KoreshInfo

SYARAT-SYARAT GURU PROFESIONAL DAN CIRI-CIRI PROFESI KEGURUAN

SYARAT-SYARAT GURU PROFESIONAL DAN CIRI-CIRI PROFESI KEGURUAN (Dr. Rusman, M.Pd) § Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang...

Tuesday, 27 October 2015

PENGERTIAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN (PAK) MENURUT PARA AHLI



Pengertian Pendidikan Agama Kristen Menurut Para Ahli
            E.G.  Homrighausen mengatakan: “Pendidikan Agama Kristen berpangkal pada persekutuan umat Tuhan. Dalam perjanjian lama pada hakekatnya dasar-dasar terdapat pada sejarah suci purbakala, bahwa Pendidikan Agama Kristen itu mulai sejak terpanggilnya Abraham menjadi nenek moyang umat pilihan Tuhan, bahkan bertumpu pada Allah sendiri karena Allah menjadi peserta didik bagi umat-Nya”[1].

Menurut Warner C. Graedorf PAK adalah “Proses pengajaran dan pembelajaran yang berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus, dan bergantung kepada Roh Kudus, yang membimbing setiap pribadi pada semua tingkat pertumbuhan melalui pengajaran masa kini ke arah pengenalan dan pengalaman rencana dan kehendak Allah melalui Kristus dalam setiap aspek kehidupan, dan melengkapi mereka bagi pelayanan yang efektif, yang berpusat pada Kristus sang Guru Agung dan perintah yang mendewasakan pada murid”.[2]

Pengertian pendidikan agama Kristen adalah kegiatan politis bersama pada peziarah dalam waktu yang secara sengaja bersama mereka memberi perhatian pada kegiatan Allah di masa kini kita, pada cerita komunitas iman Kristen, dan visi kerajaan Allah, benih-benih yang telah hadir diantara kita[3].

Pengertian PAK menurut para ahli yang dirangkum oleh Paulus Lilik Kristianto dalam bukunya yang berjudul “Prinsip & Praktek Pendidikan Agama Kristen:
-         Hieronimus (345-420)
PAK adalah pendidikan yang tujuannya mendidik jiwa sehingga menjadi bait Tuhan. (Mat.5:48).
-         Agustinus (345-430)
PAK adalah pendidikan yang bertujuan mengajar orang supaya “melihat Allah” dan “hidup bahagia.”
-         Martin Luther (1483-1548)
PAK adalah pendidikan yang melibatkan warga jemaat untuk belajar teratur dan tertib agar semakin menyadari dosa mereka serta bersukacita dalam Firman Yesus Kristus yang memerdekakan. Di samping itu PAK memperlengkapi mereka dengan sumber iman, khususnya yang berkaitan dengan pengalaman berdoa, Firman tertulis (Alkitab) dan rupa-rupa kebudayaan sehingga mereka mampu melayani sesamanya termasuk masyarakat dan Negara serta mengambil bagian dengan bertanggung jawab dalam persekutuan Kristen.
-         John Calvin (1509-1664)
PAK adalah pendidikan yang bertujuan mendidik semua putra-putri gereja agar mereka:
1.      Terlibat dalam penelaahan Alkitab secara cerdas sebagaimana dengan bimbingan Roh kudus.
2.      Mengambil bagian dalam kebaktian dan memahami keesaan gereja.
3.      Diperlengkapi untuk memilih cara-cara mengejawantahkan pengabdian diri kepada Allah Bapa dan Yesus Kristus dalam pekerjaan sehari-hari serta hidup bertanggung jawab di bawah kedaulatan Allah dan kemuliaanNya sebagai lambang ucapan syukur mereka yang dipilih dalam Yesus Kristus.[4]




[1] E.G.Homrighausen, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985), Hal.  l12

[2] Paulus Lilik Kristanto, Prinsip dan Praktek PAK Penuntun bagi Mahasiswa Teologi dan PAK, Pelayan Gereja, Guru Agama dan keluarga Kristen, (Yogyakarta : Andi Offset ), Hal. 4

[3] Groome, Thomas H. Christian Religious Education-Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010. Hal 37
[4] Kristanto, Paulus Lilik. Prinsip dan Praktek PAK Penuntun bagi Mahasiswa Teologi dan PAK, Pelayan Gereja, Guru Agama dan keluarga Kristen, Yogyakarta : Andi Offset.

