KoreshInfo

SYARAT-SYARAT GURU PROFESIONAL DAN CIRI-CIRI PROFESI KEGURUAN

SYARAT-SYARAT GURU PROFESIONAL DAN CIRI-CIRI PROFESI KEGURUAN (Dr. Rusman, M.Pd) § Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang...

Tuesday, 2 February 2016

STRATEGI PEMBELAJARAN



STRATEGI PEMBELAJARAN
Pengertian Strategi Pembelajaran, Komponen Pembelajaran, Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran, Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran, Strategi Pembelajaran Yang Efektif

a.      Pengertian Strategi Pembelajaran
Istilah strategi pada mulanya digunakan dalam dunia kemiliteran. Strategi berasal dari bahasa Yunani strategos yang berarti jenderal atau panglima, sehingga strategi diartikan sebagai ilmu kejenderalan atau ilmu kepanglimaan.[1] Strategi dalam pengertian kemiliteran ini berarti cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk mencapai tujuan perang. Tujuan perang itu sendiri tidak ditentukan oleh militer, tetapi oleh politik.  Artinya tujuan sudah ditetapkan oleh politik, maka militer harus memenangkannya.
Menurut Wina Sanjaya, dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai “a plan method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal (perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”[2]. Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut)  ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar [3].
Istilah strategi dibedakan dengan taktik. Strategi dalam dunia kemiliteran berhubungan dengan perang, yaitu cara paling efektif untuk memenangkan perang. Sedangkan taktik berhubungan dengan pertempuran yang harus dilakukan untuk melaksanakan peperangan itu. Jadi kalau strategi itu adalah ilmu peperangan, maka taktik itu adalah ilmu pertempuran.
Di dalam perkembangannya pengertian strategi tersebut kemudian diterapkan dalam dunia pendidikan. W. Gulo mengutip definisi strategi menurut Ensiklopedia Pendidikan, strategi ialah the art of bringing forces to the battle field in favourable position. Jelas dalam pengertian ini strategi adalah suatu seni, yaitu seni membawa pasukan ke dalam medan tempur dalam posisi yang paling menguntungkan.[4]
Dalam perkembangan selanjutnya strategi tidak lagi hanya seni, tetapi sudah merupakan ilmu pengetahuan yang dapat dipelajari. Dengan demikian, istilah strategi yang diterapkan dalam dunia pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran adalah suatu seni dan ilmu untuk membawakan atau menyampaikan pengajaran di kelas sedemikian rupa sehingga tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efektif. 
Untuk melaksanakan suatu strategi tertentu diperlukan seperangkat metode pengajaran. Suatu program yang diselenggarakan oleh guru dalam satu kali tatap muka, guru bisa melaksanakan beberapa metode seperti ceramah, diskusi kelompok, dan tanya jawab. Keseluruhan metode itu termasuk media pendidikan yang digunakan untuk menggambarkan strategi pembelajaran. Dengan demikian, strategi dapat diartikan sebagai rencana kegiatan untuk mencapai sesuatu. Sedangkan metode ialah cara untuk mencapai sesuatu. Jadi metode pengajaran termasuk dalam perencanaan atau strategi pembelajaran.
Sedangkan Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “instruction” yang dalam bahasa Latin “instructus” atau “Intruere” yang berarti menyampaikan pikiran, dengan demikian arti Pembelajaran adalah menyampaikan pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui pembelajaran. Pengertian ini lebih mengarah kepada guru sebagai pelaku perubahan.[5]
Kegiatan pembelajaran sesungguhnya dirancang untuk  memberikan pengalaman belajar  yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi  antar-siswa dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka mencapai kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud  dapat terwujud  melalui penggunaan strategi pembelajaran  yang bervariasi dan berpusat pada siswa  (student centered). Pengalaman belajar ini memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai oleh siswa.
Lebih lanjut Bambang Warsita mengatakan ada lima prinsip yang menjadi landasan pengertian pembelajaran, yakni:
1.        Pembelajaran sebagai usaha untuk memperoleh perubahan perilaku. Prinsip ini mengandung makna bahwa ciri utama proses  pembelajaran itu adalah adanya perubahan perilaku dalam diri siswa.
2.        Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan. Prinsip ini mengandung makna bahwa perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran  meliputi semua aspek perilaku dan bukan hanya satu atau dua aspek saja. Perubahan itu meliputi kognitif, afektif, dan psikomotorik.
3.        Pembelajaran merupakan suatu proses. Prinsip ini mengandung makna bahwa pembelajaran itu merupakan suatu aktivitas yang berkesinambungan, di dalam aktivitas itu terjadi  adanya tahapan-tahapan aktivitas  yang sistematis dan terarah. Jadi, pembelajaran bukan sebagai suatu rangkaian aktivitas-aktivitas yang dinamis dan saling berkaitan.
4.        Proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan adanya suatu tujuan yang akan dicapai. Prinsip ini mengandung makna bahwa aktivitas pembelajaran  itu terjadi karena adanya  kebutuhan yang harus dipuaskan  dan adanya tujuan yang akan dicapai.  Jadi, belajar tidak mungkin akan efektif tanpa adanya dorongan atau motivasi dan tujuan.
5.        Pembelajaran merupakan  bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya  adalah kehidupan melalui situasi yang nyata dengan tujuan tertentu, pembelajaran merupakan bentuk interaksi individu dengan lingkungannya sehingga banyak memberikan pengalaman dari situasi nyata.[6]


