KoreshInfo

SYARAT-SYARAT GURU PROFESIONAL DAN CIRI-CIRI PROFESI KEGURUAN

SYARAT-SYARAT GURU PROFESIONAL DAN CIRI-CIRI PROFESI KEGURUAN (Dr. Rusman, M.Pd) § Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang...

Wednesday 30 March 2016

Ringkasan Filsafat # Metode - metode Filsafat



Ringkasan Filsafat

Dengan mempelajari filsafat kita diajak untuk berpikir secara kritis, dipacu untuk berpikir dalam menanggapi berbagai hal sampai menemukan jalan keluarnya atau suatu kesimpulan.
Mahluk yang berpikir adalah manusia. Seorang filsuf adalah seorang ahli pikir, tetapi tidak semua manusia disebut filsuf, memang berfilsafat itu pada dasarnya adalah berpikir, tetapi berpikir tidak selalu berfilsafat.

Ada 8 ciri seseorang disebut berpikir filsafat
1.      Radikal
Berpikir sampai ke akar akarnya, sampai pada konsekuensi yang terakhir, tidak separuh separuh, tidak berhenti  di jalan tetapi terus sampai ke ujung.
2.      Universal
Umum, tidak khusus, tidak terbatas pada bagian bagian tertentu, tetapi mencakup keseluruhan jadi artinya berpikir keseluruhan.
3.      Konseptual
Merupakan hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman manusia. Misalnya Apakah kebebasan itu?
4.      Koheren dan konsisten (runtut)
Sesuai dengan kaidah kaidah berpikir logis, berhubungan atau bersangkut paut, sedangkan konsisten tidak mengandung kontradiksi, harus sesuai dan selaras.
5.      Sistematis
Berpikir logis bergerak selangkah demi selangkah dan saling berhubungan secara teratur.
6.      Komprehensif
Mencakup atau menyeluruh, berpikir secara kefilsafatan merupakan usaha untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan.
7.      Bebas
Sampai batas batas yang luas, bebas dari prasangka social, historis cultural dan bahkan religious.
8.      Bertanggungjawab
Seseorang yang berfilsafat adalah orang yang berpikir, sekaligus bertanggung jawab terhadap hasil pemikiranya paling tidak terhadap hati nuraninnya sendiri. Berarti  yang disebut seorang filsuf menurut ceriteria di atas adalah seorang yang sanggup berpikir secara radikal, universal, konseptual, koheren, sitematis, komprehensip, bebas dan bertanggungjawab.

TUJUAN FILSAFAT

Tujuan filsafat secara umum adalah berusaha memahami substansi yang terdalam dari suatu keberadaan  atau hakikat dari suatu keberadaan. Misalnya  baju, substansi  yang terdalam dari baju adalah untuk menutupi tubuh dari ketelanjangan. Urutannya adalah menutupi tubuh dari kesopanan, keindahan jadi setiap keberadaan  mempunyai fungsi fungsi masing masing.
Tujuan filsafat secara khusus adalah :
-         Mampu menemukan suatu nilai yang terbaik dari suatu perbuatan dengan menilai perbuatan tsb misalnya etika.
-         Mampu menemukan hubungan yang ada antara suatu ilmu(disiplin ilmu) dan pemikiran filsafat
-         Mepelajari hierarki dan susunan kualitas kosmogonis( asal usul alam semesta) dan kosmologis (asal usul serta sifat kejadian dalam alam semesta)
-         Secara khusus mempelajari ontology (upaya mencari substansi dan kedudukan ditengah-tengah  mahluk hidup dan segala sesuatu yang ada) manusia         

PENGERTIAN FILSAFAT
Secara etimologis kata “filsafat” berasal dari bahasa Yunani: “Philosophia” yang berasal dari kata kerja “Philosophein” yang berarti mencintai kebilaksanaan. Kata Philosophein sendiri berasl dari kata   Philein” kata kerja yang berarti mencintai dan Sophia yang berati kearifan, bijaksana, pengetahuan. Jadi secara singkat dapat dikatakan bahwa filsafat berarti cinta akan hikmat atau kebijaksanaan. Dan dari kata “philosophia” lahirlah kata Inggris “philosophy” yang diterjemahkan cinta kearifan

ASAL MULA FILSAFAT
Sifat manusia yang tidak pernah puas mendorongnya untuk mengetahui berbagai hal. Yang  mendorong manusia berfilsafat adalah :  Keheranan,kesangsian, kesadaran, keterbatasan.
a).  Keheranan
Aristoteles mengatakan bahwa karena ketakjuban/keheranan maka mulailah manusia berfilsafat. Rasa heran ini bahasa yunani disebut “Thaumasia “ artinya kekaguman, keheranan, dan ketakjuban.
b).  Kesangsian
Manusia heran akan apa yang ia lihat dan alami, tetapi ia kemudian ragu. Hatinya bertanya apakah ia tertipu oleh panca indra kalau ia heran.
Agustinus (354 – 430) dan Rene Descartes (1596-1650) berpendapat bahwa kesangsian itu merupakan sumber utama bagi pemikiran utama manusia. Pada saat manusia melihat segala sesuatu yang baru baginya, ia akan merasa heran, kemudian ia akan meras sangat ragu ragu. Persoalan yang di hadapi  manusia dalam hal ini adalah apakah kita tidak hanya melihat yang ingin kita lihat dan dimana ditemukan kepastian? Ini disebabkan karena dunia ini penuh dengan macam macam pendapat, keyakinan dan interpretasi oleh karena itulah Rene Descrates berkata (Corgito ergo sum) artinya” jika saya berpikir maka saya ada” tetapi bagi orang Kristen bukan “Cogito ergo sum, tepai’Deus Est Ergo Sum”artinya Allah ada jadi aku ada.
c).  Kesadaran keterbatasan
Manusia mulai berfilsafat saat menyadari bahwa dirinya itu sangat kecil dan lemah bila dibanding dengan alam semesta lainnya. Semakin ia terpukau oleh ketakterhinggaan sekelilingnya, semakin ia heran akan eksistensinya. Dengan kesadaran keterbatasn dirinya manusia mulai berfilsafat.

METODE METODE FILSAFAT
Ilmu filsafat mempunyai cara kerja sendiri sendiri, dengan metode masing masing,adapun metode tsb, adalah:
1).    Metode Socrates – Metode Filsafat
Socrates menganggap filsafat sebagai kebijaksanaan, metodenya disebut metode kebidanan (maieutike tehne) yaitu berfilsafat dengan cara tidak member informasi melainkan membantu mengeluarkan jawaban dengan mengajukan pertanyaan pertanyaan. (teori Anamnesia) artinya anak terlahir sudah ada pengetahuan dalam jiwanya tetapi anak tidak bias mengingat  tanpa bantuan seorang guru untuk menanyainya. Contoh percakapan Socrates(S), dengan seorang anak  muridnya (M),
S     :      Apa yang dimaksud dengan serangga (insect)itu ?
              Seringkali orang mengatakanya sehingga saya ingin mengetahuinya.
M     :     Serangga ialah binatang kecil bersayap.
 S     :     Kalau begitu apakah ayam juga disebut serangga karena ayam juga punya sayap.
 M    :     Ayam bukan binatang kecil bersayap tetapi sudah binatang besar.
 S     :     Kalau begitu apakah burung pipit disebut serangga?
 M    :     Tidak jenis burung.
 S     :     Kalau begitu serangga adalah binatang beruas, kulitnya kasat lagi keras, kakinya enam, mempunyai atau bekas sayap
            Dari percakapan diatas terlihat ada 3 tingkat pikiran yaitu;
1.      1). Yakin yang tiada berdasar.
2.      2). Bimbang dan ragu tentang pendapat semula, dan ingin mengetahui yang sebenarnya
3.      3).Yakin berdasarkan kepada penyelidikan penyelidikan dan cara berpikir yang betul.

