Pengertian Motivasi, Bentuk-Bentuk
Motivasi Belajar,
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi
Belajar dan Strategi Pemberian Motivasi Oleh Guru
Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari bahasa latin “Movere” artinya
menggerakkan. Motivasi
adalah suatu energi penggerak, pengarah
dan memperkuat tingkah laku. Motivasi belajar dapat dilihat dari karakter
tingkah laku siswa yang menyangkut minat, ketajaman perhatian, konsentrasi dan
tekun mencapai tujuan.[1]
“Motivasi adalah
gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbal balik pada diri seseorang
baik sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan
tertentu”. [2]
Menurut
Mahfudh Shalahuddin, motivasi adalah dorongan dari dalam yang digambarkan
sebagai harapan, keinginan dan sebagainya, yang bersifat menggiatkan atau
menggerakkan individu untuk bertindak atau bertingkah laku, guna memenuhi
kebutuhan[3].
Selanjutnya
menurut Dimyati dan Mudjiono, motivasi adalah dorongan mental yang menggerakkan
dan mengarahkan perilaku manusia termasuk perilaku belajar[4].
Menurut
Sardiman A.M , motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan
kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan
sesuatu, bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau
mengelakkan perasaan tidak suka itu[5].
Menurut J. Ravianyo dalam
bukunya yang berjudul, “Produktivitas dan Tenaga Kerja Indonesia”; pengertian motivasi
sebagai kondisi mental yang mendorong aktivitas dan memberikan kekuatan yang
mengarah untuk mencapai kebutuhan, memberikan kepuasan atau mengurangi
ketikdakseimbangan”[6].
Selanjutnya menurut Sumardi
Suryabrata, motivasi adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu
untuk melakukan aktivitas-akativitas tertentu guna mencapai sesuatu tujuan”[7].
Menurut
Badudu-Zain dalam kamus Umum Bahasa Indonesia dikatakan bahwa: ”Motivasi adalah niat, dorongan dasar untuk
berbuat sesuatu.”[8]
Supriyono Widodo mengemukakan bahwa “Motivasi adalah
suatu energi penggerak, pengarah dan memperkuat tingkah laku”.[9]
Motivasi adalah suatu perubahan
energi di dalam pribadi seseorang yang ditandal dengan timbulnya afektif
(perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Dalam motivasi terkandung
adanya keinginan untuk mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan sikap dan
perilaku individu belajar[10].
Kartono memandang motivasi sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan
mengarahkan perilaku manusia.[11]
Noor, melihat ada tiga kompnen
utama yang terkandung dalam kata motivasi yaitu kebutuhan, dorongan, tujuan.
Dorongan dalam hal ini dipahami oleh Noor sebagai “kekuatan mental untuk
melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan”. Artinya sebagai kekuatan
mental, dorongan berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan.
Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut dilihat oleh Noor sebagai inti
dan motivasi.[12]
Motivasi belajar merupakan
faktor psikis yang bersifat non intelektual. Perannya yang khas adalah dalam
hal penambahan gairah, merasa senang dan semangat dalam belajar. Siswa yang
memiliki motivasi yang kuat, akan memiliki banyak energi untuk melakukan
kegiatan belajar[13]
Ardhana mengemukakan: “Motivasi adalah keadaan dalam
pribadi orang yang mendorong individu
untuk melakukan aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan.[14]
“Motivasi dapat dipandang sebagai suatu istilah umum yang menunjuk kepada pengaturan
tingkah laku individu dimana kebutuhan-kebutuhan-kebutuhan atau
dorongan-dorongan dari dalam dan intensif (semacam hadiah) dari lingkungan
mendorong individu untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya atau untuk berusaha
menuju tercapainya tujuan yang diharapkan. Apabila organisme manusia berada
dalam kesiapan untuk merespon kepada situasi dan terdapat perangsang yang
sesuai, maka organisme “dimotivasi” atau didorong oleh suatu desakan untuk berbaur dalam suatu
kegiatan yang memuaskan. Terus berlangsungnya fungsi suatu desakan terlepas
dari satu atau dua pengalaman frustrasi, adalah suatu bukti adanya dorongan
kuat yang menyebabkan individu menuju pada pencapaian suatu tujuan khusus.
Ketetapan atau terus berlangsungnya hingga tercapainya sesuatu hasil yang
diharapkan adalah suatu sifat yang penting dari motivasi”.[15]
Menghubungkannya dengan kegiatan belajar di sekolah,
“Motivasi itu berhubungan erat dengan tujuan yang ingin dicapai oleh seorang
siswa melalui kegiatan belajar yang sedang diikutinya”.[16]
Secara etimologis, motivasi merupakan bentukan dari kata motif. Berasal dari
Bahasa Inggris yaitu “motive is causing
movement, reason for doing something”.[17]
Yang berarti motif adalah penyebab pergerakan, alasan untuk melakukan sesuatu.
Sedangkan motivasi adalah bentuk kata benda dari motif, dengan demikian secara
singkat dapat dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang dapat menimbulkan
penyebab untuk melakukan pergerakan, atau alasan untuk melakukan sesuatu.
Eysenck
(dkk) mengatakan bahwa, “Motivasi adalah suatu proses menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi,
serta arah umum dari tingkah laku manusia”.[18]
Hal ini lebih mengarah kepada kegiatan belajar secara spesifik, sehingga guru
tidak dapat menyimpulkan secara sembarangan saja mengenai keadaan siswa apakah
siswa tersebut memiliki motivasi atau tidak. Hal ini dikarenakan motivasi itu
adalah kondisi internal siswa yang tidak dapat dilihat begitu saja dari keadaan
fisik siswa misalnya: ekspresi wajah, gerakan tubuh atau tutur kata. Dari
pendapat Eysenck tersebut, dapat ditarik suatu asumsi bahwa bisa saja seorang
siswa yang kelihatan “tidak bermotivasi” sesungguhnya bermotivasi tetapi tidak
pada tingkatan yang diharapkan oleh sang pengajar.
