KoreshInfo

SYARAT-SYARAT GURU PROFESIONAL DAN CIRI-CIRI PROFESI KEGURUAN

SYARAT-SYARAT GURU PROFESIONAL DAN CIRI-CIRI PROFESI KEGURUAN (Dr. Rusman, M.Pd) § Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang...

Sunday, 14 February 2016

PENERAPAN STRATEGI PENGAJARAN TUHAN YESUS TERHADAP PENCAPAIAN TUJUAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DI SMA KELAS X PENCAWAN MEDAN TA. 2010 / 2011

PENERAPAN STRATEGI PENGAJARAN TUHAN YESUS TERHADAP PENCAPAIAN TUJUAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN 
DI SMA KELAS X PENCAWAN MEDAN
TA. 2010 / 2011

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak dapat dibendung, tentu membawa pengaruh pada dunia pendidikan. Idealnya dunia pendidikan harus mengikuti perkembangan tersebut dengan merubah paradigma[1] pendidikan. Seorang guru harus menyadari bahwa tugasnya dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian informasi kepada peserta didik. Seorang guru harus memiliki kemampuan untuk menyesuaikan proses pembelajaran agar tidak ketinggalan zaman, seorang guru harus memiliki strategi pengajaran yang dinamis.
Strategi pengajaran yang baik akan mengatasi sebagian masalah yang ada di dalam dunia pendidikan. Wina Sanjaya mengemukakan:
“Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan Indonesi adalah masalah lemahnya proses pembelajaran, dimana dalam proses pembelajaran, siswa kurang diberi motivasi untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Seringkali proses pembelajaran diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal informasi; otak siswa dipaksa untuk mengingat dan menyimpan berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi itu.”[2]

Pernyataan di atas sering kali kita jumpai pada semua mata pelajaran, termasuk mata pelajaran pendidikan agama Kristen yang tidak dapat mengembangkan sikap yang sesuai dengan norma-norma agama. Ini dikarenakan strategi pembelajaran tidak digunakan secara baik dalam setiap proses pembelajaran di dalam kelas, proses pembelajaran hanya diarahkan agar anak bisa menguasai dan menghafal materi pelajaran.
Selaku calon tenaga pengajar perlu menyadari bahwa pendidikan di sekolah dewasa ini terlalu menjejali otak anak dengan berbagai bahan ajar yang harus dihafal, pendidikan tidak diarahkan untuk membangun dan mengembangkan karakter serta potensi yang dimiliki siswa itu sendiri. Proses pendidikan tidak pernah diarahkan membentuk manusia yang cerdas, memiliki kemampuan memecahkan masalah hidup, serta tidak diarahkan untuk membentuk manusia yang kreatif dan inovatif sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab I, ayat 1:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.[3]

Dari Sistem Pendidikan Nasional tersebut penulis merumuskan beberapa point penting:
1.      Pendidikan adalah usaha sadar yang terencana.
2.      Pendidikan terencana itu diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran.
3.      Suasana belajar dan pembelajaran itu diarahkan agar siswa dapat mengembangkan potensi dirinya.
4.      Tujuan akhir dari pendidikan itu adalah kemampuan anak memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dari rumusan di atas, terdapat tiga aspek pendidikan yaitu: sikap, kecerdasan dan keterampilan yang merupakan arah dan tujuan pendidikan itu sendiri. Hal ini berarti proses pendidikan berujung kepada pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan atau intelektual serta pengembangan keterampilan anak didik sesuai dengan kebutuhannya.
Dewasa ini dalam proses pembelajaran, masih banyak guru melakukan kesalahan-kesalahan dalam menjalankan tugasnya. Kesalahan/kekeliruan tersebut sering kali tidak disadari oleh para guru, bahkan masih banyak diantaranya yang menganggap hal itu wajar. Berikut ini akan diuraikan kesalahan/kekeliruan yang sering dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran.
Menurut E. Mulyasa, sedikitnya terdapat tujuh kesalahan yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran, yakni:
1.      Mengambil jalan pintas dalam pembelajaran
Dengan berbagai alasan, banyak guru yang mengambil jalan pintas dengan tidak membuat persiapan ketika mau melakukan pembelajaran, sehingga guru mengajar tanpa persiapan. Mengajar tanpa persiapan sangat mengganggu perkembangan peserta didik.

