KoreshInfo

SYARAT-SYARAT GURU PROFESIONAL DAN CIRI-CIRI PROFESI KEGURUAN

SYARAT-SYARAT GURU PROFESIONAL DAN CIRI-CIRI PROFESI KEGURUAN (Dr. Rusman, M.Pd) § Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang...

Sunday, 28 February 2016

MOTIVASI BELAJAR SISWA

MOTIVASI BELAJAR SISWA

a.      Pengertian Motivasi Belajar
            Motivasi belajar terdiri dari dua kata yang mempunyai pengertian sendiri-sendiri. Namun kedua pengertian tersebut membentuk satu pengertian pembahasan. Motivasi berasal dari bahasa Inggris "motive" yang diambil dari kata asalnya ‘motion’ yang berarti "gerak atau sesuatu yang bergerak".[1] Sedangkan pengertian belajar menurut oleh Thobroni Rusyan dkk yakni “Arti luas ialah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk belajar dalam penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap atau mengenai sikap dan mengenai nila-nilai, pengetahun, kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam kaitannya dengan berbagai hal dan aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi.”[2]
            Menurut Sardiman A.M, “motivasi berpangkal dari kata ‘motif’ yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas – aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.”[3]
Menurut Mc.Donal yang dikutip oleh Sardiman AM, “Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya felling yang didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.”[4]
 Menurut Oemar Hamalik, “motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.”[5]
James O. Whittaker yang pendapatnya dikutip oleh Wasty Soemarto mengartikan motivasi sebagai kondisi-kondisi, keadaan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada mahluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang di timbulkan oleh motivasi tersebut.[6]
Wina Sanjaya mengutip beberapa defenisi motivasi hasil rumusan para ahli. Yang pertama ia mengutip pendapat Woodwort yang mengatakan : “a motive is a set predisposes the individual of certain activities and for seeking dertain goals. Suatu set yang dapat membuat individu melakukan kegiatan – kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan.”[7] Berdasarkan uraian tersebut pengertian motivasi adalah dorongan yang dapat menimbulkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu. Perilaku atau tindakan yang ditunjukan seseorang dalam upaya mencapai tujuan tertentu sangat tergantung dari motive yang dimilikinya.
Wina Sanjaya juga mengutip pendapat Hilgard yang mengatakan bahwa, “motivasi adalah suatu keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi dengan demikian, motivasi muncul dari dalam diri seseorang karena dorongan untuk mencapai tujuan.”[8]
 Woodworth dan Marquis sebagaimana yang dikutip oleh Mulyadi, motivasi adalah suatu tujuan jiwa yang mendorong individu untuk aktivaaktiva tertentu dan untuk mencari tujuan-tujuan tertentu.[9]
Menurut E. Mulyasa, “motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Peserta didik akan bersungguh-sungguh karena memiliki motivasi yang tinggi. Seorang siswa akan belajar bila ada faktor pendorongnya yang disebut motivasi.[10]
S. Nasution, "Motivasi adalah usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi sehingga anak itu mampu, ingin melakukannya."[11] Pengertian tersebut menunjukkan bahwa motivasi merupakan salah satu sebab seseorang memiliki kemampuan untuk bertingkah laku. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi tumbuh dalam diri seseorang.
Lase J, Mengatakan :
Motivasi berprestasi adalah suatu dorongan untuk mengejar dan meraih tujuan yang merupakan sasaran yang ditetapkan. Seseorang dengan dorongan ini berharap untuk meraih sasaran dan melampaui atau mengembangkan keberhasilannya (prestasi), prestasi dilihat sebagai hal yang penting bagi diri pribadi seseorang, bukan hanya berdasarkan pengharapan yang diterimanya”[12]
Lase J, Menegaskan bahwa ada beberapa indikator dalam motivasi berprestasi, yakni:

  1. Menyukai situasi atau tugas
  2. Memilih tujuan yang realistik
  3. Mencari situasi
  4. Senang bekerja sendiri
  5. Mampu menangguhkan penugasan keinginan-keinginan demi masa depan yang lebih baik
  6. Tidak tergugah untuk sekedar mendapatkan uang[13]

b.      Komponen – Komponen dari Motivasi
            Menurut Oemar Hamalik motivasi memiliki dua komponen, yakni[14]:
  1. Komponen dalam (inner component)
Komponen dalam adalah perubahan dalam diri seseorang, keadaan merasa tidak puas, dan ketegangan psikologis. Komponen dalam merupakan kebutuhan – kebutuhan yang ingin dipuaskan.
  1. Komponen luar (outner component)
Apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya. Komponen luar merupakan tujuan yang hendak dicapai.
            Menurut Dimyati dan Mudjiono, ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu[15]:
  1. Kebutuhan; kebutuhan terjadi bila individu merasa ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan.
  2. Dorongan; merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan atau pencapaian tujuan.
  3. Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Tujuan tersebut mengarahkan perilaku dalam hal ini perilaku belajar.