PENGERTIAN STRATEGI PENGAJARAN MENURUT PARA AHLI



Pengertian Strategi Pengajaran
Kata ‘strategi’ berasal dari bahasa Yunani “strategos” yang berarti jenderal atau panglima, sehingga strategi diartikan sebagai ilmu kejenderalan atau ilmu kepanglimaan. Strategi dalam pengertian kemiliteran ini berarti cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk mencapai tujuan perang[1].
Muhamad Fuad Athman mengatakan istilah ‘strategi’ adalah berasal dari kata ‘stratego’ (perkataan greek) yang bermaksud saluran-saluran yang ada bagi ketenteraan.[2]
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata strategi yaitu: “Ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu di perang dan damai; Ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh di perang, dikondisi yang menguntungkan”[3]. “Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus”[4]
Istilah strategi menurut The International Webster’s Student Dictionary of The English Language mengandung arti ‘the science of planning and conducting military campaigns on a broad scale; skill in management; an ingeniuous plan or method’ (Ilmu perencanaan dan pelaksanaan gerakan militer secara luas; keahlian dalam manajemen; rencana yang cermat atau metode).
Menurut B.S. Sidjabat strategi dalam pembelajaran mengandung arti bagaimana guru merencanakan kegiatan mengajar (a plan for teaching) sebelum ia melaksanakan tugasnya bersama dengan anak didik.[5]
Pengertian strategi menurut Stephanie K. Marrus seperti yang dikutip oleh Sukristono, “Strategi didefenisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai”.[6]
Dalam buku yang sama, Hamel dan Prahalad mendefenisikan strategi yang sifatnya lebih khusus, yaitu:
“Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan, dengan demikian strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi”[7]

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain mengemukakan pengertian strategi secara umum merupakan “suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.”[8]
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP – UPI, menguraikan apa yang dimaksud dengan strategi sebagai berikut:
“Strategi merupakan pola umum rentetan kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Dikatakan pola umum, sebab suatu strategi pada hakekatnya belum mengarah kepada hal-hal yang bersifat praktis, suatu strategi masih berupa rencana atau gambaran menyeluruh. Sedangkan, untuk mencapai tujuan, memang strategi disusun untuk tujuan tertentu. Tidak ada suatu strategi, tanpa adanya tujuan yang harus dicapai”.[9] 
Dari defenisi tersebut di atas dapat kita simpulkan, bahwa ‘strategi’ adalah suatu proses penentuan rencana yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus yang berfokus pada tujuan jangka panjang untuk mencapai tujuan. Strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi.
Setelah kita melihat pengertian dari ‘strategi’ dan ‘pengajaran’ berikutnya akan diuraikan pengertian dari ‘strategi pengajaran’ dimana terdapat berbagai pendapat tentang strategi pembelajaran sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli pembelajaran. Di atas telah dijelaskan bahwa istilah ‘pengajaran’ terkait dengan istilah ‘pembelajaran’.  
Menurut J.R. David dalam Wina Sanjaya mengemukakan dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai “a plan, method, or series of activities designed to achieves, a particular educational goal; dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.[10]
Menurut Oemar Hamalik defenisi strategi pengajaran, adalah: “keseluruhan metode dan prosedur yang menitikberatkan pada kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu.”[11]
Sementara Kemp, menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah “suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien”.[12] Senada dengan pendapat Kemp, Dick dan Carey menyebutkan “bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa”.[13]
Selain pendapat di atas para ahli pembelajaran lainnya yakni Kozna  mendefenisikan “strategi pembelajaran sebagai setiap kegiatan yang dipilihnya, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu”.[14]
Gerlach dan Ely, juga menjelaskan bahwa “strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu, strategi pembelajaran dimaksud meliputi sifat lingkup dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar peserta didik”[15].
Gropper, menjelaskan “strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, Gropper juga menegaskan bahwa setiap tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajarnya harus dapat dipraktekkan”.[16]
Menurut Nasution dalam B.S. Sidjabat, “strategi mengajar adalah pendekatan umum dalam mengajar dan tidak begitu rinci dan bervariasi….”[17]
Menurut Hamzah B. Uno sendiri pengertian strategi pembelajaran adalah:
“Cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu”.[18]
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain mengartikan strategi dalam belajar mengajar, sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar yang mencapai tujuan yang telah digariskan.”[19]
Dari uraian pengertian strategi pengajaran yang dirumuskan oleh para ahli pendidikan, penulis merangkum pengertian strategi pengajaran yakni: “Perencanaan pemilihan cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar dalam kegiatan pembelajaran dimana dalam proses pembelajaran menitikberatkan pada kegiatan siswa. Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.