2.      Menunggu peserta didik berperilaku negatif
Tidak sedikit guru yang sering mengabaikan perkembangan kepribadian peserta didik, serta lupa memberikan pujian kepada mereka yang berbuat baik, dan tidak membuat masalah. Biasanya guru baru memberikan perhatian kepada peserta didik ketika ribut, tidak memperhatikan, atau mengantuk di kelas, sehingga menunggu peserta didik berperilaku buruk.

3.      Menggunakan Destructive Discipline
Seringkali guru memberikan hukuman kepada peserta didik tanpa melihat latar belakang kesalahan yang dilakukannya, tidak jarang guru yang memberikan hukuman melampaui batas kewajaran pendidikan (malledecatif), dan banyak guru yang memberikan hukuman kepada peserta didik tidak sesuai dengan jenis kesalahan. Seringkali guru memberikan tugas-tugas yang harus dikerjakan peserta didik di luar kelas (pekerjaan rumah), namun jarang sekali guru yang mengoreksi pekerjaan peserta didik dan mengembalikannya dengan berbagai komentar, kritik dan saran untuk kemajuan peserta didik. Yang sering dialami peserta didik adalah bahwa guru sering memberikan tugas, tetapi tidak pernah memberikan umpan balik terhadap tugas-tugas yang dikerjakan.
4.      Mengabaikan Perbedaan Peserta Didik
Setiap peserta didik memiliki perbedaan yang unik, mereka memiliki kekuatan, kelemahan, minat, dan perhatian yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga, sosial ekonomi dan lingkungan, membuat peserta didik berbeda dalam aktivitas, kreatifitas, intelegensi, dan kompetensinya. Guru seharusnya dapat mengidentifikasi perbedaan individual peserta didik, dan menetapkan karakteristik umum yang menjadi ciri kelasnya, dari ciri-ciri individual yang menjadi karakteristik umumlah yang seharusnya guru memulai pembelajaran.
5.      Merasa Paling Pandai
Kesalahan yang berawal dari kondisi bahwa pada umumnya para peserta didik di sekolah usianya relatif lebih muda dari gurunya, sehingga guru merasa bahwa peserta didik tersebut lebih bodoh dibanding dirinya, peserta didik dipandang sebagai gelas yang perlu diisi air kedalamnya.
6.      Tidak Adil (Diskriminatif)
Banyak guru yang tidak adil, sehingga merugikan perkembangan peserta didik, dan ini merupakan kesalahan yang sering dilakukan guru, terutama dalam penilaian. 
7.      Memaksa Hak Peserta Didik
Guru bisa saja memiliki pekerjaan sampingan, memperoleh penghasilan tambahan, itu sudah menjadi haknya, tetapi tindakan memaksa bahkan mewajibkan peserta didik untuk membeli buku tertentu sangat fatal. Karena kondisi semacam ini seringkali membuat prustasi peserta didik.[4]

Kesalahan/kekeliruan di atas tersebut terjadi dikarenakan seorang guru tidak memiliki strategi pengajaran yang adalah merupakan rancangan dasar untuk mencapai tujuan dari suatu pembelajaran. Berbicara tentang strategi mengajar adalah berusaha memberi jawaban atas pertanyaan : “Bagaimana mengajar yang baik?”.
Pada mulanya istilah ‘strategi’ digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan[5]. Strategi berasal dari bahasa Yunani “strategos” yang berarti jenderal atau panglima, sehingga strategi diartikan sebagai ilmu kejenderalan atau ilmu kepanglimaan[6].
Strategi belajar mengajar merupakan rancangan dasar bagi seorang guru bagaimana ia membawakan pengajarannya terhadap anak didik di kelas secara bertanggung jawab. Strategi dalam dunia pendidikan adalah “suatu seni dan ilmu untuk membawakan pengajaran di kelas sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien.”[7]
Andar Ismail dalam bukunya “Ajarlah Mereka Melakukan” mengutip pendapat G. Soegiasman, tentang hakikat dan tujuan PAK[8], sebagai berikut:
PAK sebagai tugas panggilan gereja adalah usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan peserta didik agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami dan menghayati Kasih Allah dalam Yesus Kristus, yang dinyatakannya dalam kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan lingkungan hidupnya.[9]