c.       Jenis – Jenis  Motivasi
Menurut Dimyati dan Mudjiono, motivasi dibedakan menjadi 2 jenis tingkat kekuatan, yaitu: motivasi primer dan motivasi sekunder.[16]
  1. Motivasi Primer
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar, motif dasar tersebut berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Dimyati mengutip pendapat Mc. Dougal bahwa tingkah laku terdiri dari pemikiran tentang tujuan dan perasaan subjektif dan dorongan mencapai kepuasan contoh mencari makan, rasa ingin tahu dan sebagainya.
  1. Motivasi sekunder
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari, motif ini dikaitkan dengan motif sosial, sikap dan emosi dalam belajar terkait komponen penting seperti afektif, kognitif dan kurasif, sehingga motivasi sekunder dan primer sangat penting dikaitkan oleh siswa dalam usaha pencapaian prestasi belajar.
         Amir Daien Indrakusuma dalam Bukunya Pengantar Ilmu Keguruan, membagi motivasi menjadi faktor intrinsik dan ekstrinsik.[17]
Menurut Oemar Hamalik, motivasi terdiri dari 2 jenis yaitu : motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik[18]
  1. Motivasi intrinsik
Motivasi instrinsik adalah motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan – tujuan murid. Motivasi ini disebut juga motivasi murni. Motivasi yang sebenarnya timbul dalam diri siswa sendiri, misalnya keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, dan lain-lain. Motivasi instriksik adalah motivasi yang hidup dalam diri siswa dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional.
  1. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor - faktor dari luar situasi belajar, seperti angka kredit, ijazah, tingkatan hadiah, medali, persaingan yang bersifat negatif dan hukuman. Motivasi ekstrinsik ini tetap diperlukan di sekolah, sebab pengajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat siswa atau sesuai dengan kebutuhan siswa.
Menurut Sardiman A.M jenis – jenis motovasi itu terdiri dari,[19]:
1.      Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya, yakni :
a.       Motif – motif bawaan, motif yang dibawa sejak lahir jadi motivasi ini ada tanpa dipelajari.
b.      Motif – moitif yang dipelajari, motif ini timbul karena dipelajari.
2.      Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis
a.       Motif atau kebutuhan organis, motif ini sama dengan motif bawaan, yaitu kebutuhan meliputi kebutuhan untuk makan, minum, istirahat dan lain-lain.
b.      Motif – motif darurat, motif ini timbul dikarenakan adanya rangsangan dari luar, misalnya: dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk berusaha dan lain-lain.
c.       Motif – motif objektif, merupakan motif – motif yang muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif, misalnya kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi.
3.      Motivasi jasmaniah dan rohaniah
a.       Momen timbulnya alasan
b.      Momen pilih
c.       Momen putusan
d.      Momen terbentuknya kemauan
4.      Motivasi intrinsik dan ekstrinsik
a.       Motivasi intrinsik, yakni : motif – motif yang menjadi aktif atau berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
b.      Motivasi ekstrinsik, yakni motif – motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.
d.      Fungsi Motivasi Dalam Belajar
Menurut Syaiful Bahri Djamarah ada 3 fungsi motivasi, yakni :
  1. Motivasi sebagai pendorong perbuatan. Motivasi berfungsi sebagai pendorong untuk mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka belajar.
  2. Motivasi sebagai penggerak perbuatan. Dorongan psikologis melahirkan sikap terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung,yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik.
  3. Motivasi sebagai pengarah perbuatan. Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan.[20]
Menurut Oemar Hamalik fungsi motivasi antara lain :
  1. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.
  2. Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan.
  3. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.[21]
Menurut  Sardiman, AM. fungsi motivasi antara lain, yakni :
1)      Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi;
2)      Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
3)      Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan – perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan.[22]

Sardiman A.M, mengemukakan ada tiga fungsi motivasi[23]  yaitu:
1.      Mendorong manusia untuk berbuat baik, yakni sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.
2.      Menentukan arah perubahan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
3.      Menyeleksi perbuatan, yakni perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Secara singkat bahwa motivasi itu diberikan untuk :
a.       Membangkitkan minat belajar siswa
b.      Memberikan kesempatan kepada siswa dalam memperoleh hasil yang lebih baik.
c.       Memberikan penguatan kepada siswa.
d.      Melaksanakan evaluasi.
Samuel B.J. Sijabat menjelaskan ada tiga alasan tentang pentingnya motivasi belajar PAK siswa, yaitu:
  1. Watak dan sifat manusia yang membutuhkan dorongan, desakan, rangsangan dari sesama kitab Amsal 27 yang menuliskan ”Besi menajamkan besi”, orang menajamkan sesamanya, Rasul Paulus mengatakan ”Bertolong-tolonglah kamu menanggung bebanmu, demikian kamu memenuhi hukum Kristus.”
  2. Sifat perubahan belajar sebagai proses dan upaya apa adanya. Sangat membutuhkan dorongan.  Dorongan dapat terjadi melalui pujian dan penghargaan ”Kita yang kuat wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri.”  Setiap orang di antara kita mencari kesenangan sesama kita demi kebaikan untuk membangunnya (Roma 15: 1-2).
  3. Tidak satu metode mengajar yang terbaik untuk setiap kesempatan dan kegiatan belajar.  Peserta didik yang kurang bergairah belajar, guru harus menyadari barangkali metode atau pendekatan yang dipilihnya kurang relevan dan ia harus berusaha mencari metode dan alternatif.[24]

