Pengertian Strategi Pengajaran
Kata ‘strategi’ berasal dari bahasa Yunani “strategos” yang berarti jenderal atau panglima, sehingga strategi
diartikan sebagai ilmu kejenderalan atau ilmu kepanglimaan. Strategi dalam
pengertian kemiliteran ini berarti cara penggunaan seluruh kekuatan militer
untuk mencapai tujuan perang[1].
Muhamad Fuad Athman mengatakan istilah ‘strategi’ adalah berasal dari
kata ‘stratego’ (perkataan greek) yang bermaksud saluran-saluran
yang ada bagi ketenteraan.[2]
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata strategi yaitu: “Ilmu dan
seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan
tertentu di perang dan damai; Ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk
menghadapi musuh di perang, dikondisi yang menguntungkan”[3].
“Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran
khusus”[4]
Istilah strategi menurut The
International Webster’s Student Dictionary of The English Language
mengandung arti ‘the science of planning
and conducting military campaigns on a broad scale; skill in management; an
ingeniuous plan or method’ (Ilmu perencanaan dan pelaksanaan gerakan
militer secara luas; keahlian dalam manajemen; rencana yang cermat atau
metode).
Menurut B.S. Sidjabat strategi dalam pembelajaran mengandung arti
bagaimana guru merencanakan kegiatan mengajar (a plan for teaching) sebelum ia melaksanakan tugasnya bersama
dengan anak didik.[5]
Pengertian strategi menurut Stephanie K. Marrus seperti yang dikutip oleh
Sukristono, “Strategi didefenisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para
pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi disertai
penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai”.[6]
Dalam buku yang sama, Hamel dan
Prahalad mendefenisikan strategi yang sifatnya lebih khusus, yaitu:
“Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan
terus-menerus serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang
diharapkan oleh para pelanggan di masa depan, dengan demikian strategi hampir
selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang
terjadi”[7]
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain mengemukakan pengertian strategi
secara umum merupakan “suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam
usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.”[8]
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP – UPI, menguraikan apa yang dimaksud
dengan strategi sebagai berikut:
“Strategi
merupakan pola umum rentetan kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan tertentu. Dikatakan pola umum, sebab suatu strategi pada hakekatnya
belum mengarah kepada hal-hal yang bersifat praktis, suatu strategi masih
berupa rencana atau gambaran menyeluruh. Sedangkan, untuk mencapai tujuan,
memang strategi disusun untuk tujuan tertentu. Tidak ada suatu strategi, tanpa
adanya tujuan yang harus dicapai”.[9]
Dari defenisi tersebut di atas dapat kita simpulkan, bahwa ‘strategi’
adalah suatu proses penentuan rencana yang bersifat incremental
(senantiasa meningkat) dan terus-menerus yang berfokus pada tujuan jangka
panjang untuk mencapai tujuan. Strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari
apa yang terjadi.
Setelah kita melihat pengertian dari ‘strategi’ dan ‘pengajaran’
berikutnya akan diuraikan pengertian dari ‘strategi pengajaran’ dimana terdapat
berbagai pendapat tentang strategi pembelajaran sebagaimana yang dikemukakan
oleh para ahli pembelajaran. Di atas telah dijelaskan bahwa istilah
‘pengajaran’ terkait dengan istilah ‘pembelajaran’.
Menurut J.R. David dalam Wina Sanjaya mengemukakan dalam dunia pendidikan,
strategi diartikan sebagai “a plan,
method, or series of activities designed to achieves, a particular educational
goal; dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai
perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu.[10]
Menurut Oemar Hamalik defenisi strategi pengajaran, adalah: “keseluruhan
metode dan prosedur yang menitikberatkan pada kegiatan siswa dalam proses
belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu.”[11]
Sementara Kemp, menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah “suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien”.[12]
Senada dengan pendapat Kemp, Dick dan Carey menyebutkan “bahwa strategi
pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan
secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa”.[13]
Selain pendapat di atas para ahli pembelajaran lainnya yakni Kozna mendefenisikan “strategi pembelajaran sebagai
setiap kegiatan yang dipilihnya, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau
bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu”.[14]
Gerlach dan Ely, juga menjelaskan
bahwa “strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk
menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu,
strategi pembelajaran dimaksud meliputi sifat lingkup dan urutan kegiatan
pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar peserta didik”[15].
