Ringkasan Filsafat
Dengan mempelajari filsafat
kita diajak untuk berpikir secara kritis, dipacu untuk berpikir dalam
menanggapi berbagai hal sampai menemukan jalan keluarnya atau suatu kesimpulan.
Mahluk yang berpikir adalah
manusia. Seorang filsuf adalah seorang ahli pikir, tetapi tidak semua manusia
disebut filsuf, memang berfilsafat itu pada dasarnya adalah berpikir, tetapi
berpikir tidak selalu berfilsafat.
Ada 8 ciri seseorang disebut berpikir filsafat
1.
Radikal
Berpikir
sampai ke akar akarnya, sampai pada konsekuensi yang terakhir, tidak separuh
separuh, tidak berhenti di jalan tetapi
terus sampai ke ujung.
2.
Universal
Umum,
tidak khusus, tidak terbatas pada bagian bagian tertentu, tetapi mencakup
keseluruhan jadi artinya berpikir keseluruhan.
3.
Konseptual
Merupakan
hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman manusia. Misalnya Apakah kebebasan
itu?
4.
Koheren
dan konsisten (runtut)
Sesuai
dengan kaidah kaidah berpikir logis, berhubungan atau bersangkut paut,
sedangkan konsisten tidak mengandung kontradiksi, harus sesuai dan selaras.
5.
Sistematis
Berpikir
logis bergerak selangkah demi selangkah dan saling berhubungan secara teratur.
6.
Komprehensif
Mencakup
atau menyeluruh, berpikir secara kefilsafatan merupakan usaha untuk menjelaskan
alam semesta secara keseluruhan.
7.
Bebas
Sampai
batas batas yang luas, bebas dari prasangka social, historis cultural dan
bahkan religious.
8. Bertanggungjawab
Seseorang
yang berfilsafat adalah orang yang berpikir, sekaligus bertanggung jawab
terhadap hasil pemikiranya paling tidak terhadap hati nuraninnya sendiri. Berarti yang disebut seorang filsuf menurut ceriteria
di atas adalah seorang yang sanggup berpikir secara radikal, universal,
konseptual, koheren, sitematis, komprehensip, bebas dan bertanggungjawab.
TUJUAN
FILSAFAT
Tujuan filsafat secara umum adalah
berusaha memahami substansi yang terdalam dari suatu keberadaan atau hakikat dari suatu keberadaan.
Misalnya baju, substansi yang terdalam dari baju adalah untuk menutupi
tubuh dari ketelanjangan. Urutannya adalah menutupi tubuh dari kesopanan, keindahan
jadi setiap keberadaan mempunyai fungsi
fungsi masing masing.
Tujuan filsafat secara khusus
adalah :
-
Mampu menemukan suatu nilai yang terbaik dari
suatu perbuatan dengan menilai perbuatan tsb misalnya etika.
-
Mampu menemukan hubungan yang ada antara suatu
ilmu(disiplin ilmu) dan pemikiran filsafat
-
Mepelajari hierarki dan susunan kualitas
kosmogonis( asal usul alam semesta) dan kosmologis (asal usul serta sifat
kejadian dalam alam semesta)
-
Secara khusus mempelajari ontology (upaya
mencari substansi dan kedudukan ditengah-tengah
mahluk hidup dan segala sesuatu yang ada) manusia
PENGERTIAN
FILSAFAT
Secara etimologis kata “filsafat”
berasal dari bahasa Yunani: “Philosophia” yang berasal dari kata
kerja “Philosophein” yang berarti mencintai kebilaksanaan.
Kata Philosophein
sendiri berasl dari kata “ Philein” kata kerja yang berarti mencintai
dan Sophia
yang berati kearifan, bijaksana, pengetahuan. Jadi secara singkat dapat
dikatakan bahwa filsafat berarti cinta akan hikmat atau kebijaksanaan.
Dan dari kata “philosophia” lahirlah kata Inggris “philosophy” yang diterjemahkan
cinta kearifan
ASAL
MULA FILSAFAT
Sifat manusia yang tidak pernah
puas mendorongnya untuk mengetahui berbagai hal. Yang mendorong manusia berfilsafat adalah : Keheranan,kesangsian, kesadaran,
keterbatasan.
a).
Keheranan
Aristoteles
mengatakan bahwa karena ketakjuban/keheranan maka mulailah manusia berfilsafat.