e.       Hal Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
            Menurut Dimyati dan Mudjiono unsur yang mempengaruhi motivasi belajar antara lain :
1).    Cita – cita atau aspirasi siswa
2).    Kemampuan siswa
3).    Kondisi siswa
4).    Kondisi lingkungan siswa
5).    Unsur – unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran.
6).    Upaya guru dalam membelajarkan siswa [25]

f.        Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Sijabat menjelaskan beberapa prinsip di dalam membangkitkan motivasi belajar siswa, yaitu:
  1. Hargailah pendapat peserta didik meskipun tampak kedengarannya kurang tepat.
  2. Hargailah peserta didik sebagai seorang pribadi meskipun kemampuan belajarnya kurang.
  3. Binalah selalu persahabatan dengan peserta didik.
  4. Peliharalah agar peserta didik merasa terlindungi, baik hak dan harga diri dalam setiap kesempatan interaksinya.
  5. Belajarlah mengembangkan suasana humor.
  6. Berilah pujian atau penghargaan pada peserta didik yang patut memperolehnya.
  7. Sesuaikan metode belajar sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik agar mereka dapat mengikuti proses belajar.
  8. Teruslah berdoa dan berpengharapan akan campur tangan Allah oleh Roh Kudus yang mampu membuat suasana nyaman dan menggairahkan untuk belajar.[26]

Menurut Dimyati dan Mudjiono, terdapat beberapa upaya yang dilakukan oleh guru, yakni :
1).    Mengoptimalisasi penerapan prinsip belajar
2).    Mengoptimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaran
3).    Mengoptimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa
4).    Mengembangkan cita – cita dan aspirasi belajar[27]

g.      Bentuk-Bentuk Motivasi Belajar
Menurut Sardiman A.M terdapat 11 bentuk atau cara yang dapat digunakan oleh guru PAK untuk menggerakkan atau membangkitkan motivasi belajar siswa-siswinya, yakni : “[28]
1).    Memberi angka
2).    Hadiah
3).    Saingan / Kompetisi
4).    Ego Involvement
5).    Memberi ulangan
6).    Mengetahui hasil
7).    Pujian
8).    Hukuman
9).    Hasrat untuk belajar
10).    Minat
11).    Tujuan yang diakui
Rumusan yang dikemukakan oleh Sardiman A.M. tersebut hampir sama dengan rumusan Oemar Hamalik yakni :
1).    Memberi angka;
2).    Pujian;
3).    Hadiah;
4).    Kerja kelompok;
5).    Persaingan;
6).    Tujuan dan Level of Aspiration;
7).    Sarkasme;
8).    Penilaian;
9).    Karyawisata dan Ekskursi;
10). Film Pendidikan;
11). Belajar melalui radio.[29]

h.      Strategi Pemberian Motivasi Oleh Guru
Nasution mengatakan ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
1.      Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kwalifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
2.      Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
3.      Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan tehnik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.
4.      Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standart keberhasilan sehingga dapat dijadiakn pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan unpanbalik buat penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.[30]