Thomas M. Risk mendefinisikan motivasi adalah: “usaha yang
disadari oleh pihak guru untuk menimbulkan motif-motif pada diri peserta
didik/pelajar yang menunjang kegiatan ke arah tujuan-tujuan belajar”. [19]
Dari beberapa pendapat motivasi dapat di definisikan:
1. Suatu perubahan tenaga dalam diri
seseorang
2. Setiap perubahan, motivasi berakibat pada
perubahan tenaga di dalam sistem fisiologis dari organisme manusia.
3.
Ditandai oleh dorongan efektif,
lebih bersemangat.
4.
Ditandai oleh reaksi-reaksi mencapai
tujuan, yaitu tindakan nyata.
Jenis Motivasi
Secara
umum, dalam hubungannya dengan belajar, para ahli sepakat mengklasifikasikan
motivasi ke dalam dua jenis menurut timbulnya, yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik.
Muhibbin
Syah mengatakan secara umum motivasi diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu:
(1)
Motivasi intrinsik. Adalah hal dan keadaan keadaan yang berasal dari dalam
diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Yang
tergolong ke dalam klasifikasi ini adalah : perasaan menyenangi materi dan
kebutuhannya terhadap materi tersebut misalnya materi pelajaran tersebut
berhubungan dengan cita-cita masa depan siswa yang bersangkutan.[20]
(2)
Motivasi Ekstrinsik. Adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu
siswa yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Yang tergolong ke
dalam motivasi eksternal ini adalah: pujian dan hadiah, peraturan/tata tertib
sekolah, suri teladan orang tua/guru, dan lain-lain.[21]
Seorang guru sebaiknya memahami juga, bahwa motivasi ekstrinsik, hanya efektif
jika adanya perangsang-perangsang dari luar yang mengakibatkan seorang siswa
mengubah tingkah lakunya secara efektif. Dalam kegiatan belajar mengajar,
motivasi ekstrinsik seringkali hanya memegang peranan yang kecil, namun
seringkali seorang guru menganggap dirinya mampu mengubah motivasi internal
dengan upaya tertentu (memberi hadiah atau hukuman). Motivasi ekstrinsik ini,
hanya akan efektif jika motivasi intrinsik siswa mengalami perubahan dengan
sendirinya melalui sejumlah pengalaman. Maka, seorang guru sebaiknya tidak
terlalu terpaku merencanakan motivasi eksternal yang terlalu berlebihan, agar
tidak membuat siswa hanya membeo tingkah laku atau kemampuan yang dimilikinya.
Oemar
Hamalik memperjelas: “motivasi intrinsik sebagai sound motivation yang artinya adalah motivasi yang riil, yang
memiliki nilai-nilai yang sesungguhnya. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi
yang berasal dari luar situasi belajar-mengajar”.[22]
Sardiman A. M mengatakan motivasi terdiri dari:
-
Motivasi Instrinsik
Motivasi Intrinsik adalah suatu motif atau
dorongan yang berasal dan dalam diri seseorang untuk melaksanakan suatu
kegiatan. Sardiman menandaskan bahwa motivasi intrinsik adalah motif-motif yang
tidak perlu dirangsang dan luar, karena dalam din setiap mdividu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik adalah hal keadaan yang
berasal dan dalam din siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan
belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi
materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut misalnya untuk kehidupan masa
depan siswa yang bersangkutan.
-
Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif atau dorongan yang datang dari
luar dirinya atau dorongan itu datang dan orang lain. Tujuan dan motivasi
ekstrinsik ini adalah untuk membangkitkan minat seseorang agar lebih rajin
dalam melakukan pekerjaannya. Motivasi ekstrinsik ini aktif apabila ada
rangsangan dari luar dirinya yang dilakukan oleh orang-orang yang peduli akan
perkembangan pribadinya[23]
Motivasi
ekstrinsik ini perlu diperhatikan terutama bagi pendidik sebagai :orang yang
paling bertanggung jawab dalam pembentukan pribadi anak-anak. Memang hasrat di
dorong agar mau belajar atau mau melakukan sesuatu kegiatan Motivasi ekstrinsik
juga termasuk yang dipelajan (learned
motives) karena motif ini dapat dimiliki seseorang melalui proses kematangan,
latihan, melalui belajar.
Motivasi
ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang datang dan luar individu siswa yang
juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar, pujian dan hadiah,
peraturan/tata tertip sekolah, sikap teladan dan orang tua, guru dan seterusnya
merupakan contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa
dalam belajar[24]
Purwanto menggo1ongkan
motif-motif tersebut menjadi tiga golongan yaitu :
- Motif-motif atau kebutuhan organis, misal kebutuhan untuk makan, kebutuhan untuk bernafas.
- Motif darurat misalnya, dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, dorongan untuk berusaha.