Rasa heran ini bahasa yunani disebut “Thaumasia “ artinya kekaguman, keheranan,
dan ketakjuban.
b). Kesangsian
Manusia
heran akan apa yang ia lihat dan alami, tetapi ia kemudian ragu. Hatinya
bertanya apakah ia tertipu oleh panca indra kalau ia heran.
Agustinus
(354 – 430) dan Rene Descartes (1596-1650) berpendapat bahwa kesangsian itu
merupakan sumber utama bagi pemikiran utama manusia. Pada saat manusia melihat
segala sesuatu yang baru baginya, ia akan merasa heran, kemudian ia akan meras
sangat ragu ragu. Persoalan yang di hadapi manusia dalam hal ini adalah apakah kita tidak
hanya melihat yang ingin kita lihat dan dimana ditemukan kepastian? Ini
disebabkan karena dunia ini penuh dengan macam macam pendapat, keyakinan dan
interpretasi oleh karena itulah Rene
Descrates berkata (Corgito ergo sum) artinya” jika saya berpikir maka saya ada”
tetapi bagi orang Kristen bukan “Cogito ergo sum, tepai’Deus
Est Ergo Sum”artinya Allah ada jadi aku ada.
c). Kesadaran keterbatasan
Manusia
mulai berfilsafat saat menyadari bahwa dirinya itu sangat kecil dan lemah bila
dibanding dengan alam semesta lainnya. Semakin ia terpukau oleh
ketakterhinggaan sekelilingnya, semakin ia heran akan eksistensinya. Dengan
kesadaran keterbatasn dirinya manusia mulai berfilsafat.
METODE METODE FILSAFAT
Ilmu filsafat mempunyai cara
kerja sendiri sendiri, dengan metode masing masing,adapun metode tsb, adalah:
1).
Metode
Socrates – Metode Filsafat
Socrates
menganggap filsafat sebagai kebijaksanaan, metodenya disebut metode kebidanan
(maieutike tehne) yaitu berfilsafat dengan cara tidak member informasi
melainkan membantu mengeluarkan jawaban dengan mengajukan pertanyaan pertanyaan.
(teori Anamnesia) artinya anak terlahir sudah ada pengetahuan dalam jiwanya
tetapi anak tidak bias mengingat tanpa
bantuan seorang guru untuk menanyainya. Contoh percakapan Socrates(S), dengan
seorang anak muridnya (M),
S : Apa yang dimaksud dengan serangga (insect)itu ?
Seringkali orang mengatakanya sehingga saya
ingin mengetahuinya.
M : Serangga ialah binatang kecil bersayap.
S : Kalau
begitu apakah ayam juga disebut serangga karena ayam juga punya sayap.
M : Ayam bukan binatang kecil bersayap tetapi
sudah binatang besar.
S : Kalau begitu apakah burung pipit disebut
serangga?
M : Tidak jenis burung.
S : Kalau
begitu serangga adalah binatang beruas, kulitnya kasat lagi keras, kakinya
enam, mempunyai atau bekas sayap
Dari
percakapan diatas terlihat ada 3 tingkat pikiran yaitu;
1. 1).
Yakin yang tiada berdasar.
2. 2).
Bimbang dan ragu tentang pendapat semula, dan ingin mengetahui yang sebenarnya
3. 3).Yakin
berdasarkan kepada penyelidikan penyelidikan dan cara berpikir yang betul.
2). METODE
EKSISTENSIALIS
Metode
ini bertitik tolak dari pengalaman kehidupan konkrit dan real, misalnya
kecemasan (Kierkegaard), Kebebasan (JP
sarter), Pengharapan (Gabriel Marcel). Dan dalam pendekatan ini manusia tidak
diperlukan sebagai object, tetapi sebagai subject. Menurut Gabriel Marcel
manusia merupakan misteri, hanya dapat dipahami dengan keterlibatanya
(involvement), bukan problem.
Eks
= keluar
Sistence =berdiri sebagai diri sendiri.
Jadi eksistensi artinya hati, pikiran, dan
hidupnya ada disitu.
3). METODE
FENOMENOLOGIS
Oleh
Edmund Husserl (1859-1939). Berasal dari kata Yunani” Phenomenon” artinya apa
yang menampakkan diri. Atau ilmu yang tidak bersandar pada pengandaian
pengandaian atau ilmu murni, dengan
menganjurkan “zuruck zu den sachen selbst / kembali kepada halnya sendiri”.