Menurut E. Mulyasa, hal yang perlu diperhatikan dalam membangkitkan motivasi belajar siswa, yakni :
1.      Siswa akan belajar lebih giat apabila topik yang dipelajarinya menarik dan berguna bagi dirinya.
2.      Tujuan pembelajaran harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada siswa sehingga mereka mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai. Siswa juga dilibatkan dalam penyusunan tujuan pembelajaran
3.      Siswa harus selalu diberitahu tentang hasil belajarnya
4.      Memberikan pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu – waktu hukuman juga diperlukan
5.      Memanfaatkan sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu siswa.
6.      Mengusahakan untuk memperhatikan perbedaan individual siswa, seperti perbedaan kemampuan, latar belakang, dan sikap terhadap sekolah atau subyek tertentu.
7.      Mengusahkan untuk memenuhi kebutuhan siswa dengan jalan memperhatikan kondisi fisiknya, rasa aman, menunjukkan bahwa guru peduli terhadap mereka.[31]
            Kenneth H. Hover dalam Oemar Hamalik, mengemukakan beberapa upaya yang  dapat digunakan untuk membangkitkan dan memelihara motivasi murid dalam belajar, yakni:
  1. Pujian lebih efektif daripada hukuman
  2. Semua murid mempunyai kebutuhan – kebutuhan psikologis tertentu yang harus mendapat kepuasan.
  3. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif dari pada motivasi yang dipaksakan dari luar.
  4. Terhadap jawaban yang serasi (sesuai dengan keinginan) perlu dilakukan usaha pemantauan.
  5. Motivasi itu mudah menjalar atau tersebar terhadap orang lain.
  6. Pemahaman yang jelas terhadap tujuan – tujuan akan merangsang motivasi.
  7. Tugas – tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat yang besar untuk mengerjakannya daripada apabila tugas – tugas itu dipaksakan oleh guru.
  8. Pujian – pujian yang datangnya dari luar (external reward) kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya.
  9. Teknik dan proses mengajar yang bermacam – macam adalah efektif  untuk memelihara minat murid.
  10.  Manfaat minat yang telah dimiliki oleh murid adalah bersifat ekonomis
  11. Kegiatan – kegiatan yang akan dapat merangsang minat murid – murid yang kurang mungkin tidak ada artinya (kurang berharga) bagi para siswa yang tergolong pandai.
  12. Kecemasan yang besar akan menimbulkan kesulitan belajar
  13. Kecemasan dan frustasi yang lemah dapat membantu belajar, dapat juga lebih baik.
  14. Apabila tugas tidak terlalu sukar dan apabila tidak ada maka frustasi secara cepat menuju ke demoralisasi.
  15. Setiap murid mempunyai tingkat – tingkat frustasi toleransi yang berlainan.
  16. Tekanan kelompok murid (per grup) kebanyakan lebih efektif dalam motivasi daripada tekanan / paksaan dari orang dewasa,
  17. Motivasi yang besar erat hubungannya dengan kreativitas murid.




[1] Tabrani Rusyan, dkk, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: CV. Remaja, 1988), h. 98

[2] Tabrani Rusyan, dkk, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: CV. Remaja, 1988), h.. 8

[3] Sardiman, A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta : Raja Grafindo, 2011), h.73

[4] Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar ( Jakarta CV Rajawali, 2005), h. 73
[5] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), h.158

[6] Wasty soemarto, Psikologi Keguruan, (Jakarta Bina Aksara, 1987), h. 193

[7] Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta : Kencana, 2009), h.250

[8] Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta : Kencana, 2009), h.250

[9] Mulyadi, Pengantar Psikologi Belajar, (Malang: 1990),  h. 28

[10] E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h.112

[11] S. Nasution, Dedaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Jemmers. 1986), h. 76

[12] Jason Lase, Motivasi berprestasi, Kecerdasan Emosional, percaya diri dan Kinerja (Jakarta: PP FKIP UKI, 2003) h.  48

[13] Jason Lase, Motivasi berprestasi, Kecerdasan Emosional, percaya diri dan Kinerja (Jakarta: PP FKIP UKI, 2003) h.  57

[14] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), h.159

[15] Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), h.81

[16] Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), h.86
[17] Amir Dien Indra Kusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1973),  h. 156-162.

[18] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), h.162

[19] Sardiman, A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta : Raja Grafindo, 2011), h. 86
[20] Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h.123

[21] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), h.161

[22] Sardiman A.M, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005), h.125
[23] Sardiman, AM. Integrasi dan Motivasi Belajar, (Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada, 2003), h.84
[24] Samuel B J Sijabat. Strategi Pendidikan Kristen, (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1999), h. 110
[25] Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), h.97

[26] Samuel B J Sijabat. Strategi Pendidikan Kristen, (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1999), h.110

[27] Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), h.101

[28] Sardiman A.M, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005), h.92
[29] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), h.166

[30] Nasution, Kurikulum dan pengajara (Bandung, Bumi aksara, 1989),  h. 79

[31] D. Deni Koswara, Bagaimana Menjadi Guru Kreatif. (Bandung: Pribumi Mekar, 2008), h.103

Wednesday, 24 February 2016

PERTUMBUHAN IMAN, (Pengertian Pertumbuhan dan Iman)