1).    Jenis Strategi Pengajaran
Menurut Oemar Hamalik, memperkenalkan empat jenis strategi pembelajaran yang sepatutnya diketahui guru, yaitu sebagai berikut:
1.      Pembelajaran penerimaan (reception learning)
Secara garis besar, dengan strategi itu guru berperan aktif menyajikan informasi kepada anak didik, yaitu dari hal umum ke hal-hal yang lebih khusus. Setelah itu, anak didik diberi kesempatan untuk memikirkan penerapan konsep yang dipelajarinya.
Jenis strategi ini menuntut seorang guru lebih berperan aktif memperoleh informasi untuk diajarkan kepada anak didik.
2.      Pembelajaran penemuan (discovery learning)
Secara garis besar, dengan strategi itu guru memperhadapkan realitas, kasus atau masalah kepada peserta didik. Mereka kemudian memahami dan memecahkannya. Bertolak dari kegiatan itu, peserta didik menemukan dan mengemukakan ide, konsep dan gagasan yang dapat dibawa kedalam kajian yang lebih luas. Jenis strategi ini menuntut siswa-siswa lebih aktif dan kreatif.


3.      Pembelajaran penguasaan (master learning)
Pada dasarnya, dengan strategi itu guru menuntun murid untuk menguasai sebuah tahapan belajar sebelum beranjak ke tahapan berikutnya. Kalau peserta didik belum memperlihatkan penguasaan atas pengetahuan dan keterampilan dalam suatu tahapan, mereka belum diperbolehkan mengikuti kegiatan belajar selanjutnya.

Jenis strategi ini, menuntut guru lebih sabar, strategi ini cocok diterapkan pada proses pembelajaran di luar sekolah, misalnya les.
4.      Pembelajaran terpadu (unit learning)
Secara garis besar, dengan strategi itu guru menuntun peserta didik untuk memahami sebuah unit kasus atau peristiwa dari berbagai aspek atau sudut pandang sehingga mereka memiliki pemahaman yang menyeluruh dan integratif.[20]
           
Wina Sanjaya, dalam bukunya strategi pembelajaran mengemukakan tujuh jenis strategi pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan standar proses pendidikan, yaitu:
1.      Strategi Pembelajaran Ekspositori
Dengan strategi ini guru bercerita, berceramah atau bertutur guna menyampaikan konsep, ide, gagasan dan keyakinannya kepada peserta didik. Strategi ini pada dasarnya berfokus pada guru, guru harus bijak dalam mengendalikan proses agar tujuan belajar tercapai.

Strategi Pembelajaran Ekspositori menuntut peran aktif guru dalam proses pembelajaran, sedangkan siswa dalam pembelajaran cenderung hanya menerima apa yang diajarkan oleh guru. Terkadang dalam menyampaikan sesuatu materi tertentu strategi ini merupakan strategi yang tepat.
2.      Strategi Pembelajaran Inkuiri
Dalam strategi ini guru ialah sebagai fasilitator, penuntun dan rekan kerja, dengan demikian gurulah yang memotivasi peserta didik dalam proses belajar agar mereka mencari dan menemukan gagasan.