2).    METODE  EKSISTENSIALIS
Metode ini bertitik tolak dari pengalaman kehidupan konkrit dan real, misalnya kecemasan (Kierkegaard),  Kebebasan (JP sarter), Pengharapan (Gabriel Marcel). Dan dalam pendekatan ini manusia tidak diperlukan sebagai object, tetapi sebagai subject. Menurut Gabriel Marcel manusia merupakan misteri, hanya dapat dipahami dengan keterlibatanya (involvement), bukan problem.
Eks         = keluar
Sistence =berdiri sebagai diri sendiri.
Jadi eksistensi artinya hati, pikiran, dan hidupnya ada disitu.

3).    METODE  FENOMENOLOGIS
Oleh Edmund Husserl (1859-1939). Berasal dari kata Yunani” Phenomenon” artinya apa yang menampakkan diri. Atau ilmu yang tidak bersandar pada pengandaian pengandaian atau  ilmu murni, dengan menganjurkan “zuruck zu den sachen selbst / kembali kepada halnya sendiri”.
Metode ini lebih cendrung kepada empirisme
Misalnya; Rumah itu bagus. (yang menampakkan diri yaitu rumah) sementara mengenai kualitas sesungguhnya belum tentu bagus.
4).    METODE  TRANSENDENTAL
Oleh J.Marechal ( 1878- 1944), dan dikembangkan oleh Karl Rahner, E.Corath, B.Lonergar. Metode ini merupakan salah satu metode yang hendak mencari  azaz yang fundamental, dan menempatkan setiap hal dalam keseluruhan kenyataan.
Berpikir dari hal  yang lebih kecil menjadi  jauh kepada yang mendasar.
Misalnya ,lalat umurnya 2Hari, sapi 10 Thn, manusia 60Thn.( metode ini ada yang awal ada yang ahir, ada apa dibalik itu)mencari azaz yang paling utama untuk mencari hyang bena
Contoh
-         Tak ada burung tempua bersarang rendah, kecuali kalau tak ada apa apanya
-         Seorang dosen membela secara gigih seorang mahasiswa yang ber IPK 2,0 padahal  persyaratan beasiswa IPK harus 2,7.dasar pemikiran dan dosen itu adalah situasi menarik becak di samping kuliah sekaligus menolong biaya adiknya di kampong (dosen menolong mahasiswanya ada apa dibalik itu)
5).    METODE  HISTORIS KRITIS
Metode ini mengembangkan pemikiran mengenai manusia dengan membahas pandangan pandangan yang ada dalam sejarah.
Contoh
-         Galilah sedalam dalamnya kebun  yang di tinggalkan oleh orang tua sebab sebab di alamnya ada harta karun.( menggali ada apa disebalik itu? Tentu karena ada harta karun).
6).    METODE  TELAAH DASAR
Metode ini menggunakan  penemuan penemuan ilmu ilmu empiris untuk memperkembangkan pengertian tentang manusia.
7).    METODE  STRUKTURALIS
Metode ini menekankan  pengaruh  struktur  terhadap sesuatu.segala sesuatu yang ditentukan merupakan struktur. Setiap hal ada sangkut pautnya dengan yang lain. Setiap hal harus  dibandingkan dengan yang lain untuk mengetahui sesuatu itu secara sungguh sunguh. (metode ini bukan menjelaskan melainkan mengaburkan masalah).
Contoh  :
-         oh. dia jahatnya pantaslah dia orang batak.
-         Mangga jatuh tidak jauh dari pohonya.
-         Dari mana dia ? jawab temanya : dari Bali,jadi pasti pandai menari.
-         Kalau kita bergaul dengan orang yang berbelang belang paling sedikit kita berbintik bintik.

II. FILSAFT MODERN
            Dimulai sejak adanya krisis zaman pertengahan selama dua abad, yaitu abad ke 14 dan 15 yang di tandai munculnya gerakan Renaissance. Renaissance artinya kelahiran kembali yang mengacu kepada gerakan keagamaan dan kemasyarakatan yang bermula di Italy.Tujuanya adalah merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup Kristen dengan mengaitkan filsafat Yunani dengan ajaran agama Kristen, dan  juga untuk mempersatukan kembali gereja yang terpecah pecah.
           

Dan di era abad ke 20, nilai filsafat merosot maka muncullah berbagai pemikiran pemikiran; Rasionalisme, Empirisme, Kritisisme, Idealisme, Positivisme, Evolusionisme, Materialisme, Neo-kantianisnic, Pragmatisme, Filsafat hidup, Fenomenologi, Eksistensialisme, dan neo-Theisme  .
A.     Rasionalisme
Dipelopori oleh Rene Descartes (1596 – 165’ yang disebut sebagai Bapak filsafat modern.mengatakan bahwa ilmu pengetahuan hanya satu tidak ada bandingan.aliran inin mengatakan bahwa akal lah yang menjadi number pengetahuan
(didalam berpikir diperlukan titik tolak pemikiran yang pasti yang dapat di temukan dalam keragu raguan “ Colgito ergo sum”/ saya berpikir maka saya tahu)faham berpikir ini dengan metode Transendental.
Contoh, 5 + 7 = 12, 5 + 7 disebut  Subject,  12 disebut Predikat, Subject = Predikat. Kelemahannya, yaitu tidak ada perkembanganya, hanya otak atik.
B.     Empirisme
Tokohnya Thomas Hobbes, John locke dan david hume.Teori  empirisme beranggapan bahwa pengetahuan yang bermanfaat, pasti dan benar hanya lewat indera (empiri ). Empirilah satu satunya sumber pengetahuan.
Contoh :
Rumah itu bagus, rumah itu = subject,;  Bagus = Predikat.
            Apakah Rumah itu selalu bagus? Tidak , maka S#P.
C.     KRITISISME
Menurut Kritisisme bahwa pengetahuan manusia baik pada ratio maupun pada pengalaman, filosofnya Immanuel kant (seorang jerman)
Contoh, lembu di eropa di pakaikan kaca mata hijau, sebab kalau musim kemarau rumput yang kering jika dilihat dengan kaca tsb rumputnya akan kelihatan hijau.
D.    IDEALISME
Aliran filsafat yang menyatakan bahwa segala galanya adalah subject absolute/roh absolute.
Subject absolute (George F.Hegel) membuat contoh misalnya;
Udara ,--embun --, air.== muncul kehidupan.
Jerami jika direndam air 1 Bln maka akan muncul bulu bulu bergetar itulah awal kehidupan, jadi awalnya adalah subject absolute. Kata Hegel selalu ada tesis,dan antithesis dan ahirnya timbullah sintetis.


E.     POSITIVISME
Tokoh August Comte (1798-1857),John S.Mill(1806-1873),Herbert Spenser(1820-1903).
Hanya materi aja, tidak ada tempat jiwa dan tempat roh disitu yang ada hanya fakta
F.      EVOLUSIONISME
Di pelopori oleh Charles Robert Darwin (1809-1882) ahli zoology,dalam pemikiranya ia mengajukan konsep tentang perkembangan tentan segala sesuatu termasuk manusia yang diatur oleh hukum hukum mekanik yaitu survival of the fittest dan struggle for life.
G.    MATERIALISME
Oleh Julien de Lamettrie (1709-1751) mengemukakan pemikiranya  bahwa binatang dan manusia tidak ada bedanya, karena semuanya dianggap sebagai mesin,buktinya bahan (badan ) tanpa jiwa mungkin hidup (bergerak), sedangkan jiwa tanpa bahan(badan) tidak mungkin ada. Jantung katak yang dikeluarkan dari tubuh katak masih hidup (berdenyut) walaupun beberapa saat.jiwa itu seperti senter. Dan condong menggunakan metode transcendental.
H.    PRAGMATISME
Oleh William james (1842-1910),pragmatism adalah suatu arahan yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat akibat yang bermanfaat secara praktis. Misalnya berbagai pengalaman pribadi tentang kebenaran mistik, asalkan dapat membawa kepraktisan dan bermanfaat secara praktis.