- Motif obyektif, yang menyangkut kebutuhan untuk melakukan manipulasi’ untuk menarik perhatian.[25]
Hilgard
sebagaimana dikutip oleh S. Nasution mengatakan bahwa: “Learning is the process by which an activity originates or changed
through training procedures (whether laboratory or is the natural environment)
as distinguished from changes by factors not attributable to training”.[26]
Yang artinya, belajar adalah suatu proses yang mana aktivitas yang dihasilkan
atau prosedur perubahan melalui latihan (baik di laboratorium maupun di
lingkungan alami) sebagaimana terlihat dari perubahan-perubahan yang tidak
dapat dihubungkan dengan pelatihan dimaksud. Hal ini menunjukkan bahwa belajar
berhubungan erat dengan melatih diri untuk menguasai sejumlah keahlian. Dan
keahlian tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari setelah selesai
belajar, sekalipun persoalan yang dihadapi tidak seperti yang dihadapi ketika
sedang belajar. Dengan memperhatikan hal di atas, maka guru dengan segala
upayanya untuk membuat siswa belajar adalah motivasi ekstrinsik bagi siswa.
Guru perlu juga memperhatikan bahwa pikiran atau persepsi sendiri sering lebih
kuat dari kebenaran yang letaknya di luar diri sendiri.
Oleh
karena itu, tugas guru sangat berat untuk memberikan upaya yang maksimal dalam
rangka menimbulkan motivasi yang sama kuatnya dengan motivasi yang berasal dari
dalam diri sendiri.
Bentuk-Bentuk Motivasi Belajar
Menurut Sudirman A.M, ada
beberapa bentuk dan cara yang menumbuhkan motivasi yaitu:
1.
Memberi angka
2.
Hadiah
3.
Saingan/Kompetisi
4.
Harga diri
5.
Menilai ulangan
6.
Mengetahui hasil
7.
Pujian
8.
Hukuman
9.
Hasrat untuk belajar
10. Minat
11. Tujuan
yang diakui.”[27]
a.
Memberi
Angka
Angka dalam hal ini merupakan simbol dari nilai kegiatan
belajar. Angka-angka yang baik bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat
kuat. Namun sebagai guru haruslah
mengetahui bahwa pemaparan angka-angka seperti itu belum merupakan hasil
belajar yang sejati, hasil belajar yang bermakna, langkah yang dilakukan adalah
guru memberi angka. Angka dapat
dikaitkan dengan value yang terkandung dalam setiap pengetahuan yang diajarkan
kepada siswa sehingga tidak sekedar kognitif saja, tetapi keterampilan dan
afektifnya.
b.
Hadiah
Hadiah dapat sebagai motivasi, tetapi tidak selalu
demikian, karena hadiah untuk sebuah pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi
seseorang yang tidak senang dan tidak berkat untuk pekerjaan tersebut.
c.
Saingan/
Kompetisi
Saingan/kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi
untuk mendorong belajar siswa.
Persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa.
d.
Harga Diri
Membutuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan
kepentingan tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras
dengan mempertahankan harga dirinya adalah salah satu bentuk motivasinya yang
cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk memacu
prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya.
e.
Menilai
Ulangan
Para siswa akan menjaga giat belajarnya kalau mengetahui
akan adanya ulangan. Oleh karena itu memberi ulangan itu juga merupakan sarana
motivasi, tetapi guru juga terlalu sering memberi ulangan karena bisa
membosankan siswa. Maka sebelum ulangan guru sebaiknya terlebih dahulu
memberitahukan akan adanya ulangan.
f.
Mengetahui
Hasil
Dengan mengetahui hasil pelajaran apalagi kalau terjadi
kemajuan akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui grafik hasil belajar meningkat,
maka akan ada motivasi pada diri siswa untuk belajar terus menerus dengan
harapan-harapan hasilnya terus meningkat.
g.
Pujian
Apabila ada siswa yang sukses atau berhasil menyelesaikan
tugasnya dengan baik perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk
reinforcement yang positif sekaligus merupakan motivasi. Pemberiannya harus
tepat, dengan pujian yang tepat akan nampak suasana yang menyenangkan dan
mempertimbangkan gairah belajar.
h.
Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan
secara tepat, dan bijak akan menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus
memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.
i.
Hasrat
Untuk Belajar
Hasrat untuk belajar adalah unsur kesengajaan, ada maksud
untuk, hal ini lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa
maksud. Hasrat berarti ada pada diri seseorang.
j.
Minat
Motivasi erat hubungan dengan minat, motivasi muncul
karena adanya kebutuhan. Begitu juga dengan minat, sehingga tepatlah bahwa
minat merupakan alat motivasi yang pokok dalam proses belajar.
k.
Tujuan
yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui akan terima baik oleh siswa
dan akan merupakan alat motivasi yang sangat penting sekali dengan memahami
tujuan yang harus dicapai karena disana sangat berguna dan menguntungkan maka
akan timbul gairah untuk terus belajar. Guru mengembangkan dan mengarahkan
hingga dapat melahirkan hasil belajar yang bermakna.
Motivasi yang diberikan oleh guru kepada anak didik
supaya anak didik dapat terdorong untuk belajar di sekolah adalah dengan memberi
angka kepada siswa sebagai simbol atau nilai kegiatan di dalam belajar. Hadiah
yang diberikan sebagai penghargaan atau supaya pekerjaan belajarnya yang
membuat siswa termotivasi, saingan/kompetisi di dalam proses belajar mengajar
mengarahkan anak didik untuk lebih meningkatkan prestasi, ego involmen (harga
diri) yang dimiliki siswa hendaknya dapat digunakan guru untuk meningkatkan
hasil belajar siswa yang akan dicapai dengan memberi ulangan sebagai evaluasi
di dalam mencapai hasil belajar yang dilakukan oleh guru dapat mendorong anak
didik untuk termotivasi dan bisa menjawab ulangan yang diberikan mengetahui
hasil belajar seseorang anak. Apabila
mengetahui hasil belajar dari evaluasi yang diberikan akan semangat
meningkatkan belajarnya serta adanya peran serta orang tua. Dengan lambang tanda tangan orang tua untuk
setiap hasil ulangan, pujian seorang guru diberikan kepada anak didik merupakan
reinforcement yang positif sekaligus motivasi yang baik, hukuman merupakan
reinforcement yang negatif tetapi guru harus memberikan secara tepat dan bijak.
