STRATEGI
PEMBELAJARAN
Pengertian
Strategi Pembelajaran, Komponen Pembelajaran, Jenis-Jenis
Strategi Pembelajaran, Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran,
Strategi
Pembelajaran Yang Efektif
a.
Pengertian
Strategi Pembelajaran
Istilah strategi pada mulanya
digunakan dalam dunia kemiliteran. Strategi berasal dari bahasa Yunani strategos yang berarti jenderal atau
panglima, sehingga strategi diartikan sebagai ilmu kejenderalan atau ilmu
kepanglimaan.[1]
Strategi dalam pengertian kemiliteran ini berarti cara penggunaan seluruh
kekuatan militer untuk mencapai tujuan perang. Tujuan perang itu sendiri tidak
ditentukan oleh militer, tetapi oleh politik.
Artinya tujuan sudah ditetapkan oleh politik, maka militer harus
memenangkannya.
Menurut Wina Sanjaya, dalam
dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai “a plan method, or series of activities designed to achieves a
particular educational goal (perencanaan yang berisi tentang rangkaian
kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”[2]. Pembelajaran
yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang
berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut)
ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang
berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik
mau belajar [3].
Istilah strategi dibedakan
dengan taktik. Strategi dalam dunia kemiliteran berhubungan dengan perang,
yaitu cara paling efektif untuk memenangkan perang. Sedangkan taktik
berhubungan dengan pertempuran yang harus dilakukan untuk melaksanakan
peperangan itu. Jadi kalau strategi itu adalah ilmu peperangan, maka taktik itu
adalah ilmu pertempuran.
Di dalam perkembangannya
pengertian strategi tersebut kemudian diterapkan dalam dunia pendidikan. W.
Gulo mengutip definisi strategi menurut Ensiklopedia Pendidikan, strategi ialah
the art of bringing forces to the battle
field in favourable position. Jelas dalam pengertian ini strategi adalah
suatu seni, yaitu seni membawa pasukan ke dalam medan tempur dalam posisi yang paling
menguntungkan.[4]
Dalam perkembangan selanjutnya
strategi tidak lagi hanya seni, tetapi sudah merupakan ilmu pengetahuan yang
dapat dipelajari. Dengan demikian, istilah strategi yang diterapkan dalam dunia
pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran adalah suatu seni dan ilmu
untuk membawakan atau menyampaikan pengajaran di kelas sedemikian rupa sehingga
tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efektif.
Untuk melaksanakan suatu
strategi tertentu diperlukan seperangkat metode pengajaran. Suatu program yang
diselenggarakan oleh guru dalam satu kali tatap muka, guru bisa melaksanakan
beberapa metode seperti ceramah, diskusi kelompok, dan tanya jawab. Keseluruhan
metode itu termasuk media pendidikan yang digunakan untuk menggambarkan
strategi pembelajaran. Dengan demikian, strategi dapat diartikan sebagai
rencana kegiatan untuk mencapai sesuatu. Sedangkan metode ialah cara untuk mencapai
sesuatu. Jadi metode pengajaran termasuk dalam perencanaan atau strategi
pembelajaran.
Sedangkan Pembelajaran
merupakan terjemahan dari kata “instruction”
yang dalam bahasa Latin “instructus”
atau “Intruere” yang berarti
menyampaikan pikiran, dengan demikian arti Pembelajaran adalah menyampaikan
pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui pembelajaran.
Pengertian ini lebih mengarah kepada guru sebagai pelaku perubahan.[5]
Kegiatan pembelajaran
sesungguhnya dirancang untuk memberikan
pengalaman belajar yang melibatkan
proses mental dan fisik melalui interaksi
antar-siswa dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam
rangka mencapai kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan strategi pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada siswa (student
centered). Pengalaman belajar ini memuat kecakapan hidup yang perlu
dikuasai oleh siswa.
