Metode Resitasi
Merupakan Salah Satu Metode Mengajar Yang Efektif Diterapkan Dalam Proses
Belajar Mengajar
Pengertian Metode Pembelajaran Menurut Para Ahli
Menurut B.S. Sijabat “Metode mengajar ialah cara atau prosedur dalam
mengelola interaksi antara guru dan peserta didiknya bagi berlangsungnya
peristiwa belajar.”[1]
Menurut W. Gulo, “mendefenisikan metode pengajaran adalah cara yang
digunakan untuk mencapai tujuan pengajaran, metode pengajaran adalah alat untuk
mengoperasionalkan apa yang direncanakan dalam strategi.[2]
Sedangkan menurut Azhar metode adalah cara yang di dalam fungsinya
merupakan alat untuk mencapai tujuan. Ini berlaku bagi guru (metode mengajar),
maupun bagi murid (metode belajar). Semakin baik metode yang dipakai semakin
efektif pencapaian tujuan.[3]
Syaiful Bahri Djamarah mengatakan bahwa, “metode adalah suatu cara yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.”[4]
Suprihadi Saputro menjelaskan bahwa “metode adalah cara, yang di dalam
fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Metode adalah cara-cara yang
dilaksanakan untuk mengadakan interaksi belajar mengajar dalam rangka mencapai
tujuan pengajaran.”[5]
Menurut Suryobroto, “metode pengajaran adalah cara-cara pelaksanaan dari
pada proses pengajaran atau soal bagaimana tekniknya suatu bahan pelajaran
diberikan di sekolah”.[6]
Jenis
– jenis Metode Mengajar
Menurut E. Mulyasa, beberapa jenis metode pembelajaran yang dapat dipilih
oleh guru, yakni sebagai berikut :
1.
Metode Demonstrasi;
2.
Metode Inquiri;
3.
Metode Penemuan (metode discovery);
4.
Metode Eksperimen;
5.
Metode Pemecahan Masalah;
6.
Metode Karyawisata;
7.
Metode Perolehan Konsep;
8.
Metode Penugasan (Metode Resitasi);
9.
Metode Ceramah;
10. Metode
Tanya Jawab;
11. Metode
Diskusi.[7]
Menurut K.O. Gangel, terdapat banyak jenis metode mengajar yang dapat
diterapkan oleh guru untuk berkomunikasi, berinteraksi dengan peserta didiknya,
yakni:
1.
Metode yang hanya menekankan komunikasi satu arah,
yaitu dari pihak guru kepada peserta didiknya. Metode yang termasuk ke dalamnya
ialah ceramah, kuliah, cerita, demonstrasi dan metode audio visual.
2.
Metode yang membangun komunikasi satu arah, yaitu dari
peserta didik kepada pengajarnya. Metode yang termasuk ke dalamnya ialah
laporan tugas membaca, laporan hasil riset, studi kasus, studi kelompok, studi
mandiri, percobaan lapangan, surat-menyurat, survey lapangan, mengikuti buku
pegangan, hafalan, tes, paper, serta tulisan refleksi.
3.
Metode yang membangun komunikasi dua arah, yaitu
terjadinya relasi dan interaksi dialogis antara guru dan peserta didik serta di
antara sesama murid. Ada
tiga kategori metode yang termasuk dapat menciptakan relasi dan interaksi
dialogis itu : Diskusi kelompok, drama, metode proyek.[8]
Dari jenis-jenis metode mengajar yang dirumuskan K.O. Gangel, metode
resitasi yang dibahas dalam penelitian ini termasuk jenis metode yang membangun
komunikasi satu arah, yaitu dari peserta didik kepada pengajarnya.
a.
Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam
Memilih Metode Pembelajaran
Menurut Andar Ismail, “Guru bertanggung jawab memilih metode yang hendak
dipakai dalam menyampaikan pengajarannya.”[9] Menurut
pendapat Ronald Hayman, “Metode dipilih oleh guru dan bukan oleh nara didik, hal ini
disebabkan oleh karena gurulah yang hendak melakukan pembimbingan kepada
naradidik.”[10]
Menurut Hayman terdapat sembilan hal yang perlu diperhatikan oleh seorang
guru dalam memilih metode pembelajaran, yakni :
1.