Hasrat belajar yang dimiliki anak didik dapat menghasilkan motivasi untuk hasil
belajar siswa, minat guru dapat memotivasi siswa dengan melihat minat yang
dimiliki anak didik. Guru dapat mengajar untuk memberikan pengetahuan untuk
mencapai tujuan belajar, guru haruslah dapat mengarahkan siswa yang rajin
menjadi belajar lebih bermakna sehingga hasilnyapun akan bermakna bagi
kehidupan.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi
Belajar
Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi manusia untuk
belajar. Motivasi belajar terjadi dari tindakan perbuatan persiapan
mengajar. Menurut
Dimyati faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut :
1.
Cita-cita/aspirasi jiwa
2.
Kemampuan siswa
3.
Kondisi siswa
4.
Kondisi lingkungan siswa
5.
Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan
pembelajaran
6.
Upaya guru dalam mengelola kelas.”[28]
1).
Cita-cita / Aspirasi Siswa
Motivasi
belajar tampak pada keinginan anak yang sejak kecil, seperti keinginan
bermain. Keberhasilan mencapai keinginan
tersebut menumbuhkan keinginan bergiat.
Bahkan dikemudian hari menimbulkan
cita-cita dalam kehidupan. Timbulnya cita-cita dibarengi oleh
perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa dan nilai-nilai kehidupan.
2).
Kemampuan
Siswa
Keinginan
seorang anak perlu dibarengi kemampuan dan kecakapan mencapainya. Keinginan
membaca perlu dibarengi kemampuan mengenal dan mengucapkan huruf ”R”. Misalnya dapat dibatasi dengan diri melatih
ucapan ”R” yang benar. Latihan berulang
kali menyebabkan bentuknya kemampuan mengucapkan ”R”. Dengan kemampuan pengucapan huruf ”R” akan
terpenuhi keinginan akan kemampuan belajar yang memperkuat anak-anak untuk
melaksanakan tugas-tugas perkembangan.
3).
Kondisi Siswa
Kondisi
siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang yang sakit, lapar atau marah-marah
akan mengganggu perhatian belajar.
Sebaliknya seorang siswa yang sehat, kenyang, dan gembira akan
memusatkan perhatian pada pelajaran dan akan termotivasi untuk belajar.
4).
Kondisi Lingkungan Siswa
Lingkungan
siswa dapat berubah keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya
dan kehidupan masyarakat. Sebagai
anggota masyarakat, maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar,
bencana alam, tempat tinggal yang kumuh, ancaman teman yang nakal akan
mengganggu kesungguhan belajar, sebaliknya kampus, sekolah yang indah,
pergaulan siswa yang rukun akan memperkuat motivasi belajar. Dengan lingkungan yang aman, tenteram, tertib
dan indah maka semangat belajar akan mudah diperkuat.
5).
Unsur-Unsur Dinamis dalam Belajar dan
Pembelajaran
Siswa
memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran yang mengalami
perubahan berkat pengalaman hidup, pengalaman teman sebayanya berpengaruh pada
motivasi dan perilaku belajar. Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam,
tempat tinggal dan pergaulan juga mengalami perubahan. Lingkungan budaya siswa yang berupa surat kabar, majalah,
rasio, ke semua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar.
6).
Upaya Guru Dalam Mengelola Kelas
Upaya guru dalam membelajarkan siswa terjadi di sekolah
maupun di luar sekolah. Upaya pembelajaran di sekolah meliputi hal-hal sebagai
berikut:
a.
Menyelenggarakan tertib belajar di sekolah
b.
Membina disiplin belajar dalam setiap kesempatan
c.
Membina belajar tertib bergaul
d.
Membina belajar tertib lingkungan sekolah
Raymond dan Judith
mengungkapkan ada empat pengaruh utama dalam motivasi belajar seorang anak
yaitu:
- Budaya, masing-masing kelompok atau etnis telah menetapkan dan menyatakan secara tidak langsung nilai-nilai yang berkenaan dengan pengetahuan baik dalam pengertian akademis maupun tradisional. Nilai-nilai itu terungkap melalui pengaruh agama, undang-undang politik untuk pendidikan serta melalui harapan-harapan orang tua yang berkenaan dengan persiapan anak-anak mereka dalam hubungannya dengan sekolah. Hal-hal ini akan mempengaruhi motivasi belajar anak.
- Keluarga, berdasarkan penelitian orang tua memberi pengaruh utama dalam memotivasi belajar seorang anak. Pengaruh mereka terhadap perkembangan motivasi belajar anak-anak memeberi pengaruh yang sangat kuat dalam setiap perkembangannya dan akan terus berlanjut sampai habis masa SMA dan sesudahnya.
- Sekolah, ketika sampai pada motivasi belajar, para gurulah yang membuat sebuah perbedaan. Dalam banyak hal mereka tidak sekuat seperti orang tua. Tetapi mereka bisa membuat kehidupan sekolah mnjadi menyenangkan atau menarik. Dan kita bisa mengingat seorang guru yang mernenuhi ruang kelas dengan kegembiraan dan harapan serta membukakan pintu-pintu kita untuk menemukan pengetahuan yang mengagumkan.
- Diri anak itu sendini, murid-murid yang mempunyai kemungkinan paling besar untuk belajar dengan serius, belajar dengan baik dan masih bisa menikmati belajar, memiliki perilaku dan karakter pintar, berkualitas, mempunyai identitas, bisa mengatur din sendiri sudah pasti mempengaruhi motivasi belajarnya.[29]
Dilihat dan peranannya, maka
orang tua dan guru paling berpengaruh dalam rangka memotivasi belajar siswa.