 
Pembelajaran dimulai dengan penjelasan topik dan tujuan, kemudian penyajian masalah (kasus) secara tepat dan jelas, mungkin juga perlu dilakukan sebuah demonstrasi. Selanjutnya guru menuntun murid didalam proses belajar melalui berbagai pertanyaan, mengemukakan hipotesa (jawaban sementara), lalu melakukan pengujian untuk akhirnya menarik kesimpulan.
3.      Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Menekankan pada pengenalan masalah agar dapat memahami (analisis), perumusan langkah penyelesaian, pengujian data atau informasi, dan penyimpulan.

4.      Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)
Strategi menekankan pembentukan kemampuan berpikir peserta didik. Guru menuntun murid bukan hanya untuk mengetahui isi bahan ajar (knowing what), melainkan juga dalam rangka memahami kode belajar dan merumuskan konsep, ide atau gagasan (knowing how).

5.      Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)
Strategi Pembelajaran yang memiliki asumsi bahwa pengetahuan dibentuk dan dibangun melalui kerjasama dalam aktivitas belajar, termasuk menyelidiki, berdiskusi, memahami dan memecahkan masalah.

6.      Strategi Pembelajaran Kontekstual
Strategi pembelajaran itu mengasumsikan bahwa konteks kehidupan sosial dan budaya merupakan sumber serta media belajar yang penuh makna, orang tidak hanya dapat belajar dari membaca buku atau literatur.
Strategi juga menekankan konsep belajar konstruksionis, yaitu pengetahuan dibentuk melalui penyelidikan hal-hal yang terjadi di lingkungan (konteks) bukan diberikan sebagai hasil olahan.

7.      Strategi Pembelajaran Afektif
Strategi pembelajaran itu tidak cukup hanya dengan memproses informasi atau meningkatkan kemampuan intelektual. Nilai hidup harus dipraktekkan dan dibiasakan. Strategi ini menekankan metode pemecahan masalah dan penjelasan atau klarifikasi.[21]




2).    Cara Memilih  Strategi Pengajaran Yang Tepat
Titik tolak untuk penentuan strategi belajar-mengajar adalah perumusan tujuan pengajaran secara jelas. Agar siswa dapat melaksanakan kegiatan belajar-mengajar secara optimal, selanjutnya guru harus memikirkan pertanyaan berikut: “Strategi manakah yang paling efektif dan efisien untuk membantu tiap siswa dalam pencapaian tujuan yang telah dirumuskan?”. Pertanyaan yang sangat sederhana namun sukar untuk dijawab, karena tiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda. Tetapi strategi memang harus dipilih untuk membantu siswa mencapai tujuan secara efektif dan produktif.
Kriteria pemilihan strategi belajar-mengajar, harus berorientasi pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu, juga harus disesuaikan dengan jenis materi, karakteristik peserta didik, serta situasi atau kondisi dimana proses pembelajaran tersebut akan berlangsung. Terdapat beberapa metode dan teknik pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru, tetapi tidak semuanya sama efektifnya dapat mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu dibutuhkan kreativitas guru dalam memilih strategi pembelajaran tersebut.
Menurut Nasution dalam B.S. Sidjabat mengusulkan beberapa pertanyaan yang perlu dijawab oleh seorang guru yang hendak merencanakan strategi mengajar, yaitu sebagai berikut:
  1. Apakah tujuan itu bersifat kognitif, afektif atau psikomotoris?
  2. Apakah tujuan itu bertingkat rendah atau tinggi?
  3. Apakah tujuan itu banyak memerlukan reinforcement atau ulangan?
  4. Apakah diperlukan partisipasi aktif dari siswa secara individual, kelompok kecil, atau kelompok besar?
  5. Apakah tujuan itu memerlukan keterampilan akademis?
  6. Apakah dituntut keterampilan interpersonal?
  7. Apakah diperlukan keterampilan mengenai proses penelitian ilmiah?
  8. Apakah tersedia atau harus disediakan sumber-sumber mengajar?
  9. Apakah strategi mengajar itu sesuai dengan dermian kurikulum dan misi lembaga pendidikan?
  10. Apakah strategi mengajar itu cukup menguntungkan dari segi waktu, biaya dan usaha yang diperlukan?
  11. Apakah diperlukan lebih dari satu strategi mengajar untuk mencapai tujuan?
  12. Apakah strategi mengajar itu sesuai dengan gaya belajar siswa?[22]

Pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas tentu tidak mudah menjalankan dan melaksanakannya. ‘Menentukan tujuan dalam arti merumuskan tujuan dengan jelas sehingga dapat diketahui apa yang diharapkan dapat dilakukan siswa, dalam kondisi yang bagaimana serta seberapa tingkat keberhasilan yang diharapkan’ adalah pertanyaan yang sukar, sebab selain setiap siswa berbeda, juga tiap guru pun mempunyai kemampuan dan kualifikasi yang berbeda pula. Di samping itu tujuan yang bersifat afektif seperti sikap dan perasaan, lebih sukar untuk diuraikan (dijabarkan) dan diukur. Tujuan yang bersifat kognitif biasanya lebih mudah. Strategi yang dipilih guru untuk aspek ini didasarkan pada perhitungan bahwa strategi tersebut akan dapat membentuk sebagaimana besar siswa untuk mencapai hasil yang optimal, dengan kemajuan teknologi, guru dapat mengatasi perbedaan kemampuan siswa melalui berbagai jenis media instruksional.
Menurut Mager dalam Hamzah B. Uno terdapat beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam memilih strategi pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1.      “Berorientasi pada tujuan pembelajaran
Tipe perilaku apa yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
2.      Pilih teknik pembelajaran sesuai dengan keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki saat bekerja nanti (dihubungkan dengan dunia kerja).
3.      Gunakan media pembelajaran yang sebanyak mungkin memberikan rangsangan pada indra peserta didik”. [23]

Menurutnya selain kriteria di atas, pemilihan strategi pembelajaran dapat dilakukan dengan memerhatikan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
1.      Apakah materi pelajaran paling tepat disampaikan secara klasikal (serentak bersama-sama dalam satu-satuan waktu)?
2.      Apakah materi pelajaran sebaiknya dipelajari peserta didik secara individual sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing?
3.      Apakah pengalaman langsung hanya dapat berhasil diperoleh dengan jalan praktek langsung dalam kelompok dengan guru atau tanpa kehadiran guru?
4.      Apakah diperlukan diskusi atau konsultasi secara individual antara guru dan siswa?[24]

Begitu juga dengan Gerlach dan Ely dalam Hamzah B. Uno menjelaskan pola umum pemilihan strategi pembelajaran yang digambarkan melalui bagan berikut[25]:
Rumusan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)  
Kondisi Pembelajaran (Perlu dirinci berbagai tingkah laku dan keterampilan)
Menetapkan    berbagai metode dan pendekatan
 

Kriteria pemilihan strategi pembelajaran hendaknya dilandasi prinsip efisiensi dan efektivitas dalam mencapai tujuan pembelajaran dan tingkat keterlibatan peserta didik. Untuk itu, pengajar haruslah berpikir strategi pembelajaran manakah yang paling efektif dan efisien dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan? Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat diarahkan agar peserta didik dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran secara optimal.
Secara umum strategi pembelajaran terdiri atas 5 (lima) komponen yang saling berinteraksi dengan karakter fungsi dalam mencapai tujuan pembelajaran, yaitu:
1.      “Kegiatan pembelajaran pendahuluan,
2.      Penyampaian informasi,
3.      Partisipasi peserta didik,
4.      Tes, dan
5.      Kegiatan lanjutan”.[26]
Pemilihan strategi pembelajaran hendaknya ditentukan berdasarkan kriteria berikut:
1.      Orientasi strategi pada tugas pembelajaran
2.      Relevan dengan isi/materi pembelajaran
3.      Metode dan teknik yang digunakan difokuskan pada tujuan yang ingin dicapai, dan
4.      Media pembelajaran yang digunakan dapat merangsang indra peserta didik secara simultan.[27]