Sesuai dengan kemampuan guru yang mengajar.
2.
Sesuai dengan kemampuan naradidik.
3.
Sesuai dengan tujuan pelajaran.
4.
Sesuai dengan waktu dan kondisi tempat yang tersedia.
5.
Sesuai dengan pokok bahasan yang akan disampaikan.
6.
Sesuai dengan jumlah naradidik dalam kelompok.
7.
Sesuai dengan minat dan pegalaman naradidik.
8.
Sesuai dengan kedekatan relasi naradidik dengan pokok
bahasan
9.
Sesuai dengan kedekatan relasi guru dengan naradidik.[11]
Menurut Robert J. Choun bahwa pemilihan metode mengajar yang tepat
ditentukan oleh berbagai faktor, yakni:
1.
Kemampuan dan
keterampilan guru menggunakan metode yang ditetapkannya.
2.
Tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
(usia, kognitif, spiritual).
3.
Besarnya ruangan belajar dan kelompok.
4.
Tujuan pelajaran.
5.
Keterlibatan peserta didik.
6.
Kesesuaian dengan bahan pengajaran.
7.
Fasilitas yang tersedia
8.
Waktu yang tersedia.
9.
Variasi pengalaman belajar.
10. Keterampilan
tertentu dari peserta didik.[12]
b.
Petunjuk Dasar dalam Memilih Metode yang
Tepat
Menurut Andar Ismail terdapat beberapa petunjuk dasar dalam memilih
metode yang tepat, yakni:
1.
Pahami tujuan pelajaran yang hendak disampaikan. Metode
yang tepat dipilih berdasarkan tujuan dan isi pelajaran yang hendak disampaikan.
2.
Keterlibatan naradidik. Arti belajar akan menjadi
semakin efektif dengan keterlibatan langsung dari naradidik dalam pembelajaran.
3.
Faktor Usia dan latar belakang naradidik. Pendidikan,
kebudayaan, pekerjaan serta lingkungan naradidik.
4.
Faktor besarnya kelas / Kelompok. Metode ada yang
diciptakan untuk digunakan pada kelompok besar dan digunakan pada kelompok
kecil.
5.
Faktor waktu yang tersedia. Perlu diketahui berapa lama
waktu yang tersedia untuk menyampaikan pelajaran.
6.
Faktor bahan / sumber yang tersedia. Misalnya
buku-buku, alat peraga
7.
Kepemimpinan, beberapa metode memerlukan keterampilan
khusus dari pemimpinannya.
8.
Memakai metode yang bervariasi. Satu kegiatan
pembelajaran dapat dilakukan dengan memakai beberapa metode sekaligus.
9.
Susunan ruangan / formasi.[13]
c.
Metode Resitasi
Salah satu jenis metode yang ditawarkan oleh para ahli, yang dapat
diterapkan dalam proses belajar mengajar, dimana metode tersebut mampu
melibatkan siswa secara aktif guna menunjang kelancaran proses belajar mengajar
adalah metode resitasi (metode penugasan).
Menurut J.S. Badudu, dalam ‘Kamus Kata-kata Serapan Asing Dalam Bahasa
Indonesia’ defenisi Resitasi adalah bacaan yang disampaikan (dari hafalan) di
depan umum; 2. hafalan yang diucapkan (missal oleh murid-murid) di depan kelas.
[14]
Resitasi berasal dari
bahasa Inggris ‘to cite’ yang artinya mengutip ‘re' yang artinya kembali. Jadi resitasi artinya siswa mengutip atau
mengambil sendiri bagian-bagian pelajaran itu dari buku-buku tertentu, lalu
belajar sendiri dan berlatih hingga sampai siap sebagaimana mestinya.[15]
Menurut Nana Sudjana, “tugas atau resitasi tidak sama dengan pelajaran
rumah tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas dapat merangsang anak untuk lebih
aktif belajar baik secara individual maupun kelompok.[16]
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain, “Metode resitasi adalah
metode Penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa
melakukan kegiatan belajar. Masalah tugas yang diberikan siswa dapat dilakukan
di kelas, di halaman sekolah, di laboratorium, di perpustakaan, di bengkel, di
rumah siswa atau dimana saja asal tugas itu dapat dikerjakan.[17]
Syaiful sejalan dengan Imansjah Alipandie, dalam bukunya yang berjudul
“Didaktik Metodik Pendidikan Umum” mengemukakan bahwa :
Metode
resitasi adalah cara untuk mengajar yang dilakukan dengan jalan memberi tugas
khusus kepada siswa untuk mengerjakan sesuatu di luar jam pelajaran.