III.FILSAFAT DI TENGAH ILMU PENGETAHUAN
Eksistensi filsafat  tampak dalam kegiatanya , dalam konteks ;
  1. Apa kekhasanya (menunya).
  2. Ada wewenangnya.
Ilmu pengetahuan dapat menjawab pertanyaan bagaimana?, Untuk apa ? apa maknanya?.
  1. Menyangkut etika. Kita dapat mengambil alih pikiran ini dengan tambahan bahwa yang paling mendesak dalam situasi kita suatu etika yang meneropongi pembangunan.



FILSAFAT  BAHASA

Tugas filsafat ialah menjelaskan kepada orang apa yang dapat dikatakan. Metafisika melampaui batas-batas apa yang tidak dapat dikatakan tetapi “Wittgenstein” berpendapat juga bahwa memang ada hal hal yang tidak dapat juga di katakana. Hal hal itu menunjukkan diri itulah mistis.
Ada 4 pokok antara hal hal yang melampaui batas batas bahasa yaitu ; Subject,kematian,Allah,dan bahasa sendiri.
Keterangan :
  1. Subject, Bahasa merupakan gambar dunia , subject  yang menggunakan bahasa tidak termasuk dunia.
  2. Kematian, tidak mungkin berbicara tentang kematian sendiri karena kematian tidak merupakan suatu kejadian kejadian yang lain.
  3. Allah, Allah tidak dapat dipandang sebagai sesuatu dalam dunia tidak dapat dikatakan pula bahwa Allah menyatakan diri dalam dunia.
  4. Bahasa sendiri, Bahasa mencerminkan dunia tetapi cermin tidak memantulkan dirinya sendiri. Karena itu Wittgenstein berkesimpulan bahwa orang yang mengerti Tractatus akan mengakui ucapan ucapan didalamnya tidak bermakna.
            Jadi apa tugas filsafat dalam pandangan ini? Jadi filsafat harus menyelidiki permainan permainan bahasa yang berbeda beda menunjukkan aturan aturan yang berlaku di dalamnya, menetapkan logikanya, dan sebagainya. Filsafat tidak camput tangan dalam pembentukan suatu permainan bahasa melainkan hanya melukiskan fungsinya.

V. FILSAFAT TEKNOLOGI
Teknologi bersifat ambivalen  atau bersifat mendua nilai, disatu sisi teknologi menjadi alat di tangan manusia jadi manusia sebagai subject teknologi dan sisi lain tidak dapat di ingkari bahwa teknologi dalam arti tertentu mempunyai  system dan hidupnya sendiri dan cukup menguasi manusia. Dan dengan demikian manusialah menjadi objeck teknologi. Melihat kenyataan seperti I tu manusia harus mengambil jarak dan bersikap kritis menghadapi teknologi
            Dengan demikian, secarater tentu  teknologi  telah menjadi alas control yang cukup efektip, masyarakat berjalan terus tanpa menentang system menuruti arah yang sudah ditentukan yakni hidup kapitalis yang mengejar keuntungan yang sebesar besarnya. Keadaan ini  menunjukkan bahwa masyarakat menjadai objeck teknologi bukan teknologi di tangan manusia atau subjek teknologi.
BEBERAPA PRINSIP PRINSIP PENILAIAN FILOSOFIS TERHADAP TEKNOLOGI DAN AKIBAT AKIBATNYA

1.      Prinsip untuk tidak melakukan hal yang buruk
            Menurut Thomas Aquinas, suatu perbuatan , selalu di dasarkan suatu alasan yang baik. Misalnya perbuatan mencuri. Seseoraang mencuri tidak pertama tama mau merugikan orang lain tetapi mau mendapatkan untung untuk dirinya sendiri. Tindakan itu dari dirinya adalah jahat walaupun tidak dimaksudkan pertama tama untuk kejahatan, tetapi perbuatan itu tetap tidak dibenarkan secara moral.
Penerapanya apakah keuntungan yang diperoleh sungguh sungguh seimbang dengan resiko dari kerugian yang harus di tanggung.

2.      Prinsip untuk melakukan hal yang baik.
            Prinsip ini tidak hanya bersifat negatip yaitu melarang perbuatan jahat, tetapi juga bersifat positip yaitu wajib melakukan yang baik. Nilai moral seorang manusia tidak ditentukan oleh factor bahwa ia tidak berbuat jahat tetap kadar moral seseorang ditentukan oleh perbuatan perbuatan baiknya. Penerapanya bahwa tehnologi tidak hanya mendatangkan manfaatsebanyak mungkin yang diperun tukkan untuk segelintir masyarakat atau hanya untuk sejumlah konglomerat saja.

3.      Prinsip keadilan
            Siapa sebenarnya yang paling diuntungkan dalam penggunaan teknologi tsb, tidak jarang disaksikan  bahwa keuntungan yang paling besar  tgertuju pada segelintir orang yang tergolong orang yang punya.dan kmerugian atau resiko paling banyak dipikul rakyat . misalnya praktek penggusuran  beberapa desa untuk kepentingan pabrik besar yang sahamnya di kuasai segelintir orang.

4.      Prinsip pelestarian lingkungan hidup.
            Kelestarian lingkungan hidup tidak hanya menyangkut manusia zaman ini, tetapi juga terkait dengan kehidupan generasi yang akan datang, sehingga teknologi yang bertanggung jawab adalah teknologi yang berwawasan lingkungan. Bertanggung jawab artinya teknologi  harus menghormati unsur unsur yang membentuk dunia kodrati, dan sikap menghormati adalah dengan cara,memperhitungkan dampak negatip dari teknologi, kelestarian alam adalah hak generasi yang akan datang, menyadari bahwa kualitas hidup manusia turut ditemukan oleh factor lingkungan hidup itu sendiri.