Kerja sama antara kedua komponen mi akan menghasilkan kekuatan luar biasa yang
bisa menumbuhkan motivasi belajar anak. Untuk menghasilkan kolaborasi dalam
rangka mencapai tujuan yang baik maka pola kerja sama antara keduanya harus
dirancang sedemikian rupa. Kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh orang tua
dan guru harus teridentifikasi dengan jelas. Karena dengan memahami kekuatan
dan kelemahan guru dan orang tha akan dapat membuat rancangan yang tepat untuk
menumbuhkan motivasi anak.
Menurut pendapat Fo’arota
Telaumbanua mengemukakan : “Motivasi sangat penting untuk dipahami karena
melalui motivasi manusia terdorong untuk melakukan suatu pekerjaan”.[30]
Lebih lanjut dikemukakan bahwa :”Timbulnya motivasi didasarkan atas dorongan
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki oleh setiap individu yaitu
keinginan untuk berbuat dan bertindak.”[31] Memberikan
motivasi kepada siswa berarti menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu dan
ingin melakukan sesuatu. Pada tahap awal hal ini akan menyebabkan siswa merasa
ada kebutuhan dan ingin melakukan sesuatu kegiatan belajar. Supaya kebutuhan
itu menjadi jelas dalam diri siswa untuk membangun motivasi maka lebih lanjut ada beberapa
kebutuhan dasar yang dimiliki oleh peserta belajar antara lain :
a.
Kebutuhan untuk membuat sesuatu secara efektif
b.
Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain
c.
Kebutuhan untuk mencapai hasil
d.
Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan
Faktor
yang paling kuat dalam mempengaruhi motivasi adalah “kebutuhan”. Setiap
tindakan yang merupakan perwujudan dari motivasi adalah didasari pada
kebutuhan. Manusia tidak akan termotivasi untuk mencapai suatu tujuan atau
melakukan suatu tindakan, jika ia tidak membutuhkan sesuatu dari tindakan serta
pikirannya itu. Menurut Maslow [32], ada
7 kebutuhan manusia yang harus dipenuhi, yang diyakini menjadi motivasi dalam
setiap tindakan manusia yaitu:
1.
Kebutuhan fisiologis. Yaitu kebutuhan
jasmani manusia misalnya, kebutuhan akan makanan, minum, tidur, istirahat, dan
kesehatan. Untuk dapat belajar dengan baik, siswa harus dalam keadaan
sehat-sehat saja, tidak kelaparan, kehausan, yang dapat mengganggu keinerja
otaknya dalam belajar.
2. Kebutuhan akan keamanan. Manusia
membutuhkan ketentraman dan keamanan jiwa. Perasaan kecewa, dendam, takut akan
kegagalan, ketidakseimbangan mental dan goncangan-goncangan emosi yang lain
dapat mengganggu aktivitas belajar seseorang. Untuk meningkatkan cara belajar siswa lebih
efektif, maka siswa harus dapat menjaga keseimbangan emosi, sehingga perasaan
aman dapat tercapai dan konsentrasi pikiran dapat dipusatkan pada materi
pelajaran yang ingin dipelajari.
3. Kebutuhan akan kebersamaan dan cinta. Manusia dalam hidup membutuhkan kasih sayang dari orang
tua, saudara dan teman-teman yang lain. Di samping itu, ia akan merasa
berbahagia jika dapat membantu dan memberikan cinta kasih pada orang lain pula.
Belajar bersama akan membuka pikiran siswa, serta meningkatkan ketajaman
berpikir siswa.
4. Kebutuhan akan status. Tiap orang menginginkan segala usahanya berhasil. Untuk
kelancaran belajar, perlu optimisme, percaya diri, dan keyakinan akan dapat
menyelesaikan tugasnya dengan baik. Siswa harus mendapat insentif bahwa, apa
yang dipelajarinya kelak akan berguna bagi dirinya sendiri.
5. Kebutuhan akan self-actualisation. Belajar yang lebih
efektif dapat diciptakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri, image seseorang. Tiap-tiap orang tentu berusaha untuk memenuhi keinginan
yang dicita-citakannya. Oleh karena itu siswa harus yakin bahwa dengan belajar
yang baik akan membantunya mencapai cita-cita yang diinginkannya.
6.
Kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti. Yaitu kebutuhan
manusia untuk memuaskan rasa ingin tahu, mendapatkan pengetahuan, informasi,
dan untuk mengerti sesuatu. Untuk
mencapai hal ini, maka harus ditanamkan kepada siswa bahwa, satu-satunya cara
untuk memuaskan rasa ingin tahunya akan sesuatu adalah dengan belajar.
7. Kebutuhan estetika. Yaitu kebutuhan yang dimanifestasikan
sebagai kebutuhan akan keteraturan, keseimbangan dan kelengkapan dari suatu
tindakan. Hal ini hanya mungkin
akan terwujud jika siswa belajar tak henti-hentinya, tidak hanya dalam
pendidikan formal saja tetapi juga setelah selesai, setelah bekerja,
berkeluarga serta berperan dalam masyarakat.
Dengan
kebutuhan seorang siswa dapat memperbaharui motivasi intrinsiknya jika ia dapat
melihat dengan cermat apa yang paling dibutuhkannya saat ini (dalam jangka
waktu pendek). Juga jika siswa dapat melihat atau mempunyai visi atau cita-cita
mengenai hidupnya di masa yang akan datang (dalam jangka panjang).
Menurut
pendapat Malcom Brownlee, Faktor-Faktor
Mempengaruhi Motivasi Belajar
a.