Pelaksanaannya bisa dirumah, diperpustakaan, dilaboratorium, dan hasilnya
dipertanggungjawabkan.[18]
Sudirman, mengemukakan pengertian metode penugasan/resitasi adalah
cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberikan tugas tertentu agar
siswa melakukan kegiatan belajar.[19]
Slameto mengemukakan :
Metode
resitasi adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan memberikan tugas kepada
siswa untuk dikerjakan di luar jadwal sekolah dalam rentangan waktu tertentu
dan hasilnya harus dipertanggungjawabkan kepada guru.[20]
Mulyani dan Johan Permana H, mengemukakan pengertian “metode resitasi
adalah metode pemberian tugas atau penugasan diartikan sebagai suatu cara
interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya tugas dari guru yang
dikerjakan peserta didik di sekolah ataupun di rumah secara perorangan atau
kelompok.[21]
Roymond mengemukakan pengertian metode resitasi yang agak berbeda,
menurutnya “metode pembelajaran resitasi adalah
suatu metode pengajaran dengan mengharuskan siswa membuat resume dengan kalimat
sendiri.[22]
d.
Kelebihan / Kelemahan Metode
penugasan/resitasi:
Sudirman dalam ‘Ilmu Kependidikan’ menguraikan kelebihan – kelemahan
penerapan metode resitasi dalam proses belajar mengajar, yakni :
Kelebihan dari Metode Resitasi, yakni :
- Tugas lebih merangsang siswa untuk untuk belajar lebih banyak, baik pada waktu di kelas maupun di luar kelas. Metode ini dapat mengembangkan kemandirian siswa yang diperlukan kehidupan kelak.
- Tugas dapat lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih memperdalam, memperkaya atau memperluas pandangan tentang apa yang dipelajari.
- Tugas dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan komunikasi.
- Metode ini dapat membuat siswa bergairah dalam belajar karena kegiatan belajar dilakukan dengan berbagai variasi sehingga tidak membosankan.[23]
Sedangkan kelemahan dari
Metode Resitasi, yakni :
- Siswa sulit dikontrol, apa benar mengerjakan tugas ataukan orang lain.
- Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa.
- Sering memberikan tugas yang monoton, sehingga membosankan.[24]
Imanjah Alipandie, juga merumuskan kelebihan dan kelemahan dalam proses
belajar mengajar sebagai berikut
“Adapun
kelebihan metode resitasi adalah 1). anak menjadi terbiasa mengisi waktu
luangnya, 2). memupuk rasa tanggung jawab, 3). melatih anak berfikir kritis,
4). tekun, giat dan rajin. Sedangkan kelemahan metode resitasi antara lain : 1).
tidak jarang pekerjaan yang ditugaskan itu diselesaikan dengan jalan meniru,
2). karena perbedaan individual anak, tugas diberikan secara umum mungkin
beberapa orang diantaranya merasa sukar sedang yang lain merasa mudah
menyelesaikan tugas itu dan apabila tugas sering diberikan maka ketenangan
mental pada siswa terpengaruh.[25]
Roymond mengutip pendapat Djamarah yang merumuskan kelebihan dan
kelemahan dari metode resitasi, yakni sebagai berikut :
Kelebihan
metode resitasi adalah :
1.
Pengetahuan
yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat
lebih lama.
2.
Peserta
didik memiliki peluang untuk meningkatkan keberanian, inisiatif, bertanggung
jawab dan mandiri.
Sedangkan
kelemahan Metode Resitasi adalah :
1. Kadang kala peserta didik melakukan penipuan
yakni peserta didik meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah
mengerjakan sendiri.
2. Kadang kala tugas dikerjakan oleh orang lain
tanpa pengawasan.
3. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan
individual.[26]
Langkah
– Langkah Pelaksanaan Metode Resitasi
Langkah-langkah
pelaksanaan metode resitasi, yakni sebagai berikut :
- Merencanakan resitasi secara matang.
- Tugas yang diberikan hendaklah didasarkan atas minat dan kemampuan anak didik.
- Tugas yang diberikan berkaitan dengan materi pelajaran yang telah diberikan.
- Jenis tugas yang diberikan kepada siswa itu hendaknya telah dimengerti betul oleh siswa, agar tugas dapat dilaksanakan secara baik.
- Jika tugas yang diberikan itu bersifat tugas kelompok maka pembagian tugas (materi tugas) harus diarahkan, termasuk batas waktu penyelesaiannya.
- Guru dapat membantu penyediaan alat dan sarana yang diperlukan dalam pemberian tugas.
- Setiap hasil kerja PR murid-murid harus dikoreksi dengan teliti, diberi nilai dan kertasnya dikembalikan, untukmemberi rangsangan/dorongan.
- Perkembangan nilai prestasi murid-murid perlu dicatat pada buku catatan nilai guru agar diketahui grafik belajar mereka.
- Tugas yang diberikan dapat merangsang perhatian siswa dan realistis.[27]
Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain, mengemukakan hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam langkah-langkah dalam pelaksanaan metode pemberian tugas (resitasi)
antara lain :
- Fase Pemberian Tugas
Tugas yang
diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan :
a.
Tujuan yang akan dicapai;
b.
Jenis tugas jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa
yang ditugaskan tersebut;
c.
Sesuai dengan kemampuan siswa;
d.
Ada
petunjuk atau sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa;
e.
Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas
tersebut.
Dalam fase ini tugas yang diberikan kepada setiap anak didik harus jelas
dan petunjuk-petunjuk yang diberikan harus terarah.
- Langkah Pelaksanaan Tugas
a.
Diberikan bimbingan atau pengawasan oleh guru.
b.
Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja.
c.
Dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang
lain.
d.
Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang dia
peroleh dengan baik dan sistematik
Dalam fase ini anak didik belajar (melaksanakan tugas) sesuai tujuan dan
petunjuk-petunjuk guru.
- Fase Mempertanggungjawabkan Tugas
a.
Laporan siswa baik lisan atau tertulis dari apa yang
telah dikerjakannya.
b.
Ada
tanya jawab diskusi kelas.
c.
Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun
non tes atau cara lainnya. [28]
Dalam fase ini anak didik mempertanggungjawabkan hasil belajarnya baik
berbentuk laporan lisan maupun tertulis. Karena
tugas yang dikerjakan pada akhirnya akan dipertanggung jawabkan maka siswa akan
terdorong untuk mengerjakan secara sungguh-sungguh. Dengan metode ini sehingga
pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu lebih mendalam.
Sudirman juga merumuskan langkah-langkah yang ditempuh dalam pendekatan
pelaksanaan metode resitasi (pemberian tugas), yaitu :
1.
Tugas yang diberikan harus jelas;
2.
Tempat dan lama waktu penyelesaian tugas harus jelas.
3.
Tugas yang diberikan terlebih dahulu dijelaskan/diberikan
petunjuk yang jelas, agar siswa yang belum mampu memahami tugas itu berupaya
untuk menyelesaikannya.
4.
Guru harus memberikan bimbingan utamanya kepada siswa
yang mengalami kesulitan belajar atau salah arah dalam mengerjakan tugas.
5.
Memberi dorongan terutama bagi siswa yang lambat atau
kurang bergairah mengerjakan tugas. [29]
Prosedur
Penerapan Metode Resitasi yang Perlu Diperhatikan
Menurut Sri Anitah Wiryawan, adapun prosedur metode resitasi yang perlu
diperhatikan dalam melaksanakan pengajaran antara lain :
“1).
memperdalam pengertian siswa terhadap pelajaran yang telah diterima, 2).
melatih siswa ke arah belajar mandiri, 3). dapat membagi waktu secara teratur,
4). memanfaatkan waktu luang, 5). melatih untuk menemukan sendiri cara-cara
yang tepat untuk menyelesaikan tugas dan 6). memperkaya pengalaman di sekolah
melalai kegiatan di luar kelas. [30]
B.S. Sidjabat menguraikan beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, yakni
:
1).