Dari kutipan hakekat dan tujuan PAK di atas, pengajaran atau pendidikan PAK hendaknya membangun kepercayaan Kristen dalam diri para murid dengan jalan menyampaikan pengetahuan.
Beberapa tahun terakhir ini, disadari atau tidak, bangsa Indonesia khususnya siswa-siswa SMA termasuk didalamnya peserta didik SMA Kelas X Pencawan Medan mengalami kemerosotan dalam kehidupan moral. Bila menyoroti kehidupan moral para peserta didik beberapa tahun belakangan ini sangat jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
Sebagai tenaga pendidik, khususnya sebagai guru PAK mempunyai kewajiban untuk membentengi moral, jiwa para peserta didik, untuk menghadapi kecanggihan tehnologi sekarang yang dapat menggoda dan menggocang jiwa peserta didik untuk meninggalkan nilai-nilai ke-Kristenan dengan memperbaiki strategi pembelajaran untuk menarik minat peserta didik untuk mengikuti PAK.
Seorang guru PAK dalam proses pengajarannya harus bercermin pada strategi pengajaran yang dilakukan oleh Tuhan Yesus sang Guru Agung. Tuhan Yesus dalam pengajaranNya memiliki prinsip pengajaran seperti yang terdapat dalam Injil Sinoptis, khususnya Injil Matius pasal 5 – 7.
Injil Matius pasal 5 – 7 yang biasa disebut dengan “Khotbah Yesus” di Bukit sebenarnya adalah suatu “pengajaran” lebih tepatnya dapat kita katakan sebagai sebuah pemberitaan dalam bentuk pengajaran, dan cara Yesus mengajar ketika itu bisa dikatakan berhasil, hal ini dapat kita lihat dalam Matius 7:28 “… Takjublah orang banyak mendengar pengajaranNya, sebab Ia mengajar mereka sebagai seorang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli taurat mereka”.
Perjanjian Baru memuat banyak prinsip yang dipakai Tuhan Yesus dalam mengajar murid-muridNya. Prinsip-prinsip Tuhan Yesus dalam pengajaranNya masih sangat cocok untuk diterapkan pada Pendidikan Agama Kristen untuk anak didik zaman sekarang ini.
Prinsip – prinsip pengajaran Tuhan Yesus menurut kitab injil Matius 5 – 7, yaitu:
1.      Tuhan Yesus mengajar melalui hidup dan perbuatanNya (Matius pasal 4; Mat.4:23-24; Mat.4:25).
2.      Tuhan Yesus memakai pengalaman pendengar-pendengarNya untuk mengajar mereka. (Mat.13:1-9; Mat.5:15-16).
3.      Tuhan Yesus terkadang memandang obyek-obyek yang konkrit yang dilihat. (Mat.12:16-17; Mat.6:25-34).
4.      Tuhan Yesus memakai bahan / materi / media yang tepat dan sederhana untuk mengajar. (Mat. 4:4, Mat.5:5).
5.      Tuhan Yesus selalu memberikan kepada pendengarNya tanggung jawab untuk mengambil keputusan secara pribadi. (Mat.7:24-27).[10]



Selain kelima prinsip di atas Tuhan Yesus juga memakai prinsip-prinsip pengajaran yang lain yang dikutip oleh Andar Ismail, yakni: “Tuhan Yesus dalam mengajar memakai prinsip pengajaran “dimulai dari apa yang diketahui nara didik”[11].
            Robert R. Boehlke dalam bukunya: “Siapakah Yesus Sebenarnya?” juga mengemukakan beberapa prinsip pengajaran yang dilakukan Tuhan Yesus dalam pengajaranNya, yakni:
  1. Dalam pengajaranNya Tuhan Yesus memakai cara, yakni “Yesus memanfaatkan kebudayaan pada waktu itu kebudayaan Ibrani dengan tradisi syairnya.
  2. Yesus menggunakan bentuk argumentasi yang bertitik tolak dari salah satu kebenaran yang berterima bagi semua orang.
  3. Dalam pengajaranNya terkadang Yesus mengajukan pertanyaan untuk memperoleh jawaban yang dikehendakiNya sebagai landasan untuk menarik kesimpulan untuk lebih umum[12].