Faktor Guru
Seseorang dikatakan sebagai guru tidak
cukup “tahu” sesuatu materi yang akan diajarkan, tetapi pertama kali ia harus
merupakan seseorang yang memang memiliki “kepribadian guru” denga segala ciri
tingkat kedewasaannya dan memiliki kepribadian
Untuk itu perlu dikemukakan dalam
pembahasan ini sepuluh kompetensi guru yang berkaitan erat dengan tugasnya
membentuk motivasi belajar siswa di sekolah antara lain :
1)
Menguasai bahan atau materi pengajaran
2)
Mengelola program belajar mengajar
3)
Pengelolaan kelas
4)
Menggunakan Media dan sumber belajar
5)
Menguasai landasan-landasan kependidikan
6)
Mengelola interaksi belajar-mengajar
7)
Menilai prestasi siswa untuk kepentingan
pengajaran
8)
Mengenal fungsi dan program bimbingan &
Penyuluhan
9)
Mengenal dan menyelenggarakan administrasi
sekolah
10) Mengenal
prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna kepentingan
pengajaran
b.
Faktor Orangtua
Faktor orangtua dalam
keluarga sangat menentukan juga karena mereka adalah mitra para guru dalam
bekerja bersama-sama untuk tujuan tersebut. Orangtua tidak cukup puas hanya
menyerahkan urusan dan tanggung jawab ini pada guru.
c.
Faktor Lingkungan Masyarakat
Faktor lingkungan
masyarakat tempat berdomisili siswa menajadi unsur yang turut dipetimbangkan
dalam proses pembentukan motivasi siswa, karena siswa juga adalah bagian
ataupun warga dari suatu masyarakat.
Malcom Brownlee mengemukakan konsep yang memperlihatkan ketergantungan
ini dengan mengemukakan “Manusia dalam msyarakat dan masyarakat dalam manusia”[33]
Lebih lanjut dijelaskan
bahwa konsep manusia dalam masyarakat mengisyaratkan ketergantungan bahwa
individu sebagai bagian dalam komunitas yang mmiliki sistim nilai sosial yang
saling mengikat dan mempengaruhi setiap individu yang hidup bersama dalam
sebuah komunitas, baik komunitas masyarakat kota ataupun masyarakat desa dan atau
kelompok belajar seperti siswa pada suatu sekolah.
Fungsi Motivasi Belajar
Sardiman
A.M, mengemukakan tiga fungsi motivasi, yaitu:
1.
Mendorong manusia untuk berbuat baik, yakni
sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.
2.
Menentukan arah perubahan, yakni kearah tujuan
yang hendak dicapai.
3.
Menyeleksi perbuatan, yakni perbuatan-perbuatan
apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. [34]
Jadi, motivasi itu diberikan untuk :
a.
Membangkitkan minat belajar siswa
b.
Memberikan kesempatan kepada siswa dalam
memperoleh hasil yang lebih baik.
c.
Memberikan penguatan kepada siswa.
d.
Melaksanakan evaluasi.
Fungsi
motivasi sebagai pendorong usaha dalam mencapai prestasi, karena seseorang melakukan
usaha harus mendorong keinginannya, dan menentukan arah perbuatannya kearah
tujuan yang hendak dicapai. Sehingga
siswa dapat menyeleksi perbuatan untuk menentukan apa yang harus dilakukan yang
bermanfaat bagi tujuan yang hendak
dicapainya.
Strategi Pemberian Motivasi Oleh Guru
Menurut
Nasution ada empat strategi dasar
dalam proses belajar mengajar yakni sebagai berikut:
1.
Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi
dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana
yang diharapkan.
2.
Memilih sistem pendekatan belajar mengajar
berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
3.
Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan
tehnik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat
dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.
4.
Menetapkan norma-norma dan batas minimal
keberhasilan atau kriteria serta standart keberhasilan sehingga dapat dijadiakn
pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang
selanjutnya akan dijadikan unpanbalik buat penyempurnaan sistem instruksional
yang bersangkutan secara keseluruhan.[35]
Motivasi
belajar yang disampaikan oleh guru dapat diukur dengan spesifikasi dan
kwalifikasi perubahan tingkah laku yang bagaimana diinginkan sebagai hasil
belajar mengajar yang dilakukan itu. Disini terlihat apa yang dijadikan sebagai
sasaran dari kegiatan belajar mengajar. Sasaran yang dituju harus jelas dan
terarah. Oleh karena itu tujuan pengajaran yang dirumuskan harus jelas dan
konkrit, sehingga mudah dipahami oleh anak didik. Bila tidak maka kegiatan
belajar mengajar tidak punya arah dan tujuan yang pasti. Akibat selanjutnya
perubahan yang diharapkan terjadi pada anak didik pun sukar diketahui, karena
penyimpangan-penyimpangan dari kegiatan belajar mengajar. Karena itu, rumusan
tujuan yang operasional dalam belajar mengajar mutlak dilakukan oleh guru
sebelum tugasnya dilakukan.
Guru
dalam memotivasi belajar siswa harus memilih cara pendekatan belajar mengajar
yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran. Bagaimana cara
guru memandang suatu persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang digunakan
dalam memecahkan suatu kasus, akan mempengaruhi hasilnya. Suatu masalah yang
dipelajari oleh dua orang dengan pendekatan yang berbeda, akan menghasilkan
kesimpulan yang tidak sama. Norma-norma sosial seperti baik, benar, adil dan
sebagainya akan melahirkan kesimpulan yang berbeda dan bahkan mungkin
bertentangan bila dalam cara pendekatannya menggunakan berbagai disiplin ilmu.