b.      Komponen Pembelajaran
Secara umum, komponen strategi pembelajaran dapat dikelompokkan  sebagai berikut:
1.      Komponen pertama yaitu urutan (sequence) kegiatan pembelajaran
Mengurutkan kegiatan pembelajaran dapat memudahkan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajarannya, guru dapat mengetahui cara memulainya, menyajikannya, dan menutup pelajaran. Oleh karena itu, untuk memudahkan pada komponen ini dapat dibagi lagi menjadi subkomponen, sebagai berikut:
1)      Subkomponen pendahuluan; merupakan kegiatan awal dalam pembelajaran. Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memberikan motivasi  kepada siswa, memusatkan perhatian siswa agar siswa bisa mempersiapkan dirinya untuk menerima pelajaran dan juga mengetahui kemampuan siswa atau apa yang telah dikuasai siswa sebelumnya  dan berkaitan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah memberikan gambaran singkat tentang isi pelajaran, menjelaskan relevansi isi pelajaran baru dengan pengalaman siswa dan menjelaskan dengan tujuan.
2)      Subkomponen penyajian; kegiatan ini merupakan  inti dari kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan ini siswa akan ditanamkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang telah dimiliki dikembangkan pada tahap ini. Tahap-tahapnya adalah menguraikan materi pelajaran, memberikan contoh atau ilustrasi dan memberikan latihan yang disesuaikan dengan materi pelajaran.
3)      Subkomponen penutup; merupakan kegiatan akhir dalam urutan kegiatan pembelajaran. Dilaksanakan untuk memberikan  penegasan atau kesimpulan dan penilaian terhadap penguasaan materi pelajaran yang telah diberikan, baik tes formatif dan umpan balik (follow up). Selanjutnya adalah kegiatan tindak lanjut.
2.      Komponen kedua yaitu metode pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan pesan pembelajaran kepada siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Guru harus dapat memilih metode yang tepat dengan materi pelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Oleh sebab  itu,  guru harus pandai memilih dan menggunakan metode-metode pembelajaran yang sesuai dengan materi dan karakteristik siswa.
Macam-macam metode pembelajaran antara lain; a) metode ceramah, b) metode demonstrasi, c) metode discovery, d) metode simulasi, e) metode diskusi, f) metode praktikum, g) metode studi mandiri, h) metode bermain peran, i) metode studi kasus.
Dengan demikian, di dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil  pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran lebih menekankan pada cara-cara untuk mencapai tujuan dan berkaitan dengan bagaimana cara mengorganisasikan isi pembelajaran, menyampaikan isi pembelajaran dan mengelola pembelajaran.
3.      Komponen ketiga yaitu media yang digunakan
Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi pembelajaran. Media dapat berbentuk guru, alat-alat elektronik, media cetak, media audio, media audiovisual (video), dan lain sebagainya.
Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih media pembelajaran adalah: 1) ketepatan dengan tujuan pembelajaran, 2) dukungan terhadap isi pelajaran, 3) kemudahan memperoleh media, 4) keterampilan guru dalam menggunakan media, 5) ketersediaan waktu dalam menggunakannya, 6) sesuai dengan taraf berpikir siswa.
Media pembelajaran mempunyai nilai-nilai praktis berupa kemampuan untuk: 1) membuat konsep yang abstrak menjadi konkrit, 2) melampaui batas indra, waktu, dan ruang, 3) menghasilkan seragaman pengamatan, 4) memberi kesempatan pengguna mengontrol arah  maupun kecepatan belajar, 5) membangkitkan keinginan dan motivasi belajar, dan 6) dapat memberikan pengalaman belajar yang menyeluruh dari yang abstrak sampai yang konkrit.
4.      Komponen keempat yaitu waktu tatap muka
Guru harus tahu alokasi waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan pembelajaran dan waktu yang digunakan guru dalam menyampaikan informasi pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran berjalan sesuai dengan target yang ingin dicapai.
5.      Komponen kelima yaitu pengelolaan kelas
Pengelolaan kelas adalah serangkaian tindakan guru yang ditunjukkan untuk mendorong munculnya tingkah laku siswa yang diharapkan dan menghilangkan tingkah laku  siswa  yang tidak diharapkan, menciptakan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional yang positif, serta menciptakan dan memelihara organisasi  kelas yang produktif dan efektif. Dengan kata lain, pengelolaan kelas adalah usaha guru menciptakan, memelihara, dan mengembangkan iklim belajar yang kondusif.[7]