Harus jelas bagi peserta didik apa manfaat, tujuan,
serta bentuk dari tugas. Misalnya : apakah paper / makalah, laporan bacaaan dan
lain-lain.
2).
Harus dijelaskan bagaimana pekerjaan itu dapat
direncanakan dan dikerjakan, serta bagaimana hasil kerjanya akan dinilai,
apakah perlu diadakan pertemuan selama berlangsungnya penelitian dan penulisan?[31]
[1]
B.S. Sidjabat, Mengajar Secara
Profesional, (Bandung : Yayasan Kalam Hidup, 1993), hal. 229.
[2] W.
Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta
: Grasindo), hal.4
[3]
Muhammad Azhar, Proses belajar Mengajar Pola CBSA (Surabaya: Usaha
Nasional, 1993), hal. 95
[4]
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka
Cipta, 1995), hal. 53
[5]
Surihadi Saputro, Dasar- Dasar Metodologi
Pengajaran Umum (IKIP Malang, 1993), hal.143
[6] Suryobroto. B. Mengenal Metode
Pengajaran di Sekolah dan Pendekatan Baru Dalam Proses Belajar Mengajar.
(Yokyakarta, 1986), hal.3
[7] E.
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung
: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hal.107.
[8]
B.S. Sijadbat, Mengajar Secara
Profesional, (Bandung : Yayasan Kalam Hidup, 1993), hal. 231
[9]
Andar Ismail, Ajarlah Mereka Melakukan, (Jakarta
: BPK Gunung Mulia, 2004), hal.91
[10]
Andar Ismail, Ajarlah Mereka Melakukan,
(Jakarta : BPK
Gunung Mulia, 2004), hal.91
[11]
Andar Ismail, Ajarlah Mereka Melakukan,
(Jakarta : BPK
Gunung Mulia, 2004), hal.92
[12]
B.S. Sijadbat, Mengajar Secara
Profesional, (Bandung : Kalam Hidup, 1993), hal.239.
[13]
Andar Ismail, Ajarlah Mereka Melakukan,
(Jakarta : BPK
Gunung Mulia, 2004), hal.97
[14] J.S. Badudu, Kamus Kata-kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia,
(Jakarta :
Kompas, 2003), hal. 304
[16] Nana Sudjana, Dasar-dasar
Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 1989), hal. 81.
[17] Syaiful Bahri Djamarah
dan Azwan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), edisi revisi, hal. 85.
[18] Alipandie, Imansyah, Didaktik
Metodik Pendidikan, (Surabaya
: Penerbit Usaha Nasional, 1984), hal.91
[19] Sudirman, dkk, Ilmu Pendidikan, (Bandung : Rosda
Karya, 1984), hal. 141
[20] Slameto. Proses Belajar
Mengajar dalam Sistem Kredit (SKS). (Jakarta : Penerbit Bumi Aksara, 1990),
hal.115.
[21] Mulyani. S dan Johar
Permana, Strategi Belajar Mengajar, (JATENG: DEPDIKBUD Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, 1999), hal. 151.
[22]
Simamora, Roymond H, Buku Ajar Pendidikan Dalam Keperawatan. (Jakarta : EGC, 2009), hal.58
[23] Sudirman, dkk, Ilmu Pendidikan, (Bandung : Rosda
Karya, 1984), hal. 142
[24]
Ibid.
[25] Alipandie, Imansyah, Didaktik
Metodik Pendidikan, (Surabaya:
Penerbit Usaha Nasional, 1984), hal.92
[26]
Simamora, Roymond H. Buku Ajar Pendidikan
Dalam Keperawatan, (: EGC, 2009), hal.58
[28] Syaiful Bahri Djamarah, dan Aswan Zain, op. cit, hal.
86
[29] Sudirman, dkk, Ilmu Pendidikan, (Bandung : Rosda
Karya, 1984), hal. 145
[30] Sri Anitah Wiryawan. Strategi
Belajar Mengajar. Depdikbuda. Uiversitas Terbuka, (Jakarta, 1990), hal. 30
[31]
B.S. Sijadbat, Mengajar Secara
Profesional, (Bandung : Yayasan Kalam Hidup, 1993), hal.259