Pengertian
konsep dan teori ekonomi tentang baik, benar atau adil, tidak sama dengan baik,
benar atau adil menurut pengertian konsep dan teori antropologi. Juga akan
tidak sama apa yang dikatakan baik, benar atau adil kalau seorang guru
menggunakan konsep agama, karena pengertian konsep dan teori agama mengenai
baik, benar atau adil itu jelas berbeda dengan konsep ekonomi maupun
antropologi. Demikian juga halnya dengan cara pendekatan yang digunakan
terhadap kegiatan belajar-mengajar.
Memilih
dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap
paling tepat dan efektif. Metode atau teknik penyajian untuk memotivasi anak
didik agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan
masalah, berbeda dengan cara atau metode supaya anak didik terdorong dan mampu
berpikir bebas dan cukup keberanian untuk mengemukakan pendapatnya sendiri.
Perlu dipahami bahwa suatu metode mungkin hanya cocok dipakai untuk mencapai
tujuan tertentu. Jadi untuk sasaran yang berbeda, guru hendaknya jangan
menggunakan teknik penyajian yang sama. Bila beberapa tujuan yang ingin
diperoleh, maka guru dituntut untuk memiliki kemampuan tentang penggunaan
berbagai metode atau mengkombinasikan beberapa metode yang relevan. Cara
penyajian yang satu mungkin lebih menekankan kepada peranan anak didik,
sementara teknik penyajian yang lain lebih terpokus kepada peranan guru atau
alat-alat pengajaran seperti: buku atau mesin komputer misalnya. Adapula metode
yang lebih berhasil bila dipakai buat anak didik dalam jumlah yang terbatas,
atau cocok untuk mempelajari materi tertentu. Demikian juga bila kegiatan
belajar mengajar berlangsung di dalam kelas, di Perpustakaan, lab dan tempat
lain, tentu metode yang diperlukan agar tujuan tercapai. Tujuan Instruksional
yang ingin dicapai tidak selalu tunggal (satu), tetapi mungkin berbagai tujuan
atau sasaran. Oleh karena itu guru membutuhkan Media dalam mengajar.
Menerapkan
norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan yang
dapat menjadi tolak ukur untuk menilai sampai dimana keberhasilan kegiatan yang
telah dilakukan. Suatu program dapat diketahuai berhasil atau tidak, setelah
dilakukan evaluasi. Sehingga sistem penilaian dalam kegiatan belajar mengajar
merupakan salah satu strategi yang tidak bisa dipisahkan dengan strategi dasar
yang lain.
Apapun
yang harus dinilai dan bagaimana penilaian itu harus dilakukan termasuk
kemampuan guru dalam menilai. Seorang anak didik dapat dikategorikan sebagai
anak didik yang berhasil, harus dilihat dari berbagai segi. Dapat dilihat dari
ketekunan mengikuti tatap muka di kelas, perilaku sehari-hari, ulangan,
kepemimpinan, prestasi olehraga, keterampilan dan sebagainya. Atau dapat
dilihat dari gabungan dari berbagai aspek misalnya kognitif, afektif dan
psikomotoriknya.
Teori-Teori Motivasi
Ada beberapa teori tentang motivasi, diantaranya:
1. Teori Motivasi dari Maslow
“Maslow dalam
Mulyasa menyusun suatu
teori tentang kebutuhan dasar biologis/fisik manusia yang bersifat
hierarkhis, dan dikelompokkan menjadi 5 tingkatan.”[36]
1.
Kebutuhan fisik (physiologycal needs)
2.
Kebutuhan akan rasa aman (safety needs)
3.
Kebutuhan akan kasih sayang (belongingness and love needs)
4.
Kebutuhan akan rasa harga diri (Self esteem needs)
5.
Kebutuhan akan aktualisasi diri (Need for self actialization)
2. Teori X dan Teori Y
Douglass McGregor dalam Sugema
“mengemukakan dua pandangan yang jelas-jelas berbeda secara
mendasar mengenai manusia, satu negative, yaitu ditandai sebagai teori X dan
yang lain pada dasarnya positif yang ditandai sebagai teori Y”[37]
Teori X mengandaikan bahwa kebutuhan
urutan/orde rendah mendominasi individu-individu yang lebih suka diarahkan dan
lebih mengutamakan keselamatan diatas segalanya. Teori Y mengandaikan bahwa
kebutuhan urutan/orde tinggi mendominasi individu-individu yang lebih suka
mengarahkan upaya mereka sendiri dan kreatif ditempat kerja untuk mencapai
tujuan organisasi.
3. Teori dua factor (Two faktor
Theory)
Frederick Herberg dalam
sugema “mengatakan bahwa manusia mempunyai dua kategori kebutuhan yang
berbeda yang terpisah satu sama lain,
dampaknya terhadap perilaku dengan cara yang berbeda”.
Ia menekunkan bahwa jika
orang merasa puas dengan pekerjaan mereka, mereka mengkaitkan lingkungan dimana
mereka bekerja. Disisi lain, jika orang merasa puas tentang pekerjaan mereka,
ini harus dikaitkan dengan kerja itu sendiri. Herberg menanamkan kategori
pertama dengan fakta-fakta higiene, sebab menggambarkan lingkungan orang, dan
memberikan fungsi utama mencegah ketidak puasan pekerja. Ia menanamkan kategori
kedua dengan motivator kebutuhan, karena tampaknya efektif dalam memotivasi
orang agar kinerjanya prima.
4. ERG dari Clayton Aldefer.
Aldefer dalam sugema “mengajukan teori alternatif terhadap teori hierarki kebutuhan
Maslow, menurutnya terhadap tiga kelompok kebutuhan manusia.”