VI. AJARAN NILAI MAX SCHELER
            Secara analogis nilai nilai yang sama tidak pernah dapat positip sekaligus negatip, jika hal itu terjadi tentu ada nilai nilai yang berbeda yang tersembunyi di dalam nilai yang sama itu atau di dalam penilainya. Dalam situasi yang sama orang bias saja menginginkan hal yang berbeda hal itu tidak melanggar hukum ( menurut Kant ,tidak melanggar hukum). Jika ternyata ia menipu hal itu disebabkan oleh sifatnya yang jahat. Bagi Scheler hal itu tidak melawan hukum, karena ia perlu melakukanya.
1.      NILAI DAN PEMBAWA NILAI
Menurut Scheler, sesuatu itu bernilai baik atau buruk karena di hubungkan dengan person termasuk kehendak dan perbuatan, ada kehendak baik ada kehendak buruk.
2.      NILAI LEBIH  TINGGI DAN LEBIH RENDAH
Scheler berpendapat bahwa diantara nilai nilai terdapat suatu  hirarki. Akibat suatu nilai bias lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai lainnya. Tingginya suatu nilai ditentukan oleh esensinya. Tetapi kita bias menentukannya hanya  dalam konteks tindakan peminatan peminat terjadi tanpa disertai pilihan ataupun kehen dak.mislnya saya lebih meminati mawar daripda melati.
SIFAT LAMANYA NILAI
Lamanya waktu tidak membuat suatu benda lebih bernilai sebaliknya waktu yang pendek tidak merendahkan suaatu nilai . misalnya lukisan yang tinggi nilainya bias berumur pendek karena terbakar.
SIFAT DAPAT TIDAKNYA NILAI DIBAGI BAGI
Barang barang material bias dinikmati kalau hanya barang itu dibagi bagi misalnya, roti, pakaian dsb, supaya suatu lukisan dapat dinikmati oleh banyak orang maka lukisan itu harus di tempatkan disuatu tempat, jika orang lain ingin menikmatinya maka lukisan itu harus dibawa di tempat dimana mereka berada.
3.      HIRARKI NILAI
Berdasarkan criteria Scheler membuat hirarki. Hirarki nilai merupakan hubungan nilai apriori yang paling penting dan paling fundamental bagi Scheler. Hirarki nilai berdasarkan intuisi sebagai berikut:
a.       Nilai yang menyangkut kesenangan dan ketidaksenangan.
Nilai ini merupakan yang paling rendah tingkatnya, berkaitan dengan fungsi fungsi panca indra karena menyangkutm kesenangan dan ketidaksenangan. Setiap individu berbeda dalam merasakan  nilai karena penangkapan pancaindra masing masing yang berbeda, tetapi nilai itu sendiri tetap sama, tidak tergantung pada individu.
b.      Nilai yang berhubungan dengan  vitalitas.
Nilai lebih tinggi daripada nilai yang menyangkut kesenangan dan ketidasenangan, sebagai contoh, Scheler mengambil nilai yang harus (the noble) dan yang bias (the vulgar) nilai nilai ini utuh tidak bias direduksi kedalam nilai nilai kesenangan ataupun kedalam nilai nilai rohani.
c.       Nilai nilai Rohani.
Scheler membedakan 3 tipe nilai rohani : nilai baik dan buruk yang merupakan nilai nilai estetis, nilai benar dan salah yang menjadi basis tatanan kebenaran, dan nilai nilai pengetahuan murni seperti tampak dalam filsafat.
d.      Nilai nilai yang kudus dan yang tidak kudus.
Nilai nilai menyangkut objeck absolute tidak tergantung dari apa yang dianggap kudus.seperti benda benda yang berkekuatan gaib, magic dll. nilai ini berhubungan dengan pengalaman religious, tmpak dalam iman. Orang orang yang mencapai nilai ini adalah type orang santo, pahlawan, orang jenius, dan pemimipin rohani sedangkan dalam bentuk kebersamaan nilai ini tampak dalam dalam masyarakat gereja, masyarakat hukum ataupun  masyarakat yang berbudaya.






Friday 18 March 2016

Pengantar Kepada Perjanjian Lama - Susunan Perjanjian Lama (Bag-1)



SUSUNAN PERJANJIAN LAMA
(Sumber : Dr. J. Blommendaal)

Di dalam kitab – kitab Perjanjian Lama Ibrani terdapat tiga bagian, yaitu :
1.      TAURAT ( T = THORA)
Terdiri dari :
1)      Kejadian
2)      Keluaran
3)      Imamat
4)      Bilangan
5)      Ulangan
2.      NABI-NABI (N = NEBIIM)
I.        Nabi – nabi Terdahulu
1).    Yosua
2).    Hakim – hakim
3).    I, II Samuel
4).    I, II Raja-Raja
II.     Nabi – nabi yang kemudian
a)      Nabi – nabi Besar
1)      Yesaya
·        Yesaya (1 – 39)
·        Deutero Yesaya (40 – 55)
·        Trito – Yesaya (56 – 66)
2)      Yeremia
3)      Yehezkiel
b)      Nabi – nabi Kecil
1)      Hosea
2)      Yoel
3)      Amos
4)      Obaja
5)      Yunus
6)      Mikha
7)      Nahum
8)      Habakuk
9)      Zefanya
10)  Hagai
11)  Zakharia
·        Zakharia (1-8)
·        Deutero – Zakharia (9 – 11)
·        Trito – Zakharia (12 – 14)
12)  Maleakhi

3.      KITAB – KITAB (K = KETUBIM)
1).          Mazmur
2).          Ayub
3).          Amsal
4).          Rut
5).          Kidung Agung
6).          Pengkhotbah
7).          Ratapan
8).          Ester
9).          Daniel
10).      Ezra
11).      Nehemia
12).      I, II Tawarikh






Pembagian Perjanjian Lama dalam terjemahan Indonesia
            Di dalam Perjanjian Lama bahasa Indonesia terdapat tiga bagian.
1).    Buku – buku sejarah
Bagian pertama, buku – buku sejarah terdapat :
1.      Kejadian
2.      Keluaran
3.      Imamat
4.      Bilangan
5.      Ulangan
6.      Yosua
7.      Hakim – hakim
8.      Rut
9.      I, II Samuel
10.  I, II Raja – raja
11.  I, II Tawarikh
12.  Ezra & Nehemia
13.  Ester

2).    Buku – buku Pengajaran
Dibagian kedua, yaitu buku – buku pengajaran, terdapat:
1.      Ayub
2.      Mazmur
3.      Amsal
4.      Pengkhotbah
5.      Kidung Agung

3).    Buku – buku Nabi – nabi
Dibagian ketiga, yaitu buku – buku, terdapat :
1.      Yesaya
2.      Yeremia
3.      Ratapan
4.      Yehezkiel
5.      Daniel
6.      Hosea
7.      Yoel
8.      Amos
9.      Obaja
10.  Yunus
11.  Mikha
12.  Nahum
13.  Habakuk
14.  Zefanya
15.  Hagai
16.  Zakharia
17.  Maleakhi
Jadi skema di atas menunjukkan bahwa Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani tidak seuai dengan Perjanjian Lama dalam terjemahan Indonesia.

Sumber : [1]


[1] J. Blommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama. (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2008) h.9-16






Friday 11 March 2016

Ringkasan 100 PERISTIWA PENTING DALAM SEJARAH KRISTEN - Tahun 64 Roma Terbakar



Ringkasan
100 PERISTIWA PENTING DALAM SEJARAH KRISTEN
Pertama
Tahun 64 Roma Terbakar

Nero playing while Rome burns
lukisan dari seniman Giulio Romano (c.1499-1546)
lukisan ini dibuat antara tahun 1536-1539.