Dalam mengajar Tuhan Yesus tidak memakai satu metode saja tetapi Tuhan Yesus memakai banyak metode dalam menyampaikan pengajaranNya, diantaranya: metode ceramah, metode tanya jawab, metode perumpamaan, dalam hal menjawab pertanyaan pendengarNya, Ia tidak memberi jawaban langsung dengan tegas, tetapi ia memaksa si penanya itu berpikir dan memberi jawaban sendiri.
Pengajaran - pengajaranNya menunjukkan sikap dan perhatianNya terhadap jiwa manusia, yang sejajar dengan tujuan kedatanganNya sebagai juru selamat. Yesus mengajar dengan tujuan agar pengajaranNya dapat dipahami oleh si pendengar, dan juga mendorongnya untuk melakukan apa yang diajarkanNya. Yesus mengajar dengan tujuan agar umatNya dapat mengenal kebenaran dan memperoleh keselamatan.
Bercermin pada prinsip - prinsip pengajaran yang dimiliki oleh Tuhan Yesus, maka seorang guru yang ingin mencapai keberhasilan dalam mengajar perlu menetapkan tujuan dari pengajarannya, karena tanpa tujuan yang jelas maka pengajaran yang dilakukan tidak akan terarah pada sasaran yang tepat. Dan tujuan pengajaran tersebut hanya dapat dicapai dengan strategi pembelajaran yang baik.
Strategi pengajaran yang dilakukan oleh Tuhan Yesus baik itu prinsipNya, metode pengajaranNya, teknikNya bisa dikatakan berhasil (lihat dalam Matius 7:28). Untuk itu penulis tertarik untuk meneliti tentang seberapa jauh penerapan strategi pengarajan Tuhan Yesus dalam pembelajaran PAK di SMA Kelas X Pencawan? Seberapa besar pencapaian tujuan PAK dengan strategi pengajaran yang sedang diterapkan di SMA Kelas X Pencawan Medan, melihat minat belajar para peserta didik terhadap mata pelajaran pendidikan agama Kristen di SMA Kelas X Pencawan masih relatif kurang berminat. Ini terlihat ketika proses pembelajaran PAK masih banyak peserta didik yang tidak membawa Alkitab, dalam mengikuti proses pembelajaran masih banyak yang mengantuk dan tidak memperhatikan pelajaran yang disampaikan oleh guru, peserta didik menganggap bahwa pendidikan agama Kristen tidak termasuk kategori mata pelajaran yang favorit yang tentu akan mempengaruhi pencapaian tujuan PAK.
Robert R. Boehlke, mengemukakan: “…..gaya mengajar Yesus mampu menarik perhatian khalayak ramai yang sudah bosan dengan cara pendekatan guru-guru biasa.”[13]  Berdasarkan kutipan di atas diharapkan seorang guru PAK mampu menerapkan gaya mengajar Yesus untuk mampu menarik perhatian peserta didik dalam mengikuti pembelajaran PAK.
Di lihat dari segi pencapaian kurikulum, proses pembelajaran PAK di SMA Pencawan Medan telah mencapai tujuannya. Dimana materi pembelajaran PAK yang ditetapkan pada silabus (buku panduan teknis kepada guru mata pelajaran PAK disiapkan oleh Ditjen Bimas Kristen), sesuai dengan jadwal pembelajaran yang sedang berlangsung di SMA kelas X Pencawan Medan.
Tetapi bila kita tinjau pengertian defenisi pendidikan sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab I, ayat 1 yakni: pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana   …….  agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Tujuan pengajaran PAK belum tercapai karena dari pengamatan penulis kebanyakan dari peserta didik belum bisa mengendalikan diri, kurang berakhlak, pengajaran yang diberikan oleh guru PAK dianggap hanya sebagai ilmu saja, tidak diterapkan di dalam lingkungan masyarakat, sekolah maupun di rumah.
Pengamatan penulis mengenai isi buku materi yang dipergunakan dalam proses pembelajaran PAK di SMA Kelas X Pencawan, belum mencukupi untuk pencapaian tujuan PAK itu sendiri. Untuk itu guru harus memiliki buku pedoman dari penerbit lain, untuk mencapai tujuan pembelajaran PAK.
Untuk memperoleh jawabannya maka penulis mengadakan penelitian di SMA Kelas X Pencawan Medan, dan dalam penelitian ini penulis mengangkat judul: “Penerapan Strategi Pengajaran Tuhan Yesus Terhadap Pencapaian Tujuan PAK di SMA Kelas X Pencawan Medan.”