Lebih lanjut Bambang Warsita
mengatakan ada lima
prinsip yang menjadi landasan pengertian pembelajaran, yakni:
1.
Pembelajaran sebagai usaha untuk memperoleh
perubahan perilaku. Prinsip ini mengandung makna bahwa ciri utama proses pembelajaran itu adalah adanya perubahan
perilaku dalam diri siswa.
2.
Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan
perilaku secara keseluruhan. Prinsip ini mengandung makna bahwa perubahan
perilaku sebagai hasil pembelajaran
meliputi semua aspek perilaku dan bukan hanya satu atau dua aspek saja.
Perubahan itu meliputi kognitif, afektif, dan psikomotorik.
3.
Pembelajaran merupakan suatu proses. Prinsip ini
mengandung makna bahwa pembelajaran itu merupakan suatu aktivitas yang
berkesinambungan, di dalam aktivitas itu terjadi adanya tahapan-tahapan aktivitas yang sistematis dan terarah. Jadi,
pembelajaran bukan sebagai suatu rangkaian aktivitas-aktivitas yang dinamis dan
saling berkaitan.
4.
Proses pembelajaran terjadi karena adanya
sesuatu yang mendorong dan adanya suatu tujuan yang akan dicapai. Prinsip ini
mengandung makna bahwa aktivitas pembelajaran
itu terjadi karena adanya
kebutuhan yang harus dipuaskan
dan adanya tujuan yang akan dicapai.
Jadi, belajar tidak mungkin akan efektif tanpa adanya dorongan atau
motivasi dan tujuan.
5.
Pembelajaran merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada
dasarnya adalah kehidupan melalui
situasi yang nyata dengan tujuan tertentu, pembelajaran merupakan bentuk
interaksi individu dengan lingkungannya sehingga banyak memberikan pengalaman
dari situasi nyata.[6]
b.
Komponen
Pembelajaran
Secara umum, komponen strategi
pembelajaran dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
1. Komponen
pertama yaitu urutan (sequence)
kegiatan pembelajaran
Mengurutkan kegiatan pembelajaran dapat
memudahkan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajarannya, guru dapat
mengetahui cara memulainya, menyajikannya, dan menutup pelajaran. Oleh karena
itu, untuk memudahkan pada komponen ini dapat dibagi lagi menjadi subkomponen,
sebagai berikut:
1)
Subkomponen pendahuluan;
merupakan kegiatan awal dalam pembelajaran. Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk
memberikan motivasi kepada siswa,
memusatkan perhatian siswa agar siswa bisa mempersiapkan dirinya untuk menerima
pelajaran dan juga mengetahui kemampuan siswa atau apa yang telah dikuasai
siswa sebelumnya dan berkaitan dengan
materi pelajaran yang akan disampaikan. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini
adalah memberikan gambaran singkat tentang isi pelajaran, menjelaskan relevansi
isi pelajaran baru dengan pengalaman siswa dan menjelaskan dengan tujuan.
2)
Subkomponen penyajian;
kegiatan ini merupakan inti dari
kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan ini siswa akan ditanamkan pengetahuan
baru dan pengetahuan yang telah dimiliki dikembangkan pada tahap ini.
Tahap-tahapnya adalah menguraikan materi pelajaran, memberikan contoh atau
ilustrasi dan memberikan latihan yang disesuaikan dengan materi pelajaran.
3)
Subkomponen penutup;
merupakan kegiatan akhir dalam urutan kegiatan pembelajaran. Dilaksanakan untuk
memberikan penegasan atau kesimpulan dan
penilaian terhadap penguasaan materi pelajaran yang telah diberikan, baik tes
formatif dan umpan balik (follow up). Selanjutnya adalah kegiatan tindak
lanjut.
2. Komponen
kedua yaitu metode pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara yang
digunakan oleh guru dalam menyampaikan pesan pembelajaran kepada siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Guru harus dapat memilih metode yang tepat dengan
materi pelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Oleh sebab itu,
guru harus pandai memilih dan menggunakan metode-metode pembelajaran
yang sesuai dengan materi dan karakteristik siswa.