Metode ini lebih cendrung kepada empirisme
Misalnya; Rumah itu bagus. (yang
menampakkan diri yaitu rumah) sementara mengenai kualitas sesungguhnya belum
tentu bagus.
4). METODE
TRANSENDENTAL
Oleh
J.Marechal ( 1878- 1944), dan dikembangkan oleh Karl Rahner, E.Corath,
B.Lonergar. Metode ini merupakan salah satu metode yang hendak mencari azaz yang fundamental, dan menempatkan setiap
hal dalam keseluruhan kenyataan.
Berpikir dari hal yang lebih kecil menjadi jauh kepada yang mendasar.
Misalnya ,lalat umurnya 2Hari, sapi 10 Thn,
manusia 60Thn.( metode ini ada yang awal ada yang ahir, ada apa dibalik
itu)mencari azaz yang paling utama untuk mencari hyang bena
Contoh
-
Tak ada burung tempua bersarang rendah, kecuali
kalau tak ada apa apanya
-
Seorang dosen membela secara gigih seorang
mahasiswa yang ber IPK 2,0 padahal persyaratan
beasiswa IPK harus 2,7.dasar pemikiran dan dosen itu adalah situasi menarik
becak di samping kuliah sekaligus menolong biaya adiknya di kampong (dosen
menolong mahasiswanya ada apa dibalik itu)
5). METODE
HISTORIS KRITIS
Metode
ini mengembangkan pemikiran mengenai manusia dengan membahas pandangan
pandangan yang ada dalam sejarah.
Contoh
-
Galilah
sedalam dalamnya kebun yang di
tinggalkan oleh orang tua sebab sebab di alamnya ada harta karun.( menggali ada
apa disebalik itu? Tentu karena ada harta karun).
6). METODE
TELAAH DASAR
Metode
ini menggunakan penemuan penemuan ilmu
ilmu empiris untuk memperkembangkan pengertian tentang manusia.
7). METODE
STRUKTURALIS
Metode
ini menekankan pengaruh struktur
terhadap sesuatu.segala sesuatu yang ditentukan merupakan struktur.
Setiap hal ada sangkut pautnya dengan yang lain. Setiap hal harus dibandingkan dengan yang lain untuk
mengetahui sesuatu itu secara sungguh sunguh. (metode ini bukan menjelaskan melainkan mengaburkan masalah).
Contoh :
-
oh. dia jahatnya pantaslah dia orang batak.
-
Mangga jatuh tidak jauh dari pohonya.
-
Dari mana dia ? jawab temanya : dari Bali,jadi pasti pandai menari.
-
Kalau kita bergaul dengan orang yang berbelang
belang paling sedikit kita berbintik bintik.
II.
FILSAFT MODERN
Dimulai sejak adanya krisis zaman
pertengahan selama dua abad, yaitu abad ke 14 dan 15 yang di tandai munculnya
gerakan Renaissance. Renaissance artinya kelahiran kembali yang mengacu kepada
gerakan keagamaan dan kemasyarakatan yang bermula di Italy.Tujuanya adalah
merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup Kristen dengan mengaitkan filsafat
Yunani dengan ajaran agama Kristen, dan
juga untuk mempersatukan kembali gereja yang terpecah pecah.
Dan di era abad ke 20, nilai filsafat
merosot maka muncullah berbagai pemikiran pemikiran; Rasionalisme, Empirisme,
Kritisisme, Idealisme, Positivisme, Evolusionisme, Materialisme,
Neo-kantianisnic, Pragmatisme, Filsafat hidup, Fenomenologi, Eksistensialisme,
dan neo-Theisme .
A. Rasionalisme
Dipelopori
oleh Rene Descartes (1596 – 165’ yang disebut sebagai Bapak filsafat
modern.mengatakan bahwa ilmu pengetahuan hanya satu tidak ada bandingan.aliran
inin mengatakan bahwa akal lah yang menjadi number pengetahuan
(didalam
berpikir diperlukan titik tolak pemikiran yang pasti yang dapat di temukan
dalam keragu raguan “ Colgito ergo sum”/ saya berpikir maka saya tahu)faham
berpikir ini dengan metode Transendental.