B.     Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasi masalah yang akan diteliti. Sebelumnya penulis akan menguraikan apa yang dimaksud dengan mengidentifikasi masalah menurut Suwardi Lubis, dalam bukunya: Metodologi Penelitian Sosial, yakni:
“Mengidentifikasi masalah tidak lain menguraikan lebih jelas lagi tentang masalah yang telah ditetapkan didalam latar belakang penelitian. Didalamnya berisi perenungan eksplisit dari masalah-masalah yang terkandung dalam suatu fenomena perumusannya diurut sesuai dengan urutan intensitas pengaruhnya didalam topik penelitian. Selain itu perumusan ini mempunyai konsekuensi terhadap relevansi maksud dan tujuan, kegunaan penelitian. Kerangka pemikiran dan metode penelitiannya. Bentuk perumusannya dapat berupa kalimat pertanyaan atau dapat pula berupa kalimat pernyataan yang menggugah perhatian”.[14]







            Adapun masalah-masalah yang diidentifikasikan penulis sebagai berikut:
1.      Apakah strategi pengajaran Tuhan Yesus dalam kitab Injil?
2.      Metode apa saja yang Yesus terapkan dalam mengajar para murid dalam kitab Injil?
3.      Bagaimanakah prinsip pengajaran Tuhan Yesus dalam kitab Injil?
4.      Apa dan bagaimana metode dan strategi pengajaran Yesus dalam kitab Injil?
5.      Apa dan bagaimana relevansi pengajaran Tuhan Yesus terhadap pencapaian tujuan PAK?
6.      Apakah tujuan PAK di SMA Kelas X Pencawan Medan belum sesuai dengan kurikulum?
7.      Bagaimana strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru PAK di SMA Kelas X Pencawan dalam pengajaran PAK?
8.      Bagaimana proses pengajaran PAK di SMA Kelas X Pencawan Medan apakah sudah berlangsung dengan baik?. 
C.     Pembatasan Masalah
Untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian, perlu dilakukan pembatasan masalah. Winarmo Surakhmad mengemukakan pendapatnya mengenai pembatasan masalah yakni: “Pembatasan masalah ini bukan hanya untuk mempermudah atau menyederhanakan masalah bagi penyelidikan tetapi juga untuk pemecahannya, tenaga dan kecekatan, biaya dan lain-lain yang timbul dari rencana tersebut”.[15]  Untuk itu dalam penelitian ini penulis membatasi masalah yang akan dibahas yaitu: “Sejauhmana penerapan strategi pengajaran Tuhan Yesus Terhadap Pencapaian Tujuan PAK Di SMA Kelas X Pencawan Medan?.”
D.    Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian berfungsi untuk memperjelas masalah dan untuk menentukan siapa dan apa yang akan menjadi objek dalam penelitian tersebut, seperti yang dikatakan oleh Moh. Ali bahwa: “masalah yang diwujudkan pokok penelitian harus dimaksudkan secara jelas dan operasional”.[16] Demikian juga pendapat S. Nasution bahwa: “masalah harus dirumuskan dan dibatasi secara spesifik, itu merupakan suatu keharusan. Bila tidak akan mengakibatkan mahasiswa tidak akan mengetahui secara jelas keterangan dan data-data yang dikumpulkan dan kesimpulan apakah yang sejajar dengan tesis.”[17]
Untuk memperjelas fokus dan cakupan penelitian, maka penulis dalam penelitian ini membuat rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Sejauhmana penerapan strategi pengajaran Tuhan Yesus dalam pengajaran PAK di SMA Kelas X Pencawan Medan?
2.      Berapa besarkah pencapaian tujuan pengajaran PAK di SMA Kelas X Pencawan Medan?
E.     Tujuan Penelitian
Dalam suatu penelitian perlu adanya tujuan yang berfungsi sebagai acuan pokok terhadap masalah yang akan diteliti, sehingga akan membuat peneliti bekerja secara terarah dalam mencari data dan mengambil langkah yang tepat dalam pemecahan masalah.
Muhammad Ali mengatakan, “tujuan penelitian pada dasarnya merupakan titik tolak atau titik tujuan yang akan dicapai seseorang melalui kegiatan penelitian yang dilaksanakan itu, sebab tujuan kegiatan penulisan harus mempunyai rumusan yang tegas, jelas, terperinci dan operasional.[18] Dari kutipan tersebut, maka penelitian menentukan arah dan sasaran yang akan dicapai, tujuan dilakukannya penelitian ini, adalah:
1.      Untuk mengetahui seberapa besar penerapan pengajaran PAK dengan menggunakan Strategi Pengajaran Tuhan Yesus di SMA Kelas X Pencawan.
2.      Untuk memperoleh data tentang pencapaian tujuan pengajaran PAK dengan menggunakan Strategi Pengajaran Tuhan Yesus di SMA Kelas X Pencawan.