1.
Kebutuhan akan keberadaan (existency needs). Kebutuhan ini untuk
tetap exist secara fisik. Untuk exist kita perlu makan, minum, pakaian,
perumahan, kondisi kerja yang aman, dan lain-lain.
2.
Kebutuhan untuk berhubungan (relatedness needs). Kebutuhan ini adalah bahwa setiap individu perlu untuk
dapat berhubungan dengan baik dan wajar
dengan orang-orang lain (interpersonal
relationship)
3.
Kebutuhan untuk berkembang (Growth
needs). Kebutuhan ini adalah bahwa setiap individu memiliki keinginan,
kebutuhan untuk mengembangkan atau meningkatkan diri sesuai dengan kemampuan
dan cita-citanya.
5. Motivasi berprestasi dari McClelland
Mc Clelland dalam sugema mengemukakan dan mengelompokkan kebutuhan ke dalam tiga
kelompok.
1.
Kebutuhan untuk berprestasi (n –
Ach)
2.
Kebutuhan untuk berafiliasi (n –
Aff)
3.
Kebutuhan untuk berkuasa (n – Pow)
Teori-teori tersebut diatas
merupakan pengantar untuk lebih memahami motivasi, bagaimana seseorang
termotivasi untuk melakukan sesuatu dan ditingkatan mana motivasi yang
dimilikinya berada.
Ciri – ciri Siswa Yang Memiliki Motivasi Belajar
Sardiman
AM [38]
mengatakan bahwa motivasi yang ada pada diri seseorang memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
a.
Tekun menghadapi tugas (dapat
bekerja terus menerus dalam waktu yang lama,tidak
pernah berhenti sebelum selesai)
b.
Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekasputus
asa). Tidak memerlukan dorongan
luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak lekas puas dengan prestasi yang
telah dicapainya)
c.
Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah: “untuk orang dewasa”
(misalnya: masalah pembangunan, agama, politik, ekonomi, pemberantasan korupsi,
pemberantasan segala tindak kriminal, amoral dan sebagainya).
d.
Lebih senang bekerja mandiri
e.
Cepat bosan pada tugas-tugas rutin
(hal-hal yang bersifat mekanis,berulang-ulang begitu saja sehingga kurang
kreatif)
f.
Dapat mempertahankan pendapatnya
(kalau sudah yakin akan sesuatu)
g.
Tidak mudah melepaskan hal yang
diyakininya.
h.
Senang mencari dan memecahkan
masalah soal-soal.
[4] Dimyati dan
Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta :PT.Rineka Cipta, 2009),
hlm 80
[6] Ravianto, Produktivitas dan Tenaga
Kerja Indonesia,
(Usaha Nasional Indonesia, 1995), hlm.18
[7] Sumardi Suryabrata, Psikologi
Pendidikan, (Rajawali Pers, 1994), hlm. 3
[9]
Supriyono
Widodo, Psikologi belaja, (Solo
:Rineka Cipta 2003), hlm 83
[10] Dimiyanti dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta : Rineka Cipta,
2002), hlm 80
[11] Kartini Kartono dan Dali Gulo, Kamus Psikologi (Bandung : Pioner Jaya,
1987), hlm 290
[12] M. Noor, Himpunan Istilah Psikologi (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1997), hlm 123
[13] Sardiman, AM. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000) hlm 73
[14]
Ardhana
,Wayan, Pokok-pokok ilmu jiwa bumi, (Surabaya
: Usaha Nosional Ari Kunto1985), hlm 165
[15]
Ardhana.
Wayan, Pokok-pokok ilmu jiwa bumi, (Surabaya
: Usaha Nosional Ari Kunto, 1985), hlm 16
[18] Kumpulan Teori-Teori Tentang Belajar,
ttp., hlm 172.
[23] Sardiman, AM. Integrasi dan Motivasi Belajar, (Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada, 2003),
hal. 89
[24] Mohibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm : 137
[25] M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1996) hlm 64
[26] S.
Nasution, Didaktik Azas-Azas Mengajar
(Bandung: Penerbit Jemmars), tt., hlm. 29
[27] Sardiman, AM. Integrasi dan motivasi belajar, (Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada, 2003),
hal. 95
[28] Dimyati.
Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta, PT Bumi Aksara,
2006), hlm. 97.
[29] Raymond J.W dan Judith J.H, hlm. 24
[30]
Fo’arota Telaumbanua, Motivasi
Kerja, Iklim Organisasi, Kinerja Pegawai (Jakarta : FKIP Universitas Kristen Indonesia
2005) hlm. 37
[31]
Fo’arota Telaumbanua, Motivasi
Kerja, Iklim Organisasi, Kinerja Pegawai (Jakarta : FKIP Universitas Kristen Indonesia
2005) hlm. 37
[32] Kumpulan Teori-Teori tentang Belajar, hlm.
76.
[33] Malcom Brownlee, Pengambilan Keputusan Etis (Jakarta
: BPK.Gunung Mulia, 1993) hlm 147-150
[34] Sardiman, AM. Integrasi dan Motivasi Belajar, (Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada, 2003), hlm.84
[35] Nasution, Kurikulum dan pengajara (Bandung, Bumi aksara, 1989), hal. 79
[36]
Maslow,
Mulyasa, E.Menjadi Guru Profesi
(Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan Menyenangkan) Bandung . PT.Remaja Rosda
Karya Offset, 2005), hlm 175
[37]
Sugema,
Bambang dan Sutrisno, Motivasi Dalam
Organisasi, ( Lembaga Administrasi Negara, 2000) hlm 15
[38]
Sardiman AM, Integrasi dan Motivasi Belajar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006)
hal.21