Kekaisaran Romawi dapat dikatakan sebagai bom waktu yang menanti pemicuan iman Kristen. Para pekabar Injil mulai menelusuri seantero kekaisaran. Di sinagoge (rumah ibadah) orang Yahudi, terdapat-tempat penampungan para pengrajin, di pondok-pondok kumuh, mereka menyebarkan berita Injil dan memenangkan jiwa-jiwa baru. Tidak lama kemudian berdirilah gereja di kota-kota besar, termasuk ibu kota kekaisaran.
Kota Roma, pusat kekaisaran, menarik orang-orang seperti magnet. Paulus sendiri pernah menginginkan kunjungan ke kota tersebut (Rm.1:10-12); dan pada akhir suratnya kepada jemaat di Roma, ia sudah mengenal banyak orang Kristen di sana (Rm. 16:13-15). Mungkin ia pernah bertemu mereka dalam perjalanannya.
Ketika Paulus tiba di Roma, ia dalam keadaan dirantai. Kisah Para Rasul pada bagian penutupannya menyatakan bahwa akhirnya Paulus mendapat kelonggaran untuk menjadi tahanan rumah di sebuah rumah sewaan. Di sana ia dapat menerima tamu dan mengajar mereka.
Menurut tradisi, Petrus pun pernah bergabung dengan Gereja Roma. Meskipun kita tidak mempunyai kurun waktu yang pasti, namun kita dapat menduga bahwa dengan pimpinan kedua tokoh ini, jemaat tersebut bertumbuh kuat, termasuk para bangsawan dan prajurit serta para pengrajin dan pelayan.
Selama tiga dekade, para pejabat Romawi beranggapan bahwa kekristenan adalah cabang agama Yahudi agama yang sah dan tidak bermaksud membuat "sekte" baru agama Yahudi. Namun banyak orang Yahudi yang tersinggung karena kepercayaan baru ini mulai menyerangnya. Ini juga merupakan ancaman bagi Roma. Kelalaian Roma atas keadaan tersebut ditunjukkan oleh laporan sejarawan Tacitus. Dari salah satu rumah petak di Roma, ia melaporkan adanya gangguan di kalangan orang-orang Yahudi karena "chrestus". Tacitus mungkin salah dengar; orang-orang mungkin memperdebatkan tentang Christos, yang adalah Kristus.
Menjelang tahun 64 Masehi, beberapa pejabat Romawi mulai sadar bahwa kekristenan sama sekali berbeda dengan Agama Yahudi. Orang-orang Yahudi menolak orang-orang Kristen dan lebih banyak melihat kekristenan sebagai agama yang tidak sah. Jauh sebelum kebakaran kota Roma, masyarakat telah mulai memusuhi Kristen. Meskipun sifat orang Romawi ingin menerima dewa-dewa baru, namun kekristenan tidak mau mengakui kepercayaan-kepercayaan lain. Karena kekristenan menentang politeisme kekaisaran Romawi yang telah berakar, maka kekaisaran itu pun mulai membalas.
Pada tanggal 19 Juli, kebakaran berkobar di sebuah sektor kumuh di Roma. Selama tujuh hari api yang tak kunjung padam itu memusnahkan perumahan yang padat. Sepuluh dari empat belas blok perumahan musnah, dan banyak penduduk yang tewas.
Menurut legenda, Kaisar Nero sedang bermain biola ketika Roma terbakar. Banyak orang sezamannya menduga bahwa dialah yang bertanggung jawab atas kebakaran tersebut. Ketika kota itu dibangun kembali dengan dana dari masyarakat, Nero mengambil sebidang tanah yang cukup luas untuk membangun Istana Emasnya. Kebakaran itu merupakan jalan pintas bagi pembaruan perkotaan.
Untuk mengelakkan tuduhan atas dirinya, Kaisar itu mengkambinghitamkan orang-orang Kristen. Ia menuduh bahwa merekalah yang memicu kebakaran tersebut. Akibatnya Nero bersumpah untuk memburu dan membunuh mereka.
Gelombang pertama penganiayaan orang Romawi terhadap orang Kristen dimulai tidak lama setelah kebakaran itu dan berakhir sampai tahun kematian Nero, tahun 68. Dengan haus darah dan biadab, orang-orang Kristen disalibkan dan dibakar. Jasad-jasad mereka berjejer di jalan-jalan Roma, disediakan bagi pencahayaan obor. Orang-orang Kristen lainnya dikenakan pakaian hewan dan dimasukkan ke dalam kandang untuk dicabik-cabik anjing-anjing. Menurut cerita, Petrus dan Paulus menjadi martir akibat penyiksaan Nero. Paulus dipenggal kepalanya sedangkan Petrus disalibkan terbalik.
Penganiayaan berlangsung secara sporadis, dan tetap terlokalisasi. Seorang kaisar mungkin telah memicunya dan berlanjut selama lebih kurang sepuluh tahun. Namun, masa damai akan menyusul sampai ada seorang gubernur yang memulai penganiayaan terhadap orang Kristen di wilayahnya tentu dengan restu dari Roma. Hal semacam ini berlangsung dua setengah abad lamanya.
Tertullianus, seorang penulis Kristen abad kedua pernah berkata, "Darah para martir adalah benih Gereja." Anehnya, setiap kali penganiayaan merebak, orang Kristen yang menjadi korban makin bertambah. Dalam suratnya yang pertama Petrus menguatkan orang-orang Kristen untuk bertahan, percaya diri akan kemenangan dan kuasa Kristus yang akan diteguhkan (1 Ptr. 5:8-11). Kata-katanya ini telah terbukti dengan pertumbuhan Gereja di tengah-tengah penekanan.

Sumber :

A. Kenneth Curtis, J. Stephen Lang & Randy Petersen,
100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen,
Immanuel, 1999

Thursday 10 March 2016

ILMU BUDAYA DASAR KRISTEN - MANUSIA DAN POTENSINYA



MANUSIA DAN POTENSINYA

Manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah, juga berarti bahwa manusia diciptakan dengan potensi-potensi. Potensi-potensi tersebut tentunya dimaksudkan agar pertama, manusia dapat bersekutu dengan Allah; kedua, manusia dapat menguasai, mengusahakan serta memelihara alam semesta beserta segala isinya, sebagai wakil Allah di bumi ini. Ketiga, manusia dapat saling membangun dengan sesamanya. Dengan kata lain manusia diciptakan potensi untuk berelasi dengan Allah alam dan sesamanya.