PERTUMBUHAN IMAN

1)      Pengertian Pertumbuhan dan Iman
            Kata pertumbuhan berasal dari kata ‘tumbuh’ yang artinya ‘hidup’ dan ‘bertumbuh sempurna’.  Pertumbuhan juga diartikan untuk menyatakan sesuatu keadaan kemajuan.  Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata pertumbuhan berasal dari kata ‘tumbuh’ yang artinya ‘bertunas, menjadi tanaman baru, beranjak dewasa, menjadi tumbuh besar.’[1]
Secara etimologi Iman (bahasa Yunani: πίστινpisti) adalah rasa percaya kepada Tuhan. Iman sering dimaknai “percaya” (kata sifat) dan tidak jarang juga diartikan sebagai kepercayaan (kata benda).[2]
Arti kata ‘Iman’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kepercayaan terhadap Tuhan.[3] Seseorang yang memiliki ketetapan hati dalam kepercayaan kepada Allah. Iman kepada Allah berarti iman kepada FirmanNya[4] kata Iman (Faith) memiliki arti sebagai suatu kebenaran yang objektif, yang diwahyukan yang dipercaya (Fides qual) atau penyerahan diri secara pribadi kepada Allah (Fidesque)[5].
            Pengertian iman dalam Perjanjian Lama, yakni: Perkataan ‘iman’ dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Ibrani ‘aman’ yang dapat diterjemahkan dengan ‘firmness’ atau keteguhan, kekokohan dan ketetapan.[6]
Dalam Perjanjian Baru, perkataan yang dipergunakan menerangkan ‘iman’ atau ‘kepercayaan’ adalah ‘pistis’ (bahasa Yunani), berasal dari kata Pisteno, yang artinya ‘saya percaya’ atau ‘saya mempercayai’[7]
Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Dasar keyakinan ini adalah Firman Allah (Ibrani 11:1). Dalam Ibrani 11:1 dikatakan: “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”. Iman mengandung unsur ilahi dan kemanusiaan. Iman adalah karunia Allah dan juga tindakan manusia. Dasar iman adalah Firman Allah (Roma 4: 20-21). Tujuan iman adalah iman kepada Yesus Kristus. Iman yang menyelamatkan adalah iman kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat.
  Menurut Arthurpink sebagaimana dikutip Wofford, “iman adalah dimana ketaatan adalah bunga dan buah yang indah yang terjadi jika iman itu telah dinyatakan dalam kenyataan.”[8]
Menurut Andrew iman adalah: “Kepastian bahwa apa yang dikatakan Allah itu benar.  Apabila Allah menyatakan bahwa sesuatu akan terjadi, iman itu bersukacita walaupun tidak melihat tanda-tanda apapun mengenai hal itu.  Bagi iman semuanya sama-sama pasti.  Iman selalu hanya menurut pada apa yang telah dikatakan Allah serta bersandar pada kuasa dan kesetiaanNya untuk menggenapi firmanNya.[9]
Pengertian Iman menurut Thomas H. Groome, “Iman sebagai yang utama, maksudnya disini adalah iman merupakan inti manusia yang mendasar, disposisi fundamental dan membentuk segala sesuatu yang datang setelah iman.” 
            Definisi Iman menurut Ichwei G. Indra, “dalam Ibr. 11:1 ada dua hal tentang iman, yakni pertama iman adalah ‘dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan. Kedua iman adalah bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.”[10]
Thomas H. Groome, dalam Daniel Nuhamara mengklaim bahwa, iman Kristen sebagai suatu pengalaman yang nyata mempunyai tiga dimensi yang esensial, yakni:1). Suatu keyakinan / kepercayaan; 2). Suatu hubungan memercayakan diri; 3).Suatu kehidupan yang dijalani dalam kasih agape.[11]
1.      Iman sebagai kepercayaan (Believing)
Iman Kristen lebih dari sekedar kepercayaan, walaupun demikian harus dikatakan bahwa iman Kristen mempunyai dimensi kepercayaan apabila ia mendapatkan perwujudannya dalam kehidupan manusia. Aktivitas dari iman Kristen menghendaki agar didalamnya ada suatu keyakinan dan percaya tentang kebenaran-kebenaran yang diakui sebagai esensi dalam iman kristiani. Dimensi iman sebagai kepercayaan tertuju pada dimensi kognitif.
2.      Iman sebagai keyakinan (Trusting)
Dimensi iman sebagai keyakinan tertuju pada dimensi afektif yaitu mengambil mengambil bentuk dalam hubungan memercayakan diri, serta yakin akan Allah yang pribadi, yang menyelamatkan melalui Yesus Kristus.
3.      Iman sebagai tindakan (Doing)
Iman Kristen sebagai suatu respons terhadap kerajaan Allah dalam Yesus Kristus, harus mencakup pelaksanaan kehendak Allah. Dimensi tindakan ini memperoleh perwujudan dalam kehidupan yang dijalani dalam kasih agape, yakni mengasahi Allah dengan jalan mengasihi sesama manusia.


2)      Dasar – Dasar Pertumbuhan Iman
            Yang dimaksud dengan ‘dasar-dasar iman’ disini adalah cara-cara yang dapat  menumbuhkan / menguatkan iman. Menurut Ichwei G. Indra, dalam Alkitab sedikitnya terdapat 7 cara yang dapat menguatkan iman[12], yakni:.
1.    Ucapan syukur kepada Allah (Mzm 50:23)
Salah satu cara untuk dapat menguatkan iman adalah dengan menaikkan pujian dan menyampaikan ucapan syukur kepada Allah.
2.    Mengakui Dosa Kepada Allah (Mzm.32:3, 5)
Ketika Daud memberitahukan dosa dan salahnya kepada Allah, ia bukan hanya beroleh pengampunan dosa, tetapi imannya juga dikuatkan.
3.    Berdoa Kepada Allah (Yes.40:31)
Berdoa adalah hal yang paling penting, apalagi saat menantikan Tuhan dengan tenang dan teratur didalam doa. Tanpa berdoa, iman tidak akan ada.
4.    Berpegang pada Firman Allah (Roma 10:17)
Iman timbul dari pendengaran, jika menginginkan iman tumbuh dan dikuatkan, renungkanlah dan berpeganglah selalu pada Firman Allah.
5.    Gunakanlah Iman (Mat.25:29)
Iman harus digunakan, maka kehidupan akan berkemenangan setiap hari.
6.    Saksikanlah Iman (Rm.10:10)
Maksudnya adalah kesaksian tentang apa yang telah dilakukan Allah.
7.    Layanilah dengan Iman (Yak.2L:17)
Bekerja terus dan melayani Tuhan dan sesama dengan bersandar kepada pimpinan Roh kudus yang senantiasa memberikan kekuatan iman.