c.       Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran
Ada strategi pembelajaran yang dikelompokkan berdasarkan komponen yang mendapat tekanan dalam program pengajaran.  Dalam hal ini dikenal tiga macam strategi pembelajaran yaitu:
1.      Strategi pembelajaran yang berpusat pada guru
2.      Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
3.      Strategi pembelajaran yang berpusat pada materi[8]

d.      Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran
Bambang Warsita menjelaskan bahwa Kriteria strategi pembelajaran adalah aturan tentang menentukan peringkat-peringkat kondisi sesuatu atau rentangan-rentangan nilai agar data yang diperoleh dari lapangan dapat dipahami oleh orang lain  dan bermakna  bagi pengambilan keputusan dalam rangka memilih strategi pembelajaran yang terbaik, tepat, dan sesuai  dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik.[9] Model pembelajaran semacam ini hanya dapat terlaksana dengan  baik apabila guru mampu mengembangkan strategi pembelajaran yang efektif. Artinya bahwa di dalam setiap kegiatan pembelajaran guru pasti menggunakan berbagai strategi, namun strategi itu belum tentu semua sama efektifnya dalam mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu, dibutuhkan kreativitas guru dalam mengembangkan dan memilih strategi pembelajaran yang efektif. 
Bambang Warsita mengutip Mayer, menjelaskan beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam memilih strategi pembelajaran yakni:
1.      Berorientasi pada tujuan pembelajaran
2.      Pilih metode dan teknik pembelajaran yang sesuai dengan ketrampilan yang diharapkan dapat memiliki peserta didik saat bekerja nanti (berorientasi pada dunia kerja).
3.      Gunakan media pembelajaran yang sebanyak dan sevariasi mungkin untuk memberikan rangsangan pada semua indra peserta didik.[10]
Berdasarkan kriteria penggunaan media di atas, maka pemilihan strategi pembelajaran pada dasarnya membandingkan antara satu jenis strategi pembelajaran dengan jenis strategi pembelajaran yang lain. Memilih strategi pembelajaran hendaknya tidak dilakukan dengan sembarangan, tetapi hendaknya dilakukan atas kriteria, tolok ukur atau standar tertentu.