Potensi-Potensi Manusia
1.      Potensi Rohani
Allah menciptakan manusia dengan unsur roh, itulah sebabnya manusia adalah mahluk rohani. Kejadian 2:7 mencatat, “Ketika itulah Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya, demikianlah manusia itu menjadi mahluk yang hidup (Kej. 2:7).” Nafas hidup boleh juga diterjemahkan dengan roh. Allah adalah roh dan manusia diciptakan dengan unsur roh. Itu berarti manusia dapat berkomunikasi dengan Allah. Roh manusia juga merupakan sarana untuk dapat berkomunikasi dengan Allah, untuk dapat menyembah Tuhan dengan benar, Yohanes mencatat, “Allah itu Roh, barang siapa menyembah Dia, harus menyembahnya dalam roh dan kebenaran” (Yoh, 4:24).
2.      Potensi Moral
Potensi moral manusia diberikan oleh Allah kerena Allah itu Suci, semula manusia diciptakan sebagai mahluk yang bermoral supaya manusia dapat memancarkan kemuliaan dan kesucian Allah. Allah memberikan potensi moral sebagai hak, suatu esensi dalam hakekat sebagai manusia. Moralitas manusia sangat dibutuhkan dalam hubungannya dengan diri sendiri, dengan sesama dan juga dalam hubungannya dengan alam semesta. Dalam hubungan dengan diri sendiri moralitas yang memancarkan kesucian Allah akan membuat dia menghargai diri dan tidak menggunakan diri untuk maksud-maksud yang jahat dan tidak terpuji. Ia pun akan menempatkan diri dengan benar ketika beribadah kepada Allah.
3.      Potensi Rasio
Allah itu berpikir dan merencanakan. Itulah sebabnya ketika manusia diciptakanNya menurut gambar dan rupa-Nya, manusia juga diberikan potensi ratio yang memungkinkan untuk berpikir, menghitung, merencanakan, menganalisa, berimajinasi dan lain sebagainya, yang adalah pekerjaan logika. Karena memiliki rasio, manusia dapat terbang sampai ke bulan, dapat membangun gedung pencakar langit, tehnologi informasi yang sedemikian canggih dan sebagainya. Namun tidak dapat disangkal bahwa dampak dari kemajuan yang dihasilkan oleh rasio manusia adalah degradasi moral. Manusia semakin sombong, yang membuatnya semakin tidak dapat mengasihi dan melayani Tuhan dan sesama. Sesungguhnya rasio diberikan agar manusia dapat berfikir dan merencanakan bagaimana mengembangkan, membangun dan memelihara bumi. (Kej.1:28; 2:15). Manusia perlu menggunakan kekuatan rasionya untuk membawa seluruh ciptaan setitrut kehendak Allah, sang Pencipta.
4.      Potensi untuk Berkuasa
Allah adalah Tuhan, yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan Lord. Istilah lord juga diberikan kepada orang-orang yang mempunyai kekuasaan tertentu. Ketika Allah menciptakan manusia, ia menciptakan manusia yang bersifat ke-tuan-an (the mastership). Oleh karena itu manusia ditetapkan oleh Allah menjadi “tuan” atas ciptaan yang lain. Alkitab mencatat, “Allah memberkati mereka: …… penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi. “Kej. 1:28. Otoritas manusia sebagai tuan atas seluruh bumi diberikan Allah pencipta, supaya manusia menunjuk kepada kemahakuasaan dan kedaulatan Allah.
5.      Potensi Kreatif
Manusia diciptakan oleh Allah Pencipta, karenanya pun diberikan daya cipta. Daya cipta digunakan untuk menyatakan bahwa manusia diciptakan oleh Allah dengan daya cipta seperti Allah mencipta. Dengan daya ciptaNya Allah merencanakan segala sesuatu dengan kreativitas yang tinggi. Kreativitas manusia diperlukan dalam upayanya untuk melaksanakan tugas Allah, tugas untuk membangun dan memelihara bumi (Kej. 1:28; 2:15). Bumi yang semula diciptakan Allah memerlukan daya kreativitas yang tinggi dari Adam dan Hawa dalam pengelolaannya. Allah pencipta telah menyediakan sarana dan prasarana, dan manusia tinggal menggunakan daya kreativitas yang sudah diberikan Tuhan kepadanya.
Yesus adalah pengajar kreatif. Ia dapat menggunakan perumpamaan-perumpamaan dalam menjelaskan apa yang diajarkan agar mudah dimengerti oleh pendengarnya. Perumpamaan itu sering kali diambil dari sesuatu yang ada di lingkungan-Nya. Ketika Ia dicoba dengan pertanyaan apakah orang harus membayar pajak. Ia secara kreatif mengambil sekeping uang, dan Ia berkata berikan kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepadanya dan kepada Tuhan, apa yang merupakan hak Tuhan.

Sumber :

  1. F. Sianipar, Ilmu Budaya Dasar
  2. Rey Hendra, Manusia dan Penciptaan Hingga Kekekalan

Tuesday 8 March 2016

RINGKASAN SEJARAH GEREJA MULAI ABAD PERTENGAHAN SAMPAI ABAD KE -12



SEJARAH GEREJA MULAI ABAD PERTENGAHAN
SAMPAI ABAD KE -12

Abad ke-5
Pada permulaan abad pertengahan, gereja Baratlah yang mula – mula sadar akan panggilan untuk mengabarkan injil kepada segala Bangsa. Pusat pengutusan Injil di Eropa terdapat di Irlandia, dibawa oleh seorang bernama Patrick pada tahun 432. Dengan segera timbullah disana suatu gereja Kristen yang berkembang dengan cepat. Gereja itu dipimpin oleh biara – biara yang menjadi pusat kehidupan rohani, ilmu dan kebudayaan.
Banyak rahib merasa dirinya terpanggil untuk meninggalkan pulau orang-orang kudus itu. Mereka membawa Injil banyak ke negeri di Eropa, misalnya ke tanah Inggris, Skotlandia, Jerman Barat, bahkan sampai ke pulau Es. Colombia memasehikan Skotlandia (563) dan Columbanus (±600) mempengaruhi banyak orang kafir di Eropa Barat dengan kotbahnya yang memanggil kepada pertobatan.
Sejarah gereja awal abad pertengahan dikaitkan dengan kepausan Gregorius Agung (590 – 604).
            Pada akhir abad pertengahan seorang paus naik takhta yang mengemudikan gereja dengan kuat, yaitu Gregorius Agung (590 – 604), yang dahulu menjabat pangkat walikota Roma. Di Spanyol dan di Prancis Gregorius Agung juga memperkokoh kuasanya. Di Italia Gregorius Agung memperluas daerah jemaat Roma, sehingga paus menjadi kepala pemerintah suatu daerah, diperluas lagi menjadi “negara – gereja”.
            Dalam lapangan theologia, Gregorius Agung melemahkan ajaran Augustinus. Menurut Gregorius, keselamatan kekal dihasilkan oleh kerjasama dari rahmat Tuhan dengan amal, jasa dan penitensia manusia. Oleh karena sumbangan manusia tentulah belum mencukupi pada ketika ajalnya tiba. Gregorius menetapkan ajaran gereja tentang api penyucian. Di dalam api itu sisa – sisa dari siksa atau hukuman karena dosa haruslah dilunasi oleh orang yang mati itu. Untuk mencapai maksud itu dengan segera, keluarga dan sahabatnya boleh membantu dia dengan doa dan derma dan dengan membayar misa istimewa. Dengan demikian maka dalam hidup ini hati manusia dipenuhi dengan pengharapan dan ketakutan terhadap nasibnya yang kekal.

Abad ke-7
            Ketika gereja Barat menempuh jalan yang menuju kepada kemajuan besar, gereja Timur sama sekali kehilangan kuasa dan pengaruhnya. Mula – mula bahagian gereja di Timur itulah yang terpenting, tetapi sesudah agama Islam membanjiri segala negeri di sebelah Timur dan Selatan Laut Tengah abad ke VII, maka gereja Timur lekas runtuh, karena hidup rohaninya sudah lama mundur. Hal ini disebabkan oleh karena gereja itu kurang sadar akan tanggung jawabnya terhadap dunia. Gereja di Barat meskipun sesat dan beraib selalu teringat juga akan tugasnya, yaitu menyiarkan Injil di antara segala bangsa. Setiap gereja hanya mengingat diri sendiri dan melupakan panggilannya, yaitu memberitakan Firman Tuhan, lama kelamaan niscaya akan mati.  
            Dasar kebudayaan Kristen di Eropa Barat diletakkan oleh kerajaan dan gereja bangsa Frank, Karel Martel meluputkan Eropa Barat dari bahaya Islam dengan mengalahkan tentra Arab dekat Poitiers di Perancis pada tahun 732. Paus – paus menganggap kerajaan Frank sebagai sebagai pelindung dan pembela gereja.
Kerajaan Frank memuncak dibawah pemerintahan Karel Martel. Raja Kristen ini mempersatukan Eropa Barat, sehingga merupakan satu badan yang kuat, yang jiwanya gereja Katolik. Tetapi gereja itu tetap bercorak gereja negara. Paus dihormati oleh Karel sebagai warga pertama dari kerajaannya, tetapi tidak diberi kuasa untuk mencampuri perkara – perkara gereja. Raja sendiri yang memerintahi gereja, karena cita – citanya ialah mencontoh raja Daud, yakni mewujudkan suatu theokrasi baru di Eropah Barat. Adapun tujuan Karel adalah untuk maksud mempergunakan gereja untuk kepentingannya sendiri, melainkan melayani dan membangun gereja sedapat-dapatnya. Susunan gereja diaturnya lebih baik. Uskup – uskup diangkatnya dan ditempatkannya. Daerah – daerah Uskup dibaginya dalam paroki – paroki yang dikepalai oleh imam- imam biasa. Tata cara kebaktian disegala daerahnya disamakannya Khotbah dalam bahasa daerah dan pengakuan dosa dihadapan imam dimajukannya.
Pada konsili oikumenis yang terakhir di Nicea (787), gereja Timur dalam permupakatan dengan paus menetapkan suatu peraturan untuk menghormati patung – patung, tetapi putusan itu dilawan keras oleh Karel. Dan kemudian ditolak selaku perkara takhayul oleh suatu sinode besar di Frankfurt (794).
Pada hari Natal tahun 800 Karel sekonyong - konyong dimahkotai oleh Paus selaku Kaisar. Dengan penobatan tersebut dinyatakan bahwa Karel menjadi pengganti kaisar-kaisar kekaisaran Romawi yang dahulu.