Contoh,
5 + 7 = 12, 5 + 7 disebut Subject, 12 disebut Predikat, Subject = Predikat. Kelemahannya,
yaitu tidak ada perkembanganya, hanya otak atik.
B. Empirisme
Tokohnya
Thomas Hobbes, John locke dan david hume.Teori
empirisme beranggapan bahwa pengetahuan yang bermanfaat, pasti dan benar
hanya lewat indera (empiri ). Empirilah satu satunya sumber pengetahuan.
Contoh :
Rumah
itu bagus, rumah itu = subject,; Bagus =
Predikat.
Apakah Rumah itu selalu bagus? Tidak , maka S#P.
C.
KRITISISME
Menurut
Kritisisme bahwa pengetahuan manusia baik pada ratio maupun pada pengalaman,
filosofnya Immanuel kant (seorang jerman)
Contoh,
lembu di eropa di pakaikan kaca mata hijau, sebab kalau musim kemarau rumput
yang kering jika dilihat dengan kaca tsb rumputnya akan kelihatan hijau.
D.
IDEALISME
Aliran
filsafat yang menyatakan bahwa segala galanya adalah subject absolute/roh
absolute.
Subject
absolute (George F.Hegel) membuat contoh misalnya;
Udara
,--embun --, air.== muncul kehidupan.
Jerami
jika direndam air 1 Bln maka akan muncul bulu bulu bergetar itulah awal
kehidupan, jadi awalnya adalah subject absolute. Kata Hegel selalu ada
tesis,dan antithesis dan ahirnya timbullah sintetis.
E.
POSITIVISME
Tokoh
August Comte (1798-1857),John S.Mill(1806-1873),Herbert Spenser(1820-1903).
Hanya materi
aja, tidak ada tempat jiwa dan tempat roh disitu yang ada hanya fakta
F.
EVOLUSIONISME
Di
pelopori oleh Charles Robert Darwin (1809-1882) ahli zoology,dalam pemikiranya
ia mengajukan konsep tentang perkembangan tentan segala sesuatu termasuk
manusia yang diatur oleh hukum hukum mekanik yaitu survival of the fittest dan struggle
for life.
G.
MATERIALISME
Oleh
Julien de Lamettrie (1709-1751) mengemukakan pemikiranya bahwa binatang dan manusia tidak ada bedanya,
karena semuanya dianggap sebagai mesin,buktinya bahan (badan ) tanpa jiwa
mungkin hidup (bergerak), sedangkan jiwa tanpa bahan(badan) tidak mungkin ada.
Jantung katak yang dikeluarkan dari tubuh katak masih hidup (berdenyut)
walaupun beberapa saat.jiwa itu seperti senter. Dan condong menggunakan metode
transcendental.
H.
PRAGMATISME
Oleh
William james (1842-1910),pragmatism adalah suatu arahan yang mengajarkan bahwa
yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan
akibat akibat yang bermanfaat secara praktis. Misalnya berbagai pengalaman
pribadi tentang kebenaran mistik, asalkan dapat membawa kepraktisan dan
bermanfaat secara praktis.
III.FILSAFAT
DI TENGAH ILMU PENGETAHUAN
Eksistensi
filsafat tampak dalam kegiatanya , dalam
konteks ;
- Apa kekhasanya (menunya).
- Ada wewenangnya.
Ilmu
pengetahuan dapat menjawab pertanyaan bagaimana?, Untuk apa ? apa maknanya?.
- Menyangkut etika. Kita dapat mengambil alih pikiran ini dengan tambahan bahwa yang paling mendesak dalam situasi kita suatu etika yang meneropongi pembangunan.
FILSAFAT BAHASA
Tugas filsafat ialah
menjelaskan kepada orang apa yang dapat dikatakan. Metafisika melampaui batas-batas
apa yang tidak dapat dikatakan tetapi “Wittgenstein” berpendapat juga bahwa
memang ada hal hal yang tidak dapat juga di katakana. Hal hal itu menunjukkan
diri itulah mistis.
Ada 4
pokok antara hal hal yang melampaui batas batas bahasa yaitu ;
Subject,kematian,Allah,dan bahasa sendiri.
Keterangan :
- Subject, Bahasa merupakan gambar dunia , subject yang menggunakan bahasa tidak termasuk dunia.
- Kematian, tidak mungkin berbicara tentang kematian sendiri karena kematian tidak merupakan suatu kejadian kejadian yang lain.