Gropper, menjelaskan “strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas
berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai, Gropper juga menegaskan bahwa setiap tingkah laku yang
diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajarnya harus
dapat dipraktekkan”.[16]
Menurut Nasution dalam B.S. Sidjabat, “strategi mengajar adalah
pendekatan umum dalam mengajar dan tidak begitu rinci dan bervariasi….”[17]
Menurut Hamzah B. Uno sendiri pengertian strategi pembelajaran adalah:
“Cara-cara
yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan
digunakan selama proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan
mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan
karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran tertentu”.[18]
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain mengartikan strategi dalam belajar
mengajar, sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan
kegiatan belajar mengajar yang mencapai tujuan yang telah digariskan.”[19]
Dari uraian pengertian strategi
pengajaran yang dirumuskan oleh para ahli pendidikan, penulis merangkum
pengertian strategi pengajaran yakni: “Perencanaan pemilihan cara-cara
yang akan digunakan oleh pengajar dalam kegiatan pembelajaran dimana dalam
proses pembelajaran menitikberatkan pada kegiatan siswa. Pemilihan tersebut
dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar,
kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.
1).
Jenis Strategi Pengajaran
Menurut Oemar Hamalik, memperkenalkan empat jenis strategi pembelajaran
yang sepatutnya diketahui guru, yaitu sebagai berikut:
1.
Pembelajaran penerimaan (reception learning)
Secara garis
besar, dengan strategi itu guru berperan aktif menyajikan informasi kepada anak
didik, yaitu dari hal umum ke hal-hal yang lebih khusus. Setelah itu, anak
didik diberi kesempatan untuk memikirkan penerapan konsep yang dipelajarinya.
Jenis strategi ini menuntut seorang guru lebih berperan aktif memperoleh
informasi untuk diajarkan kepada anak didik.
2.
Pembelajaran penemuan (discovery learning)
Secara garis
besar, dengan strategi itu guru memperhadapkan realitas, kasus atau masalah
kepada peserta didik. Mereka kemudian memahami dan memecahkannya. Bertolak dari
kegiatan itu, peserta didik menemukan dan mengemukakan ide, konsep dan gagasan
yang dapat dibawa kedalam kajian yang lebih luas. Jenis strategi ini menuntut
siswa-siswa lebih aktif dan kreatif.
3.
Pembelajaran penguasaan (master learning)
Pada dasarnya,
dengan strategi itu guru menuntun murid untuk menguasai sebuah tahapan belajar
sebelum beranjak ke tahapan berikutnya. Kalau peserta didik belum
memperlihatkan penguasaan atas pengetahuan dan keterampilan dalam suatu
tahapan, mereka belum diperbolehkan mengikuti kegiatan belajar selanjutnya.
Jenis strategi ini, menuntut guru lebih sabar, strategi ini cocok
diterapkan pada proses pembelajaran di luar sekolah, misalnya les.
4.
Pembelajaran terpadu (unit learning)
Secara garis
besar, dengan strategi itu guru menuntun peserta didik untuk memahami sebuah
unit kasus atau peristiwa dari berbagai aspek atau sudut pandang sehingga
mereka memiliki pemahaman yang menyeluruh dan integratif.[20]
Wina Sanjaya, dalam bukunya strategi pembelajaran mengemukakan tujuh
jenis strategi pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan standar proses
pendidikan, yaitu:
1.
Strategi Pembelajaran Ekspositori
Dengan
strategi ini guru bercerita, berceramah atau bertutur guna menyampaikan konsep,
ide, gagasan dan keyakinannya kepada peserta didik. Strategi ini pada dasarnya
berfokus pada guru, guru harus bijak dalam mengendalikan proses agar tujuan
belajar tercapai.