DAFTAR PUSTAKA

Gulo, W. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo, 2008.
Othman, M. Fuad. Pengajian Strategi Sebagai Disiplin Ilmu. Kuala Lumpur: Utusan Publications, 2006
Sidjabat, B.S. Mengajar Secara Profesional. Bandung: Yayasan Kalam Kudus, 1993.
Umar, Husein. Strategic Management In Action. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001.
Djamarah, Syaiful Bahri & Zain, A. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta, 2006.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran. Bandung:  Kencana Prenada Media Group, 2006
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001.



[1] Gulo, W. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo, 2008.Hal.1

[2] M. Fuad Othman, Pengajian Strategi Sebagai Disiplin Ilmu. (Kuala Lumpur: Utusan Publications, 2006) Hal.3

[5] B.S. Sidjabat, Mengajar Secara Profesional. (Bandung: Yayasan Kalam Kudus, 1993). Hal.277
[6] Husein Umar, Strategic Management In Action. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001). Hal.31
[7] Husein Umar, Strategic Management In Action. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001). Hal.31
[8] Syaiful Bahri Djamarah & A.Zain, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta : Rineka Cipta, 2006). Hal. 5
[9] Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP – UPI, Ilmu & Aplikasi Pendidikan Bagian.2. (Imperial Bhakti Utama, 2007). Hal. 167
[10] Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran. Bandung:  Kencana Prenada Media Group, 2006 Hal.126
[11] Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001 Hal. 201.
[12] Wina Sanjaya, Hal.126.
[13] Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran. Bandung:  Kencana Prenada Media Group, 2006 Hal.126.
[14] Uno, Hamzah B. Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009. Hal.1
[15] Uno, Hamzah B. Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009. Hal.1
[16] Uno, Hamzah B. Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009. Hal.1
[17] B.S. Sidjabat, Hal.278.
[18] Hamzah B. Uno, Hal.3.
[19] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Hal. 5.
[20] Djamarah, Syaiful Bahri & Zain, A. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta, 2006 Hal.278
[21] Djamarah, Syaiful Bahri & Zain, A. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta, 2006. Hal. 279
[22] Djamarah, Syaiful Bahri & Zain, A. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta, 2006 Hal.276
[23] Hamzah B. Uno,.  Hal.8
[24] Hamzah B. Uno. Hal 8
[25] Hamzah B. Uno. Hal.9
[26] Hamzah B. Uno
[27] Hamzah B. Uno.. Hal.9

Saturday, 24 October 2015

Kumpulan Lembar Persembahan Skripsi





Lembar Persembahan untuk Skripsi - Mantap



LEMBAR  PERSEMBAHAN



Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.
(Filipi 4 : 6)

Hari takkan indah tanpa mentari dan rembulan, begitu juga hidup takkan indah tanpa tujuan, harapan serta tantangan. Meski terasa berat, namun manisnya hidup justru akan terasa, apabila semuanya terlalui dengan baik, meski harus memerlukan pengorbanan.

Kupersembahkan skripsi ini, untuk cahaya hidup, yang senantiasa ada saat suka maupun duka, selalu setia mendampingi, saat kulemah tak berdaya, (Suamiku tercinta R.E. Simangunsong dan Anakku tersayang Koresh Martin Simangunsong) yang selalu memanjatkan doa kepada saya dalam setiap sujudnya. Terima kasih untuk semuanya.


Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang akan dikejar, untuk sebuah pengharapan, agar hidup jauh lebih bermakna. Teruslah bermimpi untuk sebuah tujuan, pastinya juga harus diimbangi dengan tindakan nyata, agar mimpi dan juga angan, tidak hanya menjadi sebuah bayangan semu.


Syalom…..
Sunarty Meliana Sihombing