Pertumbuhan Iman
Pertumbuhan iman adalah suatu proses dimana seseorang sudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya (Yohanes 1:12), diberi kuasa jadi anak Allah, lalu rindu mendengar, menerima dan memahami kebenaran Firman Allah dalam hidupnya setiap hari (1 Korintus 10:17), selanjutnya di dalam diri orang tersebut, kebenaran Firman Tuhan mengakar dan bertumbuh hingga dapat menghasilkan buah yang sesuai dengan kehendak Allah (Matius 3:8). Nacy Poyah mengatakan dalam bukunya bahwa: “Hidup di dalam iman kepada Kristus bagaikan tunas yang baru, terus bertumbuh dan berbuah. Bertumbuh dalam pengenalan yang benar akan Allah, sehingga hidup umat berkenan kepada Allah dalam segala hal dan terus mengarah kepada Kristus (Efesus 4:13-16). Berbuah dalam kesaksian hidup yang baik, untuk memuliakan namaNya (Yohanes 15:7; Efesus 2:10)”.[13]
1.      Iman timbul karena seseorang mendengar Firman Kristus 
Iman timbul dari pendengaran oleh Firman Kristus. (Rom. 10:17)
2.      Iman timbul dari Berita Injil:
Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil, (Filp 1:27).
Bagaimana iman dapat tumbuh, sebagai contohnya dapat dilihat pada kisah seorang wanita yang sakit pendarahan selama 12 tahun (Mark. 5:25-29) Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk. Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya. Sebab katanya: “Asal ku jamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya. Kalimat “Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus,” menjelaskan darimana iman perempuan itu mulai tumbuh. Kabar-kabar yang dia dengar dari banyak orang bahwa Yesus menyembuhkan semua orang dan semua penyakit membuat perempuan malang itu memiliki harapan baru dan keyakinan baru bahwa penyakitnya pasti dapat sembuh asalkan dia ketemu Yesus Kristus, bahkan dia berkata dalam hati “Asal ku jamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” (ayat 28).
Dalam buku Pendidikan Agama Kristen ‘Hidup dalam Anugrah-Nya’ dirangkum beberapa cara untuk menumbuhkan iman agar dapat terus hidup dalam Yesus Kristus dan bahkan berbuah sesuai dengan yang diharapkan-Nya, yakni sebagai berikut:
1.      Berdoa
Martin Luther menyebut doa adalah nafas hidup orang percaya. Dalam doa dapat menyampaikan pengakuan akan kuasa dan kemuliaan serta kekudusan Tuhan, pergumulan sebagai orang beriman, dan juga memohon pengampunan dosa kepadaNya.
2.      Membaca Firman Tuhan.
Manusia mengenal Allah yang menyatakan diriNya dalam sejarah keselamatan melalui Firman dan karyaNya. KaryaNya dinyatakan melalui para nabi dan utusannya, dan dikumpulkan dalam Alkitab. Membaca Alkitab adalah upaya dalam mengenal Allah, menggali yang kehendak Allah.
3.      Beribadah. Ibadah adalah pengabdian hidup dan pelayanan terhadap Tuhan dan sesama. Ibadah adalah aktivitas hidup beriman. Ibadah adalah perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Tuhan.[14]
Fowler dalam Thomas H. Groome, mengindikasikan bahwa ada enam tahap yang berbeda yang dapat dikenali dan dilihat dalam kemampuan beriman manusia yang berkembang, dimana setiap tahap memiliki strukturnya sendiri, setiap tahapan saling berhubungan secara hierarki dan berurutan.
Adapun keenam tahapan tersebut adalah sebagai berikut:”[15]
1.      Tahapan Pertama: Iman intuitif (Proyektif)
Tahapan dimana iman seseorang kira-kira dari usia empat sampai delapan tahun, iman kepercayaan dibentuk secara intuitif dan dengan cara meniru suasana hati, contoh dan tindakan – tindakan iman orang-orang lain yang dapat dilihat, terutama orang tua.  
2.      Tahapan Kedua: Mitis / Harfiah
Tahapan ini terjadi kira-kira antara usia tujuh atau delapan sampai sebelas atau dua belas tahun. Tahapan ini adalah tahapan iman afiliatif dimana seseorang datang dengan lebih sadar untuk bergabung dan menjadi anggota komunikasi iman.
3.      Tahapan ketiga: Sintetis / Konvensional
Tahapan ini biasanya mulai pada usia 11 atau 12 tahun, bisa bertahan secara permanen. Pada tahap ketiga, iman menafsirkan, menghubungkan diri dengan dan membuat makna keluar dari kehidupan sesuai dengan petunjuk. Tahapan ini adalah tahapan konvensional atau bersifat menyesuaikan diri.
4.      Tahapan keempat:  Individual / Reflektif
Tahapan ini muncul hanya pada usia 35 sampai 40 tahun, dan banyak orang dewasa tidak pernah mencapai tahap ini. Tahapan ini adalah kemampuan baru untuk berdiri sendiri, dan kelompok miliknya dipilih berdasarkan refleksi dan bukan hanya diterima.
5.      Tahapan kelima: Iman Konjungtif