Strategi Pembelajaran Ekspositori menuntut peran aktif guru dalam proses
pembelajaran, sedangkan siswa dalam pembelajaran cenderung hanya menerima apa
yang diajarkan oleh guru. Terkadang dalam menyampaikan sesuatu materi tertentu
strategi ini merupakan strategi yang tepat.
2.
Strategi Pembelajaran Inkuiri
Dalam strategi
ini guru ialah sebagai fasilitator, penuntun dan rekan kerja, dengan demikian
gurulah yang memotivasi peserta didik dalam proses belajar agar mereka mencari
dan menemukan gagasan.
Pembelajaran dimulai dengan penjelasan topik dan tujuan, kemudian
penyajian masalah (kasus) secara tepat dan jelas, mungkin juga perlu dilakukan
sebuah demonstrasi. Selanjutnya guru menuntun murid didalam proses belajar
melalui berbagai pertanyaan, mengemukakan hipotesa (jawaban sementara), lalu
melakukan pengujian untuk akhirnya menarik kesimpulan.
3.
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Menekankan
pada pengenalan masalah agar dapat memahami (analisis), perumusan langkah
penyelesaian, pengujian data atau informasi, dan penyimpulan.
4.
Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir
(SPPKB)
Strategi
menekankan pembentukan kemampuan berpikir peserta didik. Guru menuntun murid
bukan hanya untuk mengetahui isi bahan ajar (knowing what), melainkan juga dalam rangka memahami kode belajar
dan merumuskan konsep, ide atau gagasan (knowing
how).
5.
Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)
Strategi
Pembelajaran yang memiliki asumsi bahwa pengetahuan dibentuk dan dibangun
melalui kerjasama dalam aktivitas belajar, termasuk menyelidiki, berdiskusi,
memahami dan memecahkan masalah.
6.
Strategi Pembelajaran Kontekstual
Strategi
pembelajaran itu mengasumsikan bahwa konteks kehidupan sosial dan budaya
merupakan sumber serta media belajar yang penuh makna, orang tidak hanya dapat
belajar dari membaca buku atau literatur.
Strategi juga
menekankan konsep belajar konstruksionis, yaitu pengetahuan dibentuk melalui
penyelidikan hal-hal yang terjadi di lingkungan (konteks) bukan diberikan
sebagai hasil olahan.
7.
Strategi Pembelajaran Afektif
Strategi
pembelajaran itu tidak cukup hanya dengan memproses informasi atau meningkatkan
kemampuan intelektual. Nilai hidup harus dipraktekkan dan dibiasakan. Strategi
ini menekankan metode pemecahan masalah dan penjelasan atau klarifikasi.[21]
2).
Cara Memilih Strategi Pengajaran Yang Tepat
Titik tolak untuk penentuan strategi belajar-mengajar adalah perumusan
tujuan pengajaran secara jelas. Agar siswa dapat melaksanakan kegiatan
belajar-mengajar secara optimal, selanjutnya guru harus memikirkan pertanyaan
berikut: “Strategi manakah yang paling efektif dan efisien untuk membantu tiap
siswa dalam pencapaian tujuan yang telah dirumuskan?”. Pertanyaan yang sangat
sederhana namun sukar untuk dijawab, karena tiap siswa mempunyai kemampuan yang
berbeda. Tetapi strategi memang harus dipilih untuk membantu siswa mencapai
tujuan secara efektif dan produktif.
Kriteria pemilihan strategi
belajar-mengajar, harus
berorientasi pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu, juga harus
disesuaikan dengan jenis materi, karakteristik peserta didik, serta situasi
atau kondisi dimana proses pembelajaran tersebut akan berlangsung. Terdapat
beberapa metode dan teknik pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru, tetapi
tidak semuanya sama efektifnya dapat mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu
dibutuhkan kreativitas guru dalam memilih strategi pembelajaran tersebut.