Macam-macam metode pembelajaran antara
lain; a) metode ceramah, b) metode demonstrasi, c) metode discovery, d) metode
simulasi, e) metode diskusi, f) metode praktikum, g) metode studi mandiri, h)
metode bermain peran, i) metode studi kasus.
Dengan demikian, di dalam pembelajaran
terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai
hasil pembelajaran yang diinginkan.
Pembelajaran lebih menekankan pada cara-cara untuk mencapai tujuan dan berkaitan
dengan bagaimana cara mengorganisasikan isi pembelajaran, menyampaikan isi pembelajaran
dan mengelola pembelajaran.
3. Komponen
ketiga yaitu media yang digunakan
Media adalah segala bentuk dan saluran yang
digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi pembelajaran. Media dapat
berbentuk guru, alat-alat elektronik, media cetak, media audio, media
audiovisual (video), dan lain sebagainya.
Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam
memilih media pembelajaran adalah: 1) ketepatan dengan tujuan pembelajaran, 2)
dukungan terhadap isi pelajaran, 3) kemudahan memperoleh media, 4) keterampilan
guru dalam menggunakan media, 5) ketersediaan waktu dalam menggunakannya, 6)
sesuai dengan taraf berpikir siswa.
Media pembelajaran mempunyai nilai-nilai
praktis berupa kemampuan untuk: 1) membuat konsep yang abstrak menjadi konkrit,
2) melampaui batas indra, waktu, dan ruang, 3) menghasilkan seragaman
pengamatan, 4) memberi kesempatan pengguna mengontrol arah maupun kecepatan belajar, 5) membangkitkan
keinginan dan motivasi belajar, dan 6) dapat memberikan pengalaman belajar yang
menyeluruh dari yang abstrak sampai yang konkrit.
4. Komponen
keempat yaitu waktu tatap muka
Guru harus tahu alokasi waktu yang
diperlukan dalam menyelesaikan pembelajaran dan waktu yang digunakan guru dalam
menyampaikan informasi pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran berjalan
sesuai dengan target yang ingin dicapai.
5. Komponen
kelima yaitu pengelolaan kelas
Pengelolaan kelas adalah serangkaian
tindakan guru yang ditunjukkan untuk mendorong munculnya tingkah laku siswa
yang diharapkan dan menghilangkan tingkah laku
siswa yang tidak diharapkan,
menciptakan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional yang
positif, serta menciptakan dan memelihara organisasi kelas yang produktif dan efektif. Dengan kata
lain, pengelolaan kelas adalah usaha guru menciptakan, memelihara, dan
mengembangkan iklim belajar yang kondusif.[7]
c.
Jenis-Jenis
Strategi Pembelajaran
Ada
strategi pembelajaran yang dikelompokkan berdasarkan komponen yang mendapat
tekanan dalam program pengajaran. Dalam
hal ini dikenal tiga macam strategi pembelajaran yaitu:
1.
Strategi pembelajaran yang berpusat pada guru
2.
Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik
3.
Strategi pembelajaran yang berpusat pada materi[8]
d.
Kriteria
Pemilihan Strategi Pembelajaran
Bambang Warsita menjelaskan
bahwa Kriteria strategi pembelajaran adalah aturan tentang menentukan
peringkat-peringkat kondisi sesuatu atau rentangan-rentangan nilai agar data
yang diperoleh dari lapangan dapat dipahami oleh orang lain dan bermakna
bagi pengambilan keputusan dalam rangka memilih strategi pembelajaran
yang terbaik, tepat, dan sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi peserta didik.[9]
Model pembelajaran semacam ini hanya dapat terlaksana dengan baik apabila guru mampu mengembangkan
strategi pembelajaran yang efektif. Artinya bahwa di dalam setiap kegiatan
pembelajaran guru pasti menggunakan berbagai strategi, namun strategi itu belum
tentu semua sama efektifnya dalam mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu,
dibutuhkan kreativitas guru dalam mengembangkan dan memilih strategi
pembelajaran yang efektif.