Abad ke – 8
            Sudah sejak abad ke-8 sudah terlihat bibit – bibit perpecahan gereja Timur dan gereja Barat. Bibit – bibit perpecahan ini umumnya disebabkan oleh klaim kekuasaan, pengaruh, dan kekayaan (tanah) yang sudah sangat mewarnai hidup gereja waktu itu.
            Bibit – bibit perpecahan itu ditambah lagi dengan persoalan ikonaklasme, yaitu semangat kelompok umat religius di Timur yang menentang pemujaan terhadap ikon (gambar, patung kudus). Paus (gereja barat) tidak mempersoalkan penghormatan kepada ikon, gambar, atau patung suci, sedangkan kaisar yang selalu ditaati oleh Gereja Timur sangat menentang penghormatan kepada ikon itu.

Abad ke – 10
            Pada abad ke-10, pada tahun 1040-an Gereja Barat mengalami kemerosotan total. Pemimpin gereja. yakni takhta kepausan lumpuh akibat korupsi yang merajalela dalam tubuh gereja. Tidak ada pengontrolan terhadap penyelewengan yang melanda seluruh gereja di Eropa. Dengan melemahnya otoritas kepemimpinan gereja, sebagian besar kekuasaan dalam tubuh gereja diambil alih oleh penguasa sekuler.
            Orang-orang yang membangun gereja dan biara beserta para penerusnya selalu mendapat hak khusus untuk mendapatkan hak khusus untuk mengangkat seorang imam sebagai pengelolanya. Terdorong oleh ambisi untuk menguasai kekayaan dan tanah gereja yang begitu luas, para raja dan kaisar pun mengambil otorits untuk menobatkan uskup dan abbas. Para uskup dan abbas pun menjadi sangat kompromistis, korup dan dipaksa mematuhi para penguasa sekuler yang telah menobatkan mereka dan mengabaikan hukum Allah. Satu – satunya pihak yang menentang keras praktik korupsi tersebut adalah para rahib reformis yang menjadi pengikut kepemimpinan Biara Cluny.
            Pada tahun 1046, Kaisar Henry III memecat tiga orang paus yang saling bersaing di Roma dan mengangkat seorang uskup suci dari Jerman sebagai penggantinya. Paus Leo IX (1049-1054) berusaha menghentikan penyelewengan dalam tubuh gereja dan mengakhiri campur tangan kaum sekuler. Para pengganti Leo IX melanjutkan usaha mereformasi gereja ini. Mereka ingin mengakhiri jual beli jabatan gereja supaya para uskup dan abbas tidak lagi dipilih dan diangkat oleh penguasa sekuler, melainkan dipilih oleh para pastor dan biarawan. Paus – Paus tersebut juga berupaya mewujudkan kehidupan selibat yang sejati; dengan demikian, mengakhiri citra buruk para imam yang menikah dan karena itu, kadang-kadang menjadikan harta milik gereja sebagai kekayaan pribadi secara turun temurun.
            Perjuangan Reformasi ini mencapai titik puncak saat Kardinal Hildebrand menjabat sebagai paus, dengan nama Gregorius VII sejak tahun 1073. Dia menegakkan otoritas kepausan pada tatanan baru dengan mendeklarasikan bahwa tak seorang pun yang memiliki hak hukum atas otoritas kepausan. Kaisar Henry IV mengabaikan seruan tersebut. Paus Gregorius VII mengekkomunikasikan Kaisar Henry IV.
            Sejumlah kerabat kaisar mendukung seruan paus dan mengancam akan memberontak terhadap kaisar Henry IV. Keadaan ini memaksa kaisar Henry melakukan perjalanan panjang saat cuaca buruk bulan Januari 1077 untuk menemui paus Gregorius VII yang sedang beristirahat di Conossa, Appennines. Selama empat hari berturut – turut, ia berlutut di salju sebelum akhirnya mendapat pengampunan. Hal tersebut merupakan awal dari perselisihan yang panjang antara otoritas kepausan di Roma dan Kaisar Henry IV. Sebagai kelanjutan dari perseteruan tersebut, kaisar Henry IV berhasil mencaplok Roma dan menobatkan paus pilihannya sendiri.
Perselisihan panjang tersebut berakhir dengan dicapainya kesepakatan bersama tahun 1122 dalam Concordat Worms. Dalam kesepakatan tersebut, digariskan bahwa para uskup harus dipilih oleh para pastor dan disaksikan kaisar, dan bahwa uskup – uskup tidak dinobatkan oleh kaisar meskipun tetap tunduk kepada kaisar.

Perang Salib I
Kira – kira tahun 1070, Palestina, Siria, dan Asia Kecil jatuh ke dalam tangan orang Turki. Bangsa yang beragama orang Islam itu mengancam kebudayaan dan agama Kristen di Eropa. Orang – orang musafir Kristen yang mengunjungi tempat – tempat suci di Palestina, sangat diganggu dan disiksa oleh orang Turki. Mereka menyampaikan keberatannya kepada paus. Kaisar Byzantium memohon pertolongan dari Barat.
Pada suatu sinode di Clermont (Perancis) pada tahun 1095 umat Kristen dikerahkan oleh paus Urbanus II untuk mengangkat perang suci buat merebut tanah suci dari orang Islam. Dimana – mana panggilan yang indah itu diteruskan oelh pengkhotbah – pengkhotbah yang bersemangat. Misalnya Petrus dari Amiens (Prancis Utara), yang sudah mengalami sendiri banyak sengsara di Palestina. Banyak orang dari segala lapisan masyarakat menurut ajakan itu seraya berteriak “Allah menghendakinya” Mereka menempelkan sebuah salib dari kain merah pada bahu atau dadanya sebagai tanda bahwa mereka mau pergi merebut Yerusalem, tempat Yesus disalibkan.
Adapun orang – orang yang ikut dalam perang tersebut didorong oleh berbagai – bagai motif yang kurang suci, misalnya ada orang – orang yang mengharapkan untung dan kehormatan, ada yang terdorong oleh segala cerita yang ajaib tentang daerah timur, tidak sedikit juga orang yang ingin mendapatkan penghapusan dari hukuman dosa (indulgensia), yang dijanjikan oleh Paus. Paus sendiri ingin mengembangkan kekuasaannya ke daerah Timur. Memang bagi umat Kristen pada umumnya perang salib itu mengandung arti rohani yang mulia dan dianggap sebagai suatu kebajikan yang besar, tetapi dalam praktek perang itu berbeda dengan perang biasa.