e.      Strategi Pembelajaran Yang Efektif
Mengajar adalah membimbing siswa  agar mengalami proses belajar, dan dalam belajar siswa menghendaki hasil belajar yang efektif bagi dirinya. Oleh sebab itu, untuk melaksanakan pengajaran yang efektif diperlukan syarat-syarat sebagai berikut[11]:
1)      Belajar secara aktif, baik mental maupun fisik;
2)      Guru harus mempergunakan banyak metode pada waktu mengajar;
3)      Motivasi guru; 
4)      Kurikulum yang baik dan seimbang;
5)      Guru perlu mempertimbangkan perbedaan individual;
6)      Membuat perencanaan sebelum mengajar;
7)      Pengaruh guru yang sugestif  perlu diberikan kepada siswa;
8)      memiliki keberanian menghadapi siswa dan masalah yang timbul pada waktu proses pembelajaran;
9)      Menciptakan suasana demokratis di sekolah;
10)  Guru mampu merangsang siswa untuk berpikir;
11)  Pelajaran siswa yang diberikan perlu diintegrasikan;
12)  Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan yang nyata;
13)  Guru memberi kesempatan/kebebasan kepada siswa untuk dapat menyelidiki, mengamati, dan mencari pemecahan sendiri dalam belajar;
14)  Pengajaran Remedial.
            Slameto lebih lanjut mengatakan bahwa dalam pengajaran yang efektif, guru dituntut untuk mempertimbangkan hal-hal berikut[12]:
1)      Penguasaan bahan pelajaran;
2)      Cinta kepada yang diajarkan;
3)      Pengalaman pribadi  dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa;
4)      Variasi Metode; 
5)      Seorang guru harus sadar bahwa dirinya tidak mungkin  menguasai  bahan pelajaran jadi  harus selalu  menambah ilmunya;           
6)      Memberikan pengetahuan yang actual dengan penuh persiapan;
7)      Berani memberikan pujian;
8)      Guru mampu menimbulkan semangat belajar secara individual kepada siswa.



[1] W. Gulo, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Grasindo, 2008), hlm. 1
[2] Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:  Kencana, 2006), hal. 124. 
[3] Suharto. Kamus Bahasa Indonesia Terbaru, (Surabaya:  Indah 1996), hal. 92.
[4] W. Gulo, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Grasindo, 2008), hlm. 2
[5] Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 265 
[6] Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 267

[7] Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm  272-274
[8] Endang S. Hartanto, Diktat Strategi Pembelajaran, (Jakarta: STT SETIA, 2008), hlm. 5
[9]  Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 283
[10]  Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 284   
[11] Slameto, Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: rineka Cipta, 2003), hlm. 92-94
[12] Slameto, Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: rineka Cipta, 2003), hlm. 95-96

Sunday, 17 January 2016

MEMAHAMI BEBERAPA PENGERTIAN DALAM MENYUSUN SKRIPSI, SEPERTI: Pengertian Peranan, Penerapan, Pengaruh, Kontribusi



MEMAHAMI BEBERAPA PENGERTIAN DALAM MENYUSUN SKRIPSI

PENGERTIAN PERANAN
Istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai arti pemain sandiwara (film), tukang lawak pada permainan makyong, perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh seorang yang berkedudukan di masyarakat.”[1]
Kata peran sering dikaitkan dengan posisi atau kedudukan seseorang atau peran dikaitkan dengan apa yang dimainkan oleh seorang aktor dalam suatu drama. Kata ‘peran’ atau role (dalam bahasa Inggris) diambil dari dramaturgy atau seni teater.  Kata ‘peran’ atau ‘role’ dalam kamus Oxford Dictionary diartikan: “Actor’s part; one’s task orang fuction, yang berarti aktor; tugas seseorang atau fungsi.[2]    
Menurut J.S Poerwadarminta: “Kata peran ini dapat dibubuhi dengan kata imbuhan yaitu akhir ‘an’, yang akhirnya memunculkan kata ‘peranan’ yang dapat  dibuat sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan, terutama dalam terjadinya suatu hal atau peristiwa”[3].
Pengertian ‘peranan’ menurut Soerjono Soekanto adalah sebagai berikut: “peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan.”[4]


