
-         Ketiga, paham  yang menganggap bahwa ajaran Thomas harus diikuti.
Neo Thomisme disebut juga Neoskolastik adalah semua aliran dalam filsafat kontemporer yang membangun filsafatnya diatas inti dasar filsafat Thomas Aquino. Neo Thomisme menganggap ajaran Thomas sudah sempurna. Filsuf Neo Thomisme sangat produktif, menerbitkan banyak buku dan majalah.


Diringkas oleh :
Sunarty Meliana Sihombing





2 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. JOIN NOW !!!
    Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
    Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
    BURUAN DAFTAR!
    dewa-lotto.name
    dewa-lotto.cc
    dewa-lotto.vip

    ReplyDelete