Menurut Nasution dalam B.S. Sidjabat mengusulkan beberapa pertanyaan yang
perlu dijawab oleh seorang guru yang hendak merencanakan strategi mengajar,
yaitu sebagai berikut:
- Apakah tujuan itu bersifat kognitif, afektif atau psikomotoris?
- Apakah tujuan itu bertingkat rendah atau tinggi?
- Apakah tujuan itu banyak memerlukan reinforcement atau ulangan?
- Apakah diperlukan partisipasi aktif dari siswa secara individual, kelompok kecil, atau kelompok besar?
- Apakah tujuan itu memerlukan keterampilan akademis?
- Apakah dituntut keterampilan interpersonal?
- Apakah diperlukan keterampilan mengenai proses penelitian ilmiah?
- Apakah tersedia atau harus disediakan sumber-sumber mengajar?
- Apakah strategi mengajar itu sesuai dengan dermian kurikulum dan misi lembaga pendidikan?
- Apakah strategi mengajar itu cukup menguntungkan dari segi waktu, biaya dan usaha yang diperlukan?
- Apakah diperlukan lebih dari satu strategi mengajar untuk mencapai tujuan?
- Apakah strategi mengajar itu sesuai dengan gaya belajar siswa?[22]
Pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas tentu tidak mudah menjalankan dan
melaksanakannya. ‘Menentukan tujuan dalam arti merumuskan tujuan dengan jelas
sehingga dapat diketahui apa yang diharapkan dapat dilakukan siswa, dalam
kondisi yang bagaimana serta seberapa tingkat keberhasilan yang diharapkan’
adalah pertanyaan yang sukar, sebab selain setiap siswa berbeda, juga tiap guru
pun mempunyai kemampuan dan kualifikasi yang berbeda pula. Di samping itu
tujuan yang bersifat afektif seperti sikap dan perasaan, lebih sukar untuk
diuraikan (dijabarkan) dan diukur. Tujuan yang bersifat kognitif biasanya lebih
mudah. Strategi yang dipilih guru untuk aspek ini didasarkan pada perhitungan
bahwa strategi tersebut akan dapat membentuk sebagaimana besar siswa untuk
mencapai hasil yang optimal, dengan kemajuan teknologi, guru dapat mengatasi
perbedaan kemampuan siswa melalui berbagai jenis media instruksional.
Menurut Mager dalam Hamzah B. Uno terdapat beberapa kriteria yang dapat
digunakan dalam memilih strategi pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1.
“Berorientasi pada tujuan pembelajaran
Tipe perilaku
apa yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
2.
Pilih teknik pembelajaran sesuai dengan keterampilan
yang diharapkan dapat dimiliki saat bekerja nanti (dihubungkan dengan dunia
kerja).
3.
Gunakan media pembelajaran yang sebanyak mungkin
memberikan rangsangan pada indra peserta didik”. [23]
Menurutnya selain kriteria di atas, pemilihan strategi pembelajaran dapat
dilakukan dengan memerhatikan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
1.
Apakah materi pelajaran paling tepat disampaikan secara
klasikal (serentak bersama-sama dalam satu-satuan waktu)?
2.
Apakah materi pelajaran sebaiknya dipelajari peserta
didik secara individual sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing?
3.
Apakah pengalaman langsung hanya dapat berhasil
diperoleh dengan jalan praktek langsung dalam kelompok dengan guru atau tanpa
kehadiran guru?
4.
Apakah diperlukan diskusi atau konsultasi secara
individual antara guru dan siswa?[24]
Begitu juga dengan Gerlach dan Ely dalam Hamzah B. Uno menjelaskan pola
umum pemilihan strategi pembelajaran yang digambarkan melalui bagan berikut[25]:
Rumusan Tujuan
Pembelajaran Khusus (TPK)
Kondisi Pembelajaran
(Perlu dirinci berbagai tingkah laku dan keterampilan)
Menetapkan berbagai metode dan pendekatan
Kriteria pemilihan strategi pembelajaran hendaknya dilandasi prinsip
efisiensi dan efektivitas dalam mencapai tujuan pembelajaran dan tingkat
keterlibatan peserta didik. Untuk itu, pengajar haruslah berpikir strategi
pembelajaran manakah yang paling efektif dan efisien dapat membantu peserta
didik dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan? Pemilihan strategi
pembelajaran yang tepat diarahkan agar peserta didik dapat melaksanakan kegiatan
pembelajaran secara optimal.