Kegiatan iman pada tahap ini jarang muncul sebelum setengah baya. Iman pada tahap kelima melibatkan pemakaian kembali pola-pola komitmen dan cara-cara membuat masa lampau, hal tersebut adalah untuk memperoleh kembali kebenaran-kebenaran lama dengan cara yang baru.
6.      Tahapan keenam: Iman yang Mengacu Pada Universalitas
Orang yang berada pada tahapan keenam ini tinggal di dunia sebagai orang yang hadir untuk mengubah (transform). Pada tahap keenam, diri sendiri “Menggunakan dan digunakan untuk mengubah realitas masa kini ke arah keadaan yang sebenarnya yang transenden.
Dalam istilah spiritual, tahap keenam adalah keadaan penyatuan yang paling sempurna dengan Allah yang dapat dilakukan dalam kekekalan.
Melalui pemberitaan dan pengajaran firman Tuhan yang disampaikan dalam persekutuan yang beribadah, pengetahuan yang benar tentang anak Allah semakin mendalam, dan berkat kuasa Roh Kudus iman jemaat semakin bertumbuh.  Dalam kitab Roma 10:17 dikatakan:  “Jadi, iman timbul dari pendengaran, pendengaran oleh firman Tuhan.”
Kolose 2:6-7 adalah nasehat agar berakar dalam Kristus, bertambah teguh, jangan goyah, bertumbuh dengan baik. Berikut ini adalah tahapan iman yang bertumbuh, yakni:
1.      Iman yang berpengalaman (experience)
Selama percaya dan berdoa, dia memiliki pengalaman yang baru.
2.      Iman yang memiliki kepribadian (personal)
Orang percaya yang dewasa, adalah orang yang menjadi hamba Yesus Kristus dikuasai olehNya dan kepribadiannya seperti kepribadian Yesus.
3.      Iman Komunitas (community)
Orang beriman tidak hidup sendiri, tetapi hidup serasi dalam kehidupan iman.
4.      Iman yang dimiliki (owned)
Iman yang bisa mengorbankan diri dan menyerahkan diri untuk orang lain. Kehidupan yang berkoban yang mencapai tahap pelayanan.
5.      Iman Internasional (world)
Orang yang memiliki iman seperti ini adalah orang yang mengkhawatirkan dunia dengan imannya.[16]
Robert J. Keeley, [17]memaparkan program yang menolong orang dewasa menemukan cara untuk terhubung dengan anak-anak secara sistematis akan bermanfaat dan tidak bertentangan dengan bimbingan pribadi..
1.      Mengenal Firman Tuhan
Salah satu hal yang mengagumkan tentang Alkitab adalah seseorang dapat membaca Firman Tuhan, dan tanpa bantuan orang lain, menemukan siapa Tuhan dan mengenal Yesus Kristus sebagai juruselamat. Alkitab adalah kitab yang begitu kaya dan menakjubkan sehingga kita dapat selalu belajar darinya dan makin mengenal Tuhan dan diri sendiri. Penggunaan tafsiran, penelitian, kajian arkeologis, dan buku sejarah akan menghasilkan pemahaman yang lebih dalam dan menyeluruh mengenai waktu dan tempat dari setiap kisah yang ditulis.  Melalui Alkitab dapat belajar melihat orang-orang dan kisah-kisah tersebut sebagai orang-orang riil dan pengalaman mereka sebagai pengalaman riil. Pemahaman ini merupakan bagian penting dari persiapan untuk melayani anak-anak, karena jika ingin menghdirkan Firman Tuhan sebagai dokumen yang hidup dan memberi hidup kepada anak-anak, kita perlu mengenal kebenaran itu.
2.      Mengenal Anak-anak
Untuk melayani anak-anak, terlebih dahulu harus memahami mereka, kebutuhan khusus mereka, dan kemampuan mereka, kita dapat belajar tentang anak-anak dalam Alkitab. Ada sejumlah perikop dimana anak-anak memainkan peran dan perikop lainnya ketika Yesus berbicara tentang anak-anak. Namun, Alkitab tidak ditulis sebagai buku pelajaran mengenai perkembangan anak, jadi perlu memperhatikan pendapat psikolog dan pakar pendidikan mengenai anak-anak. Banyak hal mengenai cara belajar dan cara berpikir anak telah ditulis. Teori perkembangan kognitif menjelaskan bahwa kemampuan anak untuk berpikir terus bertumbuh dan berubah seiring dengan pertambahan usia. Kita juga perlu memahami bagaimana anak-anak berubah secara emosional, sosial dan moral sementara mereka bertumbuh menjadi dewasa.
Robert J. Keeley menguraikan enam prinsip dalam pelayanan kepada anak-anak, antara lain:
1.      Iman anak-anak perlu dipupuk melalui seluruh komunitas iman, bukan hanya melalui orang tua si anak.
2.      Anak-anak perlu menjadi bagian dari seluruh kehidupan berjemaat yang utuh.
3.      Anak-anak perlu tahu bahwa Tuhan itu misterius
4.      Kisah-kisah dalam Alkitab adalah kunci untuk menolong anak-anak mengenal Tuhan, dan mengenal diri mereka sebagaimana adanya.
5.      Iman dan perkembangan moral sama penting, tetapi keduanya tidak sama.
6.      Anak-anak harus menjadi bagian dalam ibadah jemaat[18]