PENGERTIAN PENERAPAN

Meskipun kata ‘penerapan’ kerapkali dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari tetapi sebelum membahas lebih lanjut tentang skripsi ini, ada baiknya mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan istilah ‘penerapan’.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Online, arti kata ‘penerapan’ yakni: (1).Proses, cara, perbuatan menerapkan, (2) pemasangan, (3) pemanfaatan; perihal mempraktikkan.[5] Selain itu dalam www.artikata.com arti kata ‘penerapan’ yakni: (1).penggunaan, (2) pemasangan, (3) aplikasi, (4) praktik, (5) produksi.[6] Pengertian ‘penerapan’ menurut Kamus Istilah Manajemen adalah sebagai berikut: “penerapan adalah pemanfaatan keterampilan dan pengetahuan baru di bidang…..”[7]
Dari pengertian di atas dapat dikatakan ‘penerapan’ adalah tindakan pelaksanaan atau pemanfaatan keterampilan pengetahuan baru terhadap sesuatu bidang untuk suatu kegunaan ataupun tujuan khusus. Sedangkan pengaruh penerapan adalah daya yang timbul yang dapat mengubah tindakan pelaksanaan di bidang pendidikan untuk suatu tujuan khusus.


PENGERTIAN PENGARUH

Menurut W.J.S. Poewadarminta, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, defenisi ‘pengaruh’ adalah “Suatu daya yang ada dalam sesuatu yang sifatnya dapat memberi perubahan kepada yang lain.”[8]
Menurut Badudu Zain, ‘pengaruh’ adalah : “Daya menyebabkan sesuatu terjadi, dalam arti sesuatu yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain dengan kata lain pengaruh merupakan penyebab sesuatu terjadi atau dapat mengubah sesuatu hal ke dalam bentuk yang kita inginkan.”[9]
M. Ali dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern mengatakan bahwa kata “pengaruh” dibentuk dari kata dasar “hubung” ditambah dengan akhiran “an” artinya sesuatu yang memiliki pengaruh, dampak bagi sesuatu yang lain.[10]
 Kata menurut Jhon M. Echols, Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia “kontribusi” berasal dari kata bahasa Inggris “contribution” (kb) artinya sumbangan iuran.[11]
Pengertian menurut Yandianto dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata “kontribusi” (n) berarti uang iuran pada perkumpulan, sumbangan.[12]






[1] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia.  (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hal. 854.
[2] The New Oxford Ilustrated Dictionary, (Oxford University Press, 1982), hal. 1466.
[3]  W.J.S Poerwadarmita, Kamus Umum Bahasa Indonesia,  (Jakarta : Balai Pustaka 1982), hal. 271.
[4] Puline Pubjiastiti, Sosiologi untuk SMA Kelas X. (Jakarta: Grasindo), hal. 39.
[6] http://www.artikata.com/arti-381428-penerapan.html tgl_download_09_04_2011_pukul_ 11.32wib

[7] Kamus Istilah Manajemen, (Universitas Michigan: Pustaka Binaman Presindo, 1994) Hal.155
[8] W.J.S. Poewadarmita, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka, 1996), hal.664

[9] Badudu Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesisa, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,1996), hal.1031

[10] M. Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, (Jakarta : Pustaka Amani, 2001), hal.125
[11] Jhon M. Echols, Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT.Gramedia, 1996), hal.145

[12] Yandianto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Bandung: Penerbit M25, 2001), hal.202

MEMAHAMI BEBERAPA PENGERTIAN DALAM MENYUSUN SKRIPSI, SEPERTI: Pengertian Peranan, Penerapan, Pengaruh, Kontribusi