Secara umum strategi pembelajaran
terdiri atas 5 (lima)
komponen yang saling berinteraksi dengan karakter fungsi dalam mencapai tujuan
pembelajaran, yaitu:
1.
“Kegiatan pembelajaran pendahuluan,
2.
Penyampaian informasi,
3.
Partisipasi peserta didik,
4.
Tes, dan
5.
Kegiatan lanjutan”.[26]
Pemilihan strategi pembelajaran hendaknya ditentukan berdasarkan kriteria
berikut:
1.
Orientasi strategi pada tugas pembelajaran
2.
Relevan dengan isi/materi pembelajaran
3.
Metode dan teknik yang digunakan difokuskan pada tujuan
yang ingin dicapai, dan
4.
Media pembelajaran yang digunakan dapat merangsang
indra peserta didik secara simultan.[27]
DAFTAR PUSTAKA
Gulo, W.
Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Grasindo, 2008.
Othman, M. Fuad. Pengajian
Strategi Sebagai Disiplin Ilmu. Kuala Lumpur: Utusan
Publications, 2006
Sidjabat, B.S. Mengajar
Secara Profesional. Bandung:
Yayasan Kalam Kudus, 1993.
Umar, Husein. Strategic Management In Action. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2001.
Djamarah, Syaiful
Bahri & Zain, A. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta
: Rineka Cipta, 2006.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran. Bandung: Kencana Prenada Media Group, 2006
Hamalik, Oemar. Proses
Belajar Mengajar. Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2001.
[1] Gulo,
W. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo, 2008.Hal.1
[2] M.
Fuad Othman, Pengajian Strategi Sebagai
Disiplin Ilmu. (Kuala Lumpur: Utusan
Publications, 2006) Hal.3
[5]
B.S. Sidjabat, Mengajar Secara
Profesional. (Bandung: Yayasan Kalam Kudus, 1993). Hal.277
[6] Husein Umar, Strategic
Management In Action. (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2001). Hal.31
[7] Husein Umar, Strategic
Management In Action. (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2001). Hal.31
[8] Syaiful Bahri Djamarah & A.Zain, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta : Rineka Cipta,
2006). Hal. 5
[9]
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP – UPI, Ilmu
& Aplikasi Pendidikan Bagian.2. (Imperial Bhakti Utama, 2007). Hal. 167
[10] Sanjaya, Wina. Strategi
Pembelajaran. Bandung:
Kencana Prenada Media Group, 2006 Hal.126
[11] Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2001 Hal. 201.
[12]
Wina Sanjaya, Hal.126.
[13] Sanjaya, Wina. Strategi
Pembelajaran. Bandung:
Kencana Prenada Media Group, 2006 Hal.126.
[14] Uno,
Hamzah B. Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2009. Hal.1
[15] Uno,
Hamzah B. Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2009. Hal.1
[16] Uno,
Hamzah B. Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2009. Hal.1
[17]
B.S. Sidjabat, Hal.278.
[18]
Hamzah B. Uno, Hal.3.
[19]
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Hal. 5.
[20] Djamarah, Syaiful Bahri & Zain, A. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta,
2006 Hal.278
[21] Djamarah, Syaiful Bahri & Zain, A. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta,
2006. Hal. 279
[22] Djamarah, Syaiful Bahri & Zain, A. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta,
2006 Hal.276
[23]
Hamzah B. Uno,. Hal.8
[26] Hamzah
B. Uno
[27]
Hamzah B. Uno.. Hal.9