- Allah, Allah tidak dapat dipandang sebagai sesuatu dalam dunia tidak dapat dikatakan pula bahwa Allah menyatakan diri dalam dunia.
- Bahasa sendiri, Bahasa mencerminkan dunia tetapi cermin tidak memantulkan dirinya sendiri. Karena itu Wittgenstein berkesimpulan bahwa orang yang mengerti Tractatus akan mengakui ucapan ucapan didalamnya tidak bermakna.
Jadi apa tugas filsafat dalam pandangan
ini? Jadi filsafat harus menyelidiki permainan permainan bahasa yang berbeda
beda menunjukkan aturan aturan yang berlaku di dalamnya, menetapkan logikanya,
dan sebagainya. Filsafat tidak camput tangan dalam pembentukan suatu permainan
bahasa melainkan hanya melukiskan fungsinya.
V.
FILSAFAT TEKNOLOGI
Teknologi bersifat
ambivalen atau bersifat mendua nilai,
disatu sisi teknologi menjadi alat di tangan manusia jadi manusia sebagai
subject teknologi dan sisi lain tidak dapat di ingkari bahwa teknologi dalam
arti tertentu mempunyai system dan
hidupnya sendiri dan cukup menguasi manusia. Dan dengan demikian manusialah menjadi objeck teknologi.
Melihat kenyataan seperti I tu manusia
harus mengambil jarak dan bersikap kritis menghadapi teknologi
Dengan demikian, secarater tentu teknologi
telah menjadi alas control yang cukup efektip, masyarakat berjalan terus
tanpa menentang system menuruti arah yang sudah ditentukan yakni hidup
kapitalis yang mengejar keuntungan yang sebesar besarnya. Keadaan ini menunjukkan bahwa masyarakat menjadai objeck
teknologi bukan teknologi di tangan manusia atau subjek teknologi.
BEBERAPA
PRINSIP PRINSIP PENILAIAN FILOSOFIS TERHADAP TEKNOLOGI DAN AKIBAT AKIBATNYA
1. Prinsip
untuk tidak melakukan hal yang buruk
Menurut Thomas Aquinas, suatu perbuatan ,
selalu di dasarkan suatu alasan yang baik. Misalnya perbuatan mencuri.
Seseoraang mencuri tidak pertama tama mau merugikan orang lain tetapi mau
mendapatkan untung untuk dirinya sendiri. Tindakan itu dari dirinya adalah
jahat walaupun tidak dimaksudkan pertama tama untuk kejahatan, tetapi perbuatan
itu tetap tidak dibenarkan secara moral.
Penerapanya apakah keuntungan yang diperoleh
sungguh sungguh seimbang dengan resiko dari kerugian yang harus di tanggung.
2. Prinsip
untuk melakukan hal yang baik.
Prinsip ini tidak hanya bersifat negatip
yaitu melarang perbuatan jahat, tetapi juga bersifat positip yaitu wajib
melakukan yang baik. Nilai moral seorang manusia tidak ditentukan oleh factor
bahwa ia tidak berbuat jahat tetap kadar moral seseorang ditentukan oleh
perbuatan perbuatan baiknya. Penerapanya bahwa tehnologi tidak hanya
mendatangkan manfaatsebanyak mungkin yang diperun tukkan untuk segelintir
masyarakat atau hanya untuk sejumlah konglomerat saja.
3. Prinsip
keadilan
Siapa sebenarnya yang paling diuntungkan
dalam penggunaan teknologi tsb, tidak jarang disaksikan bahwa keuntungan yang paling besar tgertuju pada segelintir orang yang tergolong
orang yang punya.dan kmerugian atau resiko paling banyak dipikul rakyat .
misalnya praktek penggusuran beberapa
desa untuk kepentingan pabrik besar yang sahamnya di kuasai segelintir orang.
4. Prinsip
pelestarian lingkungan hidup.
Kelestarian lingkungan hidup tidak hanya
menyangkut manusia zaman ini, tetapi juga terkait dengan kehidupan generasi
yang akan datang, sehingga teknologi yang bertanggung jawab adalah teknologi
yang berwawasan lingkungan. Bertanggung jawab artinya teknologi harus menghormati unsur unsur yang membentuk
dunia kodrati, dan sikap menghormati adalah dengan cara,memperhitungkan dampak
negatip dari teknologi, kelestarian alam adalah hak generasi yang akan datang,
menyadari bahwa kualitas hidup manusia turut ditemukan oleh factor lingkungan
hidup itu sendiri.