Abad ke – 11
Pada awal abad ke-11, perbedaan budaya dan agama antara Timur dan Barat menimbulkan masalah. Timur mengizinkan tradisi Helenistik yang memungkinkan adanya perubahan karena kebanyakan orang tidak bisa lagi berbahasa latin. Di daerah barat, hanya sedikit orang yang paham bahasa Yunani. Timur juga mulai memandang barat sebagai kumpulan orang barbar yang tidak berpendidikan dan tidak beradab. Di Timur, tingkat pendidikan di antara kaum awam memang tinggi, seperti juga para imam, sedangkan di barat, hanya terbatas bagi elite gereja. Sementara Roma berkali – kali mengalah karena serangan orang barbar, kaisar – kaisar di konstantinopel memperindah ibu kota kekaisaran. Timur dan Barat telah jauh terpisah secara politis. Daerah Barat menganggap Timur sebagai sumber segala mistik, sedangkan Timur menganggap Barat sebagai bayangan kejayaan masa lalunya.
            Sumber perpecahan yang lain adalah ketika orang-orang Norman mulai memasuki daerah selatan Italia, yang secara politis diperintah oleh Timur walaupun sebenarnya adalah bagian Barat. Kaisar Konstantinopel memerlukan bantuan dari Barat untuk mengalahkan Norman, tapi Paus tidak bersedia membantu karena ia ingin memiliki kembali hak hukum atas daerah Italia Selatan dari Patriark  Konstantinopel.

Perang Salib Kedua
            Perang salib kedua terjadi pada abad ini, yaitu pada tahun 1149 – 1157 tetapi tidak berhasil, sebab sudah lumpuh di muka kota Damaskus.

Perang Salib Ketiga
            Perang salib ketiga juga terjadi pada abad ini yaitu pada tahun 1187. Raja – raja Inggris (Richard Hatisinga), raja Perancis (Philip August), dan Jerman (Frederick Barbarossa), menggabungkan usahanya, tetapi Kaisar Frederick mati lemas di Asia Kecil, sehingga sebagian besar dari pasukan – pasukannya pulang ke negerinya, dan raja – raja yang lain berbantah – bantah saja, akibatnya perang yang ketiga gagal total.

Abad ke-12
Perluasan kuasa paus berpuncak dalam paus Innocentius III (1198-1216). Ia tidak hanya cakap dalam memerintah gereja, tetapi juga dalam mengatur politik internasional. Ia memaksakan raja Perancis dan Inggris untuk menuruti kehendaknya dan campur tangan dalam pemilihan kaisar Jerman. Keterlibatan dalam politik dunia dibenarkan oleh Innocentius dengan teori-teori seperti yang disebut di atas. Hubungan paus dan kaisar dibandingkan dengan matahari dan bulan. Matahari bersinar sendiri, tetapi bulan menerima cahayanya dari matahari. Demikianlah kaisar menerima kuasanya dari paus. Kuasa paus tidak lagi dikaitkan dengan wibawa Petrus. Sebagai tambahan untuk gelar "pengganti Petrus" untuk paus, diciptakan oleh Innocentius III gelar "wakil Kristus" (vicarius Christi). Gelar ini menyatakan bahwa paus melihat diri sebagai kepala corpus Christianum, yang mewakili Kristus di muka bumi ini.
Akan tetapi keterlibatan politik Innocentius III menyatakan juga batas kuasa paus. Menjadi nampak bahwa paus hanya dapat berperan di bidang politik dan mengurusi negara-negara, kalau wewenangnya diakui oleh negara-negara dan kalau penguasa-penguasa politik rela menuruti kehendaknya.
Sebenarnya wewenang dan kerelaan itu ada pada waktu itu. Dalam dunia politik internasional pada zaman itu dibutuhkan suatu instansi yang dapat menyelesaikan konflik-konflik antar bangsa seperti Perserikatan Bangsa-bangsa sekarang. Bukankah paus sebagai kepala gereja cocok untuk peranan ini di dalam Eropa yang beragama Kristen? Lebih lanjut kaisar dan para raja mengerti bahwa dukungan gereja yang begitu berpengaruh dalam masyarakat penting untuk stabilitas negara. Oleh karena itu mereka rela mengakui paus sebagai kepala kekristenan, supaya mendapat dukungan gereja.
Masalah timbul pada saat wewenang paus tidak diakui dan penguasa-penguasa politik tidak sudi melakukan kehendaknya. Dalam keadaan ini menjadi nampak paus tidak mempunyai kuasa untuk memaksakan kehendaknya, sebab sebagai kepala Negara Gereja di Italia Tengah ia tidak memiliki kekuatan politik yang cukup. Sebenarnya paus sendiri menyebabkan bahwa keadaan ini timbul. Campur tangan Innocentius III dalam pemilihan kaisar Jerman di kemudian hari menyebabkan keruntuhan keluarga kekaisaran. Dengan demikian paus kehilangan alat penting untuk mengatur Jerman. Sekaligus kemunduran Jerman mengakibatkan bahwa Perancis dan Inggris menjadi lebih kuat, sedangkan raja Inggris dan Perancis tidak dapat diatur seperti kaisar Jerman dahulu.

Hal itu dialami oleh Paus Bonifatius VIII (1294-1308) ketika ia bertengkar dengan raja Perancis dan Inggris tentang uang. Paus mau melarang negara untuk memungut pajak dari gereja, sedangkan kedua raja mau melarang gereja untuk mengekspor uang ke paus di Roma. Dalam pertikaiannya dengan Raja Perancis Bonifatius VIII pada tahun 1302 mengeluarkan sepucuk surat keputusan (bulla, yang disebut menurut kata-kata pertama Unam Sanctam) yang mengandung teori tentang kemahakuasaan paus di dunia ini dalam bentuk yang paling luas. Kesimpulan paus bahwa semua orang yang mau memperoleh keselamatan harus takluk kepada paus. Akan tetapi raja Perancis tidak takluk. Ia mengirim pasukannya ke Roma dan mempenjarakan paus, yang tidak lama kemudian meninggal.

Perang Salib Keempat, Kelima dan Keenam
            Perang salib keempat terjadi pada abad ini, yakni tahun 1202 – 1204 dimulai oleh paus Innocentius III, dengan maksud yang sebenarnya untuk memajukan perniagaan Venetia yang bersaingan hebat dengan Byzantium. Kota ini dialahkan dan kerajaan Timur diganti dengan suatu kerajaan Latin. Peraturan – peraturan Gereja juga diubah menurut adat gereja dari Roma. Pada tahun 1261 kaisar mengusir pula orang – orang Barat dari ibukotanya, tetapi oleh segala huru-hara ini kekaisaran Timur itu sangat dilemahkan, sehingga kurang sanggup melawan orang Islam.
            Tatkala orang – orang dewasa tak suka lagi berangkat ke Palestina, diusahakanlah suatu perang salib anak – anak saja, tetapi tidak seorang pun dari 30.000 anak itu sampai ke tanah suci. Kebanyakan mereka mati kelaparan atau jatuh ke tangan saudagar – saudagar budak.
            Perang salib keenam juga terjadi pada abad ini yaitu pada tahun 1228 – 1229. Kaisar Frederick II mendapat Yerusalem, Betlehem, Nasaret dan Pantai Laut dengan jalan diplomasi. Tetapi pada tahun 1244 Yerusalem jatuh lagi ke tangan Islam, dan akhirnya zaman perang – perang salib dihentikan, sesudah bandar Akko direbut oleh orang Islam pada tahun 1291.


Sumber
1.      Christiaan de Jonge, Gereja Mencari Jawaban. (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2009)
2.      Yosef Lalu, Makna Hidup Dalam Terang Iman Katolik, (Yogyakarta : Kanisius, 2010)
3.      H. Berkhof & I.H. Enklaar. Sejarah Gereja, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2009)