F.      Manfaat Penelitian
Setiap penelitian tentu akan memberikan manfaat, baik bagi penulis itu sendiri maupun aspek-aspek yang terlibat didalamnya. Adapun penelitian ini ditulis memberi beberapa manfaat yaitu:
1.      Bermanfaat bagi penyelesaian penulisan skripsi dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Kristen (S.Pd.K).
2.      Bermanfaat untuk menambah pemahaman dan pengetahuan serta wawasan penulis mengenai strategi pengajaran.
3.      Bermanfaat untuk lembaga / sekolah yang diteliti merupakan bahan masukan/ acuan dan koreksi terhadap strategi pengajaran yang berlaku sebelumnya di sekolah tempat penelitian dilakukan.
4.      Bermanfaat sebagai bahan bacaan bagi yang membaca khususnya mahasiswa STT Paulus Medan.




G.    Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan langkah-langkah atau urutan penulisan penelitian yang terdiri dari :
BAB I        PENDAHULUAN
                  Dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penelitian.
BAB II       KERANGKA TEORITIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESA PENELITIAN
                  Dalam bab II ini akan diuraikan tentang kerangka teoritis, kerangka konseptual dan hipotesa penelitian.
BAB III      METODE PENELITIAN
                  Dalam bab III ini akan diuraikan tentang tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.
BAB IV     HASIL PENELITIAN
                  Dalam bab ini akan diuraikan tentang deskripsi hasil penelitian dan pengujian hipotesis.
BAB V       KESIMPULAN DAN SARAN
                  Dalam bab V ini akan diuraikan tentang kesimpulan dan saran.




[1] Paradigma = Model Dalam Teori Pengetahuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

[2] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran. (Bandung:  Kencana Prenada Media Group, 2006) Hal.1
[3] Tim Visimedia,  Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Cet.2 (Jakarta: Visimedia, 2007). Hal. 2
[4] E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional. (Bandung: Rosda, 2005) Hal. 19

[5] Wina Sanjaya, Op.Cit. Hal 125

[6] W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Grasindo, 2008) Hal. 1
[7] Ibid, Hal. 1

[8] PAK adalah singkatan dari Pendidikan Agama Kristen, untuk seterusnya dalam skripsi ini.

[9] Andar Ismail, Ajarlah Mereka Melakukan. (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1998) Hal.157.
[11] Andar Ismail,  Selamat Mengikut Dia. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982) Hal.52

[12] Robert R. Boehlke, Siapakah Yesus Sebenarnya? (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985) Hal.46
[13] Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen I. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006). Hal. 65
[14] Suwardi Lubis, Metodologi Penelitian Sosial, (Medan: USU Press, 1997), Hal.95.
[15] Winarmo Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 2004) Hal.34

        [16] Moh. Ali, Penelitian Kependidikan, Prosedur dan Strategi. (Bandung: Angkasa, 2002) Hal. 39

[17] S. Nasution, Metode Reseacrh Penelitian Ilmiah. (Bandung: Jemmars, 1984). Hal.20
       [18] Muhammad Ali, Op.Cit. Hal. 39

1 comment:

  1. Menangkan Jutaan Rupiah dan Dapatkan Jackpot Hingga Puluhan Juta Dengan Bermain di www(.)SmsQQ(.)com

    Kelebihan dari Agen Judi Online SmsQQ :
    -Situs Aman dan Terpercaya.
    - Minimal Deposit Hanya Rp.10.000
    - Proses Setor Dana & Tarik Dana Akan Diproses Dengan Cepat (Jika Tidak Ada Gangguan).
    - Bonus Turnover 0.3%-0.5% (Disetiap Harinya)
    - Bonus Refferal 20% (Seumur Hidup)
    -Pelayanan Ramah dan Sopan.Customer Service Online 24 Jam.
    - 4 Bank Lokal Tersedia : BCA-MANDIRI-BNI-BRI

    8 Permainan Dalam 1 ID :
    Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar66

    Info Lebih Lanjut Hubungi Kami di :
    BBM: 2AD05265
    WA: +855968010699
    Skype: smsqqcom@gmail.com

    ReplyDelete