VI.
AJARAN NILAI MAX SCHELER
Secara
analogis nilai nilai yang sama tidak pernah dapat positip sekaligus negatip,
jika hal itu terjadi tentu ada nilai nilai yang berbeda yang tersembunyi di
dalam nilai yang sama itu atau di dalam penilainya. Dalam situasi yang sama
orang bias saja menginginkan hal yang berbeda hal itu tidak melanggar hukum (
menurut Kant ,tidak melanggar hukum). Jika ternyata ia menipu hal itu
disebabkan oleh sifatnya yang jahat. Bagi Scheler hal itu tidak melawan hukum,
karena ia perlu melakukanya.
1.
NILAI
DAN PEMBAWA NILAI
Menurut
Scheler, sesuatu itu bernilai baik atau buruk karena di hubungkan dengan person
termasuk kehendak dan perbuatan, ada kehendak baik ada kehendak buruk.
2.
NILAI
LEBIH TINGGI DAN LEBIH RENDAH
Scheler
berpendapat bahwa diantara nilai nilai terdapat suatu hirarki. Akibat suatu nilai bias lebih tinggi
atau lebih rendah dari nilai lainnya. Tingginya suatu nilai ditentukan oleh
esensinya. Tetapi kita bias menentukannya hanya
dalam konteks tindakan peminatan peminat terjadi tanpa disertai pilihan
ataupun kehen dak.mislnya saya lebih meminati mawar daripda melati.
SIFAT
LAMANYA NILAI
Lamanya
waktu tidak membuat suatu benda lebih bernilai sebaliknya waktu yang pendek
tidak merendahkan suaatu nilai . misalnya lukisan yang tinggi nilainya bias
berumur pendek karena terbakar.
SIFAT
DAPAT TIDAKNYA NILAI DIBAGI BAGI
Barang
barang material bias dinikmati kalau hanya barang itu dibagi bagi misalnya,
roti, pakaian dsb, supaya suatu lukisan dapat dinikmati oleh banyak orang maka
lukisan itu harus di tempatkan disuatu tempat, jika orang lain ingin
menikmatinya maka lukisan itu harus dibawa di tempat dimana mereka berada.
3.
HIRARKI
NILAI
Berdasarkan
criteria Scheler membuat hirarki. Hirarki nilai merupakan hubungan nilai
apriori yang paling penting dan paling fundamental bagi Scheler. Hirarki nilai
berdasarkan intuisi sebagai berikut:
a. Nilai
yang menyangkut kesenangan dan ketidaksenangan.
Nilai
ini merupakan yang paling rendah tingkatnya, berkaitan dengan fungsi fungsi
panca indra karena menyangkutm kesenangan dan ketidaksenangan. Setiap individu
berbeda dalam merasakan nilai karena
penangkapan pancaindra masing masing yang berbeda, tetapi nilai itu sendiri
tetap sama, tidak tergantung pada individu.
b. Nilai
yang berhubungan dengan vitalitas.
Nilai
lebih tinggi daripada nilai yang menyangkut kesenangan dan ketidasenangan,
sebagai contoh, Scheler mengambil nilai yang harus (the noble) dan yang bias
(the vulgar) nilai nilai ini utuh tidak bias direduksi kedalam nilai nilai
kesenangan ataupun kedalam nilai nilai rohani.
c. Nilai
nilai Rohani.
Scheler
membedakan 3 tipe nilai rohani : nilai baik dan buruk yang merupakan nilai
nilai estetis, nilai benar dan salah yang menjadi basis tatanan kebenaran, dan
nilai nilai pengetahuan murni seperti tampak dalam filsafat.
d. Nilai
nilai yang kudus dan yang tidak kudus.
Nilai
nilai menyangkut objeck absolute tidak tergantung dari apa yang dianggap
kudus.seperti benda benda yang berkekuatan gaib, magic dll. nilai ini
berhubungan dengan pengalaman religious, tmpak dalam iman. Orang orang yang
mencapai nilai ini adalah type orang santo, pahlawan, orang jenius, dan
pemimipin rohani sedangkan dalam bentuk kebersamaan nilai ini tampak dalam
dalam masyarakat gereja, masyarakat hukum ataupun masyarakat yang berbudaya.