Bambang Warsita mengutip Mayer,
menjelaskan beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam memilih strategi
pembelajaran yakni:
1. Berorientasi
pada tujuan pembelajaran
2. Pilih
metode dan teknik pembelajaran yang sesuai dengan ketrampilan yang diharapkan
dapat memiliki peserta didik saat bekerja nanti (berorientasi pada dunia
kerja).
3. Gunakan
media pembelajaran yang sebanyak dan sevariasi mungkin untuk memberikan
rangsangan pada semua indra peserta didik.[10]
Berdasarkan kriteria penggunaan
media di atas, maka pemilihan strategi pembelajaran pada dasarnya membandingkan
antara satu jenis strategi pembelajaran dengan jenis strategi pembelajaran yang
lain. Memilih strategi pembelajaran hendaknya tidak dilakukan dengan
sembarangan, tetapi hendaknya dilakukan atas kriteria, tolok ukur atau standar
tertentu.
e. Strategi Pembelajaran Yang Efektif
Mengajar adalah membimbing
siswa agar mengalami proses belajar, dan
dalam belajar siswa menghendaki hasil belajar yang efektif bagi dirinya. Oleh
sebab itu, untuk melaksanakan pengajaran yang efektif diperlukan syarat-syarat
sebagai berikut[11]:
1)
Belajar secara aktif, baik mental maupun fisik;
2)
Guru harus mempergunakan banyak metode pada
waktu mengajar;
3)
Motivasi guru;
4)
Kurikulum yang baik dan seimbang;
5)
Guru perlu mempertimbangkan perbedaan
individual;
6)
Membuat perencanaan sebelum mengajar;
7)
Pengaruh guru yang sugestif perlu diberikan kepada siswa;
8)
memiliki keberanian menghadapi siswa dan masalah
yang timbul pada waktu proses pembelajaran;
9)
Menciptakan suasana demokratis di sekolah;
10) Guru
mampu merangsang siswa untuk berpikir;
11) Pelajaran
siswa yang diberikan perlu diintegrasikan;
12) Pelajaran
di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan yang nyata;
13) Guru
memberi kesempatan/kebebasan kepada siswa untuk dapat menyelidiki, mengamati,
dan mencari pemecahan sendiri dalam belajar;
14) Pengajaran
Remedial.
Slameto
lebih lanjut mengatakan bahwa dalam pengajaran yang efektif, guru dituntut
untuk mempertimbangkan hal-hal berikut[12]:
1)
Penguasaan bahan pelajaran;
2)
Cinta kepada yang diajarkan;
3)
Pengalaman pribadi dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa;
4)
Variasi Metode;
5)
Seorang guru harus sadar bahwa dirinya tidak
mungkin menguasai bahan pelajaran jadi harus selalu
menambah ilmunya;
6)
Memberikan pengetahuan yang actual dengan penuh
persiapan;
7)
Berani memberikan pujian;
8)
Guru mampu menimbulkan semangat belajar secara
individual kepada siswa.
[1] W. Gulo, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta:
Grasindo, 2008), hlm. 1
[2] Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 124.
[3] Suharto. Kamus Bahasa Indonesia Terbaru, (Surabaya: Indah 1996), hal. 92.
[4] W. Gulo, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta:
Grasindo, 2008), hlm. 2
[5] Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2008), hlm. 265
[6] Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2008), hlm. 267
[7] Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2008), hlm 272-274
[8] Endang S. Hartanto, Diktat Strategi Pembelajaran, (Jakarta: STT SETIA, 2008), hlm. 5
[11] Slameto, Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: rineka Cipta, 2003), hlm. 92-94
[12] Slameto, Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: rineka Cipta, 2003), hlm. 95-96