Bertumbuh dalam iman adalah tujuan setiap orang percaya, bertumbuh dalam iman adalah kehendak Allah dalam hidup orang percaya. Namun sering sekali iman kita tidak dapat bertumbuh dengan baik dan benar karena ada hambatan atau rintangan yang menghalangi. Berikut akan diuraikan aspek-aspek penghambat dalam pertumbuhan iman, yakni:
1.      Dosa
Menurut Charles Ryrie, defenisi dosa tidak mencapai sasaran, kebejatan, pemberontakan, kesalahan, memilih jalan yang tidak benar, penyimpangan terhadap hukum dan kesenjangan meninggalkan jalan yang benar.[19]
2.      Tidak memiliki persekutuan dengan Tuhan
3.      Tidak percaya kepada Firman Allah.
4.      Hidup dalam daging
Orang Kristen duniawi mengikuti keinginan daging (Gal.5:19-21). Menurut Charles Ryrie cara orang Kristen duniawi merusak empat hal dalam hidup orang percaya, yaitu: 1). Persekutuanl; 2). Sukacita; 3). Cara hidup; 4).Dosa-dosa mengakibatkan kurangnya kepercayaan dalam doa.[20]



[1]Badudu-zain, 989.
       [3] Kamisa,  Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya :  Kartika Surabaya, 1997), h. 239
       [4] Billy Joe Daugherty,  Kuasa Iman, (Bandung :  Yayasan Kalam Hidup, 2004), h. 4
      [5]  Gerald Licollins. Edward G. Farrugia,  Kamus Teologia, (Yogyakarta :  Kanasius, 1996), h. 113
[6] F.C. Grand dan H.H. Rawley, Dictionary Of The Bible, Edisi II,  (Original Editor : James Hastings) T dan T Clark and Charles Scribner).

       [7] Xavier Leon-Dufour,  Eksiklopedia Perjanjian Baru, (Yogyakarta :  Kansius, 1990), h 281.

[8]Wofford.  Kepemimpinan yang Mengubahkan, (Yogyakarta:  Andi, 1990),  h 133.

[9]Wofford.  Kepemimpinan Yang Mengubahkan, (Yogyakarta:  Andi, 1990), h 133.

[10] Ichwei G. Indra, Dinamika Iman, (Bandung: Yayasan Kalam Kudus, 1993), h.10.

[11] Daniel Nuhamara, Pembimbing PAK,  (Bandung: Jurnal Info Media, 2007), h. 43
[12] Ichwei G. Indra, Dinamika Iman, (Bandung: Yayasan Kalam Kudus, 1993), h.15
[13] Nacy Poyah dan Bentty Simanjuntak, Bahan PA Mengenai Allah, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), h. 30
[14] Kelompok Kerja PAK-PGI, Pendidikan Agama Kristen untuk Kelas 8 SMP, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), h.41

[15] Thomas H. Groome,  , h.100.
[16] Woo Young Kim, Yesuslah Jawaban, (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2005), h.160
[17] Robert J. Keeley, Menjadikan Anak-Anak Kita Bertumbuh Dalam Iman,  (Yogyakarta: Andi, 2009), h. 9
[18] Robert J. Keeley, Menjadikan Anak-Anak Kita Bertumbuh Dalam Iman,  (Yogyakarta: Andi, 2009),, h.13

[19] Charles Ryrie, Teologia Dasar, (Yogyakarta: Andi, 1993), h .28

[20] Charles Ryrie, Teologia Dasar, (Yogyakarta: Andi, 1993), h. l35.