MEMAHAMI BEBERAPA PENGERTIAN DALAM MENYUSUN SKRIPSI

PENGERTIAN PERANAN
Istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai arti pemain sandiwara (film), tukang lawak pada permainan makyong, perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh seorang yang berkedudukan di masyarakat.”[1]
Kata peran sering dikaitkan dengan posisi atau kedudukan seseorang atau peran dikaitkan dengan apa yang dimainkan oleh seorang aktor dalam suatu drama. Kata ‘peran’ atau role (dalam bahasa Inggris) diambil dari dramaturgy atau seni teater.  Kata ‘peran’ atau ‘role’ dalam kamus Oxford Dictionary diartikan: “Actor’s part; one’s task orang fuction, yang berarti aktor; tugas seseorang atau fungsi.[2]    
Menurut J.S Poerwadarminta: “Kata peran ini dapat dibubuhi dengan kata imbuhan yaitu akhir ‘an’, yang akhirnya memunculkan kata ‘peranan’ yang dapat  dibuat sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan, terutama dalam terjadinya suatu hal atau peristiwa”[3].
Pengertian ‘peranan’ menurut Soerjono Soekanto adalah sebagai berikut: “peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan.”[4]


PENGERTIAN PENERAPAN

Meskipun kata ‘penerapan’ kerapkali dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari tetapi sebelum membahas lebih lanjut tentang skripsi ini, ada baiknya mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan istilah ‘penerapan’.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Online, arti kata ‘penerapan’ yakni: (1).Proses, cara, perbuatan menerapkan, (2) pemasangan, (3) pemanfaatan; perihal mempraktikkan.[5] Selain itu dalam www.artikata.com arti kata ‘penerapan’ yakni: (1).penggunaan, (2) pemasangan, (3) aplikasi, (4) praktik, (5) produksi.[6] Pengertian ‘penerapan’ menurut Kamus Istilah Manajemen adalah sebagai berikut: “penerapan adalah pemanfaatan keterampilan dan pengetahuan baru di bidang…..”[7]
Dari pengertian di atas dapat dikatakan ‘penerapan’ adalah tindakan pelaksanaan atau pemanfaatan keterampilan pengetahuan baru terhadap sesuatu bidang untuk suatu kegunaan ataupun tujuan khusus. Sedangkan pengaruh penerapan adalah daya yang timbul yang dapat mengubah tindakan pelaksanaan di bidang pendidikan untuk suatu tujuan khusus.


PENGERTIAN PENGARUH

Menurut W.J.S. Poewadarminta, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, defenisi ‘pengaruh’ adalah “Suatu daya yang ada dalam sesuatu yang sifatnya dapat memberi perubahan kepada yang lain.”[8]
Menurut Badudu Zain, ‘pengaruh’ adalah : “Daya menyebabkan sesuatu terjadi, dalam arti sesuatu yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain dengan kata lain pengaruh merupakan penyebab sesuatu terjadi atau dapat mengubah sesuatu hal ke dalam bentuk yang kita inginkan.”[9]
M. Ali dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern mengatakan bahwa kata “pengaruh” dibentuk dari kata dasar “hubung” ditambah dengan akhiran “an” artinya sesuatu yang memiliki pengaruh, dampak bagi sesuatu yang lain.[10]
 Kata menurut Jhon M. Echols, Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia “kontribusi” berasal dari kata bahasa Inggris “contribution” (kb) artinya sumbangan iuran.[11]
Pengertian menurut Yandianto dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata “kontribusi” (n) berarti uang iuran pada perkumpulan, sumbangan.[12]






[1] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia.  (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hal. 854.
[2] The New Oxford Ilustrated Dictionary, (Oxford University Press, 1982), hal. 1466.
[3]  W.J.S Poerwadarmita, Kamus Umum Bahasa Indonesia,  (Jakarta : Balai Pustaka 1982), hal. 271.
[4] Puline Pubjiastiti, Sosiologi untuk SMA Kelas X. (Jakarta: Grasindo), hal. 39.
[6] http://www.artikata.com/arti-381428-penerapan.html tgl_download_09_04_2011_pukul_ 11.32wib

[7] Kamus Istilah Manajemen, (Universitas Michigan: Pustaka Binaman Presindo, 1994) Hal.155
[8] W.J.S. Poewadarmita, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka, 1996), hal.664

[9] Badudu Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesisa, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,1996), hal.1031

[10] M. Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, (Jakarta : Pustaka Amani, 2001), hal.125
[11] Jhon M. Echols, Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT.Gramedia, 1996), hal.145

[12] Yandianto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Bandung: Penerbit M